5 Tips Menjaga Kesehatan Mental Ketika Berada dalam Lingkungan Media Sosial

"Gua sih ga fokus ama kontennya Bro, lebih seru baca komentar dari para netizen dibawahnya" demikian ucap dari salah seorang pengguna media sosial ketika berkomentar mengenai pemberitaan kisah pembunuhan Brigadir J yang sampai detik ini masih terus ramai diperbincangkan publik.

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Lingkungan Media Sosial

Memang ketika bicara mengenai media sosial, sampai kapanpun tidak akan habisnya. Hal ini dikarenakan tingkah polah para netizen di Indonesia sudah masuk dalam kategori “tidak sopan” sedunia.

Menurut hasil riset tingkat kesopanan pengguna internet yang dilakukan oleh Microsoft sepanjang 2020, Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Pernyataan ini dirilis resmi pada saat peringatan Hari Media Sosial Tahun 2021 lalu.

Di tahun 2021 jumlah pengguna internet Indonesia adalah 202 juta atau sekitar 73% dari total penduduk. Sedangkan untuk pengguna media sosial, We Are Social menetapkan angka 170 juta pengguna.

Untuk pemakaian aplikasi, berada di urutan pertama adalah YouTube yaitu sebesar 93%. Kemudian disusul oleh Instagram sebesar 86% dan Facebook 85%. Masih ada lagi beberapa aplikasi lain seperti WhatsApp dan Line.

Dari angka data diatas dapat dilihat bagaimana lingkungan media sosial dapat memberi dampak secara tidak langsung terhadap tingkah laku dan perangai para penggunanya. Masih minimnya literasi akan hal ini menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya fenomena ini.

Iri Hati Itu Manusiawi

Mungkin apa yang sedang Blogger Borneo bahas di tulisan ini pernah kita alami sendiri ketika sedang berada berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkungan media sosial. Memiliki rasa iri hati dan dengki (atau dalam istilah kekinian sering disebut sebagai julid) adalah satu hal yang manusiawi.

Secara rinci, dari salah satu tulisan kamarkenangan.com yang dimaksud dengan iri hati adalah bentuk reaksi emosional negatif yang muncul saat kita menyaksikan atau melihat orang lain mendapat pencapaian yang lebih yang membuat kita tidak nyaman dengan hal seperti itu.

Mengutip pernyataan dari dr. Lahargo Kembaren, SpKJ Spesialis Kedokteran Jiwa di artikel tersebut, rasa tidak nyaman itu muncul karena ketika seseorang mendapatkan pencapaian, prestasi atau hal yang baik. Ketika berada dalam kondisi ini, respon yang akan muncul hanya dua yaitu MEMUJI atau DENGKI.

Lahargo menjelaskan bahwa apa yang keluar dari kita sangat tergantung dari apa yang memang kita miliki. Jika dalam diri kita terdapat banyak hal negatif, maka itu yang akan kita ekspresikan. Akan tetapi jika kita punya hal positif dalam pikiran dan hati kita maka yang keluar juga adalah hal yang positif.

Jadi sebenarnya reaksi yang keluar ketika melihat pencapaian orang lain itu mencerminkan apa yang kita miliki dalam diri. Dan menurutnya orang yang suka nyinyir merupakan salah satu tanda kesehatan mental dirinya sedang terganggu.

Tips Menjaga Kesehatan Mental

Sekarang apa yang harus dilakukan ketika kita sedang berada dalam lingkungan media sosial, apakah akan menjadi sosok yang julid karena tidak mampu mengontrol emosi diri atau mampu bertahan dari godaan para netizen lain yang terkutuk hobi nyinyir.

Masih mengambil sumber dari blog kamarkenangan.com, dalam salah satu tulisannya yang berjudul Tips Anti Julid di Media Sosial kita dapat belajar sekaligus memahami hal-hal apa saja yang dapat dilakukan agar kesehatan mental kita tidak menjadi terganggu ketika sedang berada dalam lingkungan media sosial.

Secara umum tips menjaga kesehatan mental di lingkungan media sosial adalah sebagai berikut:

  1. Syukuri apa yang kita miliki.
  2. Berhentilah untuk kepo di media sosial.
  3. Jangan ikut campur dengan urusan pengguna lain.
  4. Tetap berpikir positif dan hindari prasangka negatif.
  5. Pahami bahwa media sosial hanyalah sebuah media.

Secara detail mengenai penjelasan 5 (lima) tips menjaga kesehatan mental diatas dapat dibaca di blog Kamar Kenangan.

Kesimpulan

Kehadiran media sosial sebagai sebuah “lingkungan” baru dalam kehidupan manusia saat sekarang ini ternyata telah memberikan dampak secara tidak langsung kepada para penggunanya.

Hasil riset dari Microsoft pada tahun 2021 yang mengkategorikan pengguna internet dari Indonesia “tidak sopan” telah menunjukkan bagaimana lingkungan media sosial memberikan dampak.

Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Lahargo Kembaren, SpKJ mengatakan bahwa rasa iri hati muncul dari perasaan tidak nyaman ketika melihat orang lain mendapatkan pencapaian, prestasi atau hal yang baik.

Pada dasarnya dalam diri setiap manusia memiliki rasa iri hati dan dengki, sekarang tinggal diwujudkan dalam bentuk positif (memuji) atau negatif (menyinyir).

Sekarang tinggal kembali ke diri kita sendiri, ingin menjadi pengguna internet yang cerdas dan bijaksana atau ikut menjadi bagian dari para netizen yang masuk dalam kategori tidak sopan sedunia. (DW)

Sumber Riset Pengguna Internet Indonesia

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Don`t copy text!