Kemajuan Teknologi, Rompi Anti Peluru Dibuat dari Jaring Laba-Laba
Laba-laba merupakan hewan serangga yang dapat mengeluarkan jaring sebagai alat yang digunakannya untuk membuat sarang, perangkap atau pun sebagai alat untuk membantunya ketika turun dari tempat yang tinggi.
Keunikan dari serangga ini sampai-sampai menjadi inspirasi untuk dibuat komik dan film superhero. Namun ternyata di dunia nyata kemampuan laba-laba dalam memproduksi jaring menarik peneliti untuk membedah kekuatan dari sutra yang dihasilkan oleh laba-laba.
Serat yang dihasilkan dan dipintal oleh laba-laba memang sangatlah tipis dan sangat halus, namun sutra laba-laba diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa. Setidaknya sutra laba-laba lebih kuat lima kali lipat dari kawat piano. Rahasia kekuatan dari sutra laba-laba ini diungkapkan oleh para peneliti dai Arizona State University (ASU) Amerika Serikat. Bahkan, menurut mereka, serat laba-laba juga bisa dimanfaatkan sebagai teknologi terbaru dalam pembuatan bahan untuk melapisi rompi anti peluru.
“Serat yang dihasilkan laba-laba mempunyai kombinasi kekuatan mekanis dan elastis yang unik, hal itu membuat sutra laba-laba sebagai salah satu material terkuat,” kata Jeffery Yarger yang berprofesi sebagai dosen di Departement of Chemistry and Biochemistry di ASU seperti yang dikutip dai Science Daily. “Riset ini memberikan pemahaman terlengkap soal serat yang memiliki sifat mekanis tersebut.”
Para peneliti tersebut mempelajari sutra dari 4 jenis laba-laba jenis Nephila clavipes, A. aurantia, L. hesperus janda hitam barat dan juga P. viridans.
Jaring laba-laba adalah polimer alami yang luar biasa, strukturnya menyerupai kolagen, materi pada kulit dan tulang, tapi strukturnya jauh lebih rumit dari itu. Para tim ahli kimia dari ASU mempelajari bahwa struktur molekuler serat itu bisa menghasilkan teknologi terbaru dalam pembuatan material seperti rompi anti peluru hingga tendon artifisial.
Tim peneliti ASU juga memperoleh data bahwa susunan sifat elastis dan mekanis dari jaring yang dihasilkan laba-laba tersebut sangat luas. Hal ini dapat memudahkan usaha untuk pemodelan dalam memahami interaksi sifat mekanis dan struktur molekul sutra yang digunakan untuk menghasilkan jaring laba-laba. Hasil penelitian ini nantinya akan disebarluaskan dalam jurnal Nature.
“Hasil penelitian ini akan dijadikan blueprint mengenai rekayasa struktural material yang diinspirasi oleh Alam seperti teknis bahan serat sintetis yang tepat guna menciptakan teknologi material yang lebih kuat, elastis dan tahan lama,” kata Yarger.
Yarger dan tim peneliti lainnya akan menggunakan teknologi hamburan cahaya Brillouin dengan laser daya rendah sekitar 3,5 miliwatt, bahkan lebih rendah dari laser pointer. Peneliti akan merekam apa yang akan terjadi ketika laser menembus jaring laba-laba, ilmuwan akan membuat peta spasial dengan tingkat elastistas setiap jaring yang ada tanpa merusaknya. Teknik ini diharapkan akan memunculkan variasi antara tiap serat, persimpangan dan juga titik perekatannya. (AS)