Indonesia Website Awards

Aplikasi Kasir Pintar

Dibalik Makna Tulisan Jangan Biarkan Kami Putus Sekolah

Beberapa kali melintas didepan sebuah kios penjual minuman kelapa muda dan melihat sebuah kalimat yang cukup membuat diriku penasaran yaitu “JANGAN BIARKAN KAMI PUTUS SEKOLAH”.

Akhirnya pada sore ini saya sempat singgah ke kios tersebut, kebetulan istriku tercinta ingin membeli air kelapa muda segar yang dijualnya. Sebenarnya kios tersebut sudah menjadi langgananku sejak lama. Selain karena tempatnya yang tidak begitu jauh dari rumahku, yang membuat aku suka membeli minuman air kelapa disini adalah karena penjualnya tidak “pelit” dengan gula. Umumnya yang pernah kualami di beberapa kios penjual minuman kelapa muda yang lain, rata-rata rasa minuman air kelapanya pasti tawar (apalagi kalau ditambah dengan es batu). Jadi tidak ada rasanya sama sekali, tidak enak…

Nah, karena kebetulan pada saat itu saya singgah maka sekalian ingin menanyakan maksud dari tulisan yang dibuatnya tersebut. Tiada jawaban pasti yang kuperoleh dari sang penjualnya, dia hanya berkata “Baca saja kalimatnya, pasti sudah mengerti dengan apa maksudnya”. Untuk sesaat saya terdiam, tak lama kemudian dia menyambung kembali pembicaraannya. Menurutnya disekitar lingkungan tersebut masih banyak anak-anak yang putus sekolah, ada sekitar 8-10 orang anak-anak berusia 10-15 tahun yang terpaksa harus berhenti sekolah dikarenakan alasan yang “tidak biasa”.

Baca Juga:   Momen Peringatan Hari Buruh: Mengawali Kisah, Memulai Langkah

Biasanya, umumnya anak-anak Indonesia terpaksa harus putus sekolah dikarenakan faktor kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Cuma dalam kasus diatas, ternyata bukan faktor kondisi ekonomi yang menyebabkan anak-anaknya putus sekolah karena rata-rata orang tua mereka bisa dikategorikan mampu dan sukses dalam menjalankan usahanya. Inilah alasan kenapa saya menyebut kasus ini sebagai suatu hal yang tak biasa, dimana sekarang banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena kemiskinan justru mereka (para orang tua dari anak-anak tersebut) dengan tenang dan santainya tidak menganggap mengenyam pendidikan disekolah sebagai suatu hal yang penting.

Atas dasar itulah si pemilik kios tersebut membuat tulisan “JANGAN BIARKAN KAMI PUTUS SEKOLAH”. Melihat sikap orang tua mereka yang tidak perduli dan acuh tak acuh dengan pendidikan anaknya membuat dirinya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Menurutnya apa yang dilakukan anak-anak tersebut setiap harinya adalah pergi bermain game online di salah satu warnet yang ada didekat rumahnya. Biasanya mereka mulai bermain dari jam 9 pagi sampai menjelang sore, anehnya orang tua mereka bukannya malah melarang atau membatasi mereka. Apa yang mereka lakukan adalah membiarkan anak-anak mereka bermain sesuka hatinya sampai kapanpun. Mau sekolah kek, mau kursus kek, mau bego kek, mau jadi kakek-kakek kek, sepertinya mereka tidak perduli. Tidak tahu apa yang ada dibenak mereka sehingga memperlakukan anaknya seperti itu, tidakkah mereka berpikir masa depan mereka sangat dipengaruhi dengan tingkat pendidikannya sekarang. Benar-benar aneh…

Baca Juga:   Satu Langkah Lagi untuk Sebuah HP Mini Netbook

Oleh karena itu si pemilik kios membuat tulisan “JANGAN BIARKAN KAMI PUTUS SEKOLAH” dengan maksud agar bisa sesekali dibaca oleh para orang tua dari anak-anak tersebut, walaupun hal itu terjadi secara tidak sengaja. Dan meskipun si pemilik kios tidak berkomentar banyak ketika saya tanya tanaman lidah buaya yang dijual itu milik siapa, namun saya yakin dari hasil penjualan lidah buaya tersebut pasti sebagiannya akan disisihkan untuk membantu anak-anak yang benar-benar tidak mampu untuk melanjutkan sekolah. Empat jempol saya berikan atas keperduliannya dengan kondisi anak-anak di lingkungan sekitarnya. Tidak mesti harus menunggu pemerintah bertindak kalau memang kita bisa melakukannya sendiri. Maju pendidikan Indonesia… (DW)

Don`t copy text!