Pasca Ustadz Yazid Jawaz Wafat, Banyak Bertanya, “Apakah Ada Tahlilan?”

Image: Property of Republika

BloggerBorneo.com – Setelah Ustaz Yazid Jawaz berpulang, banyak warga bertanya-tanya apakah akan ada yasinan atau tahlilan di kediaman beliau. Saking penasarannya, saya sempat melakukan riset di beberapa website dan media sosial.

Hasilnya? Nihil! Tak ada tanda-tanda akan diadakan acara yasinan di rumah almarhum.

Mungkin bukan hal yang aneh. Selama ini, Ustaz Yazid dikenal sangat tegas terhadap amalan-amalan yang menurutnya tidak ada dalilnya.

Bahkan, beliau tidak segan mencap para pelaku amalan tersebut dengan tuduhan bid’ah. “Dalilnya Mana?” menjadi jargon yang selalu beliau lontarkan, sampai-sampai beliau dijuluki Ustaz “Dalilnya Mana?”

Prinsip-prinsip tegas ini terangkum dalam karya beliau seperti buku “Mulia dengan Manhaj Salaf,” di mana beliau membahas pentingnya mengikuti manhaj Salaf dalam aqidah, manhaj, dakwah, dan akhlak.

Nama Ustaz Yazid memang besar, dan pengikutnya tidak sedikit. Jadi, wajar saja jika setiap gerak-gerik dan ucapannya selalu menjadi sorotan, termasuk tanda hitam di jidatnya yang sering dijadikan meme oleh para konten kreator.

Entah bagaimana ceritanya, tanda hitam di jidat beliau malah menambah ketenarannya. Ini semua menunjukkan konsistensi beliau dalam mengamalkan prinsip-prinsip yang beliau tulis dalam buku “Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

Baca Juga:  Aku Memilih Berdasarkan Hati Nurani, Bukan Berdasarkan SARA

Ada juga ucapan beliau yang legendaris tentang hujan. Menurutnya, turunnya hujan bukan karena proses ilmiah seperti air menguap, menjadi awan, dan turun sebagai hujan.

“Turunnya hujan itu karena izin Allah, bukan yang lain,” katanya. Seolah-olah menantang ilmu fisika, beliau menegaskan bahwa tanpa izin Allah, tidak akan ada setetes pun hujan yang turun.

Ya, wes, no debat. Prinsip ini selaras dengan pemahamannya tentang tauhid yang beliau jelaskan secara tuntas dalam buku “Syarah Kitab Tauhid.”

Ada larangan semasa beliau hidup: jangan pernah kirim pengumuman di media sosial, karena haram tak ada dalilnya. Lucunya, begitu beliau wafat, ucapan tentang kematian beliau justru viral di berbagai platform media sosial. Bahkan sekarang masih ramai dibicarakan.

Ya, maklum saja, beliau bukan orang sembarangan. Ini adalah salah satu ironi yang menambah warna dalam perjalanan dakwah beliau, seperti yang beliau paparkan dalam “Jalan Kebahagiaan Keselamatan Keberkahan.”

Kemudian ada cerita soal batu nisan kuburannya yang membuat banyak orang bertanya-tanya. Batu nisan Ustaz Yazid ternyata terbuat dari kayu, bukan batu seperti yang biasa kita lihat. Banyak yang bertanya, kenapa dari kayu?

Baca Juga:  Neo Digitalism, Ketika Teknologi Digital Membuat Hidupmu Menjadi Ketergantungan

Bukannya harus dari batu seperti zaman nabi dulu? Ternyata, ini adalah satu lagi bentuk konsistensi beliau dan pengikutnya terhadap prinsip-prinsip yang beliau pegang teguh selama hidup.

Sama seperti bagaimana beliau selalu merujuk pada dalil yang jelas dalam setiap hal, seperti yang beliau jelaskan dalam karya-karyanya.

Puncak dari segala keanehan ini adalah saat seorang kawan saya melarang mengirimkan Al-Fatihah untuk almarhum. Menurutnya, kirim Al-Fatihah itu tidak ada dalilnya, sesuai dengan ajaran Ustaz Yazid.

Rasanya, setiap langkah yang kita coba ambil untuk menghormati beliau, selalu ada pertanyaan “Dalilnya Mana?” yang bergema. Seolah-olah kita harus membawa kitab tafsir setiap kali hendak mendoakan beliau.

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Dalam segala keanehannya, Ustaz Yazid Jawaz tetap menjadi sosok yang dihormati dan dikenang banyak orang. Mulai dari prinsip-prinsip tegasnya hingga ciri khas yang membuatnya terkenal di media sosial, semua itu menjadikan beliau figur yang sulit dilupakan.

Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. (RJ)

Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept