Banjir Kota: Bumerang Revitalisasi Parit Kota Pontianak
Kota Pontianak dikenal dengan nama Kota Seribu parit. Menurut data yang ada, di Kota Pontianak ada sekitar 3.750 parit baik yang Primer, Sekunder, maupun Tersier dengan panjang total sekitar 650 kilometer jika disambung satu sama lain.
Penulis: Deman Huri Gustira, S.Hut
Sudah dipastikan kota yang dibelah oleh ribuan parit, parit kota Pontianak menjadi salah satu identitas kota pontianak. Parit merupakan salah satu aset peradaban Kota.
Parit Kota Pontianak, bukan sekedar infrastruktur kota yang hanya dianggap sebagai sebuah tempat pembuangan limbah atau dikenal sebagai drainase. Tetapi parit merupakan bagian “ekositem” kota yang mampu menjaga tata kelola air di Kota Pontianak.
Melihat Kota Pontianak dengan ketinggian hanya 0-1 meter DPL, dibelah oleh dua sungai besar yaitu: Sungai Kapuas dan Sungai Landak, dan dikelilingi juga oleh kawasan rawa gambut dalam.
Sudah dipastikan parit Kota Pontianak merupakan satu kesatuan landscape hidrologis, sungai, kota, dan wilayah rawa gambut dalam menjaga keseimbangan distribusi air baik yang besal dari Sungai Kapuas, maupun Sungai Landak atau dari Wilayah Rawa Gambut yang mengelilingi Kota Pontianak.
BANJIR KOTA PONTIANAK
Karena merupakan satu kesatuan sistem hidrologis, revitalisasi parit tidak bisa dilakukan seperti merevitalisasi sistem drainase. Karena di Hulu dan Hilir parit terdapat ribuan bahkan jutaan kubik air baik dari sungai maupun dari kawasan rawa gambut.
Beberapa hari ini, sebagian Kota Pontianak mengalami kebanjiran atau bahasa kerennya tergenang terutama di pusat-pusat kota, yaitu sebagian Pontianak Selatan, sebagian Pontianak Tenggara, dan sebagian Pontianak Utara, sebagian Pontianak Timur, sedikit Barat dan menariknya Pontianak Utara tidak mengalami banjir.
Oke, kita semua bisa menyalahkan alam dan banjir disebabkan oleh hujan yang berturut-turut selama tiga hari di Kota Pontianak sebagai biang kerok munculnya banjir.
Tapi, faktanya banjir tidak merata di Kota Pontianak, banjirnya hanya di titik tertentu. Bahkan satu komplek banjir, sedangkan komplek disebelahnya tidak banjir. Di wilayah yang biasa banjir ketika banjir rob pada saat musin hujan berturut-turut malah tidak banjir.
Ini menarik, bahwa banjir yang terjadi di wilayah Kota Pontianak tidak terlepas dari kesalahan revitalisasi parit-parit di Kota Pontianak.
Di akui atau tidak, titik yang sedang mengalami banjir adalah wilayah yang telah mengalami revitalisasi parit.
REVITALISASI PARIT PENYEBAB BANJIR?
Revitalisasi parit yang menggunakan betonisasi telah mempersempit parit. Rata-rata lebar satu meter parit menghilang. Sementara kedalaman parit yang mengalami sendimentasi ekstrim tidak pernah dilakukan pengerukan besar-besaran.
Sehingga ketika debit air melimpah baik air hujan, air dari kawasan rawa gambut, maupun dari dua sungai besar tidak tertampung atau sirkulasi tidak berjalan baik, maka banjir jadinya atau tergenang.
Karena sebagai satu kesatuan sistem landcape hidrogis, sungai, kota, dan kawasan rawa gambut revitalisasi parit tidak hanya bisa dilakukan dengan pendekat hanya infrastruktur apalagi sistem betonisasi ini akan memperparah kondisi banjir di Kota Pontianak.
Ada dua pendekatan jika ingin melakukan revitalisasi parit di Kota Pontianak, pertama adalah dengan melakukan konservasi tanah dan airnya, kedua dengan memperhatikan sistem hidrologisnya.
Mungkin kita bisa melihat bagaimana Pontianak Utara, yang katanya kurang diperhatikan pembangunannya, tapi menariknya di kala orang Pontianak Selatan, Pontianak Tenggara dan sebagian Pontianak Barat menjerit, teman-teman di Pontianak Utara justru aman dari banjir.
Ini menarik kita dipelajari, bahwa parit-parit di Pontianak Utara belum mengalami revitalisasi besar-besaran seperti yang terjadi di wilayah Pontianak Selatan. Kalau adapun hanya terjadi di satu atau dua parit. Kawasan rawa gambutnya pun belum terjadi pembangunan besar-besaran seperti di wilayah Pontianak Selatan, sehingga di Pontianak Utara relatif aman dari Banjir.
Karena Kota Pontianak diapit oleh dua sungai dan dikelilingi Rawa Gambut dengan memiliki wilayah 0-1 meter DPL, maka pada dasarnya Kota Pontianak selalu “Basa” dan warganya dalam membangun kotanya secara turun temurun beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satu diantaranya dengan membangun parit untuk menjaga keseimbangan sirkulasi air.
Karena parit bukan pembuangan limbah, tetapi merupakan satu kesatuan sistem hidrologi sungai, kota, dan rawa gambut. Sehingga akan tetap berfungsi menjadi urat nadi kota dalam menjaga keseimbangan sirkulasi air, maka penangananya harus penuh kehati-hatian serta hitungan yang matang sehingga nantinya air akan menjadi lebih ramah dan bersahabat dengan warga kotanya. (DMH)