Reza Abdul Jabbar, Menjadi Peternak Sukses ketika Berada di Negeri Orang

Image: IniItu.Id

BloggerBorneo.com – Reza Abdul Jabbar, nama ini langsung menjadi viral ketika salah seorang teman di Facebook membagikan link beritanya di laman berandanya. Merasa penasaran, Blogger Borneo langsung mencari tahu siapakah dirinya.

Begitu ramainya pemberitaan mengenai sosok seorang pengusaha dari Indonesia, tepatnya dari Pontianak, Kalimantan Barat yang sukses membangun ekosistem dagang yang positif dan saling menguntungkan untuk jenis komoditi sapi di Selandia baru.

Reza Abdul Jabbar

Bermodalkan nama lengkapnya, Blogger Borneo mulai mengubek-ubek databasenya Mbah Google guna mencari informasi sedetail-detailnya mengenai jati diri dari sosok tersebut.

Alhamdulillah ada beberapa sumber tautan yang bisa dijadikan referensi yang Insya Allah informasinya cukup lengkap dan akurat.

Reza Abdul Jabbar, demikian nama lengkap dari sosok yang sejak SMA telah merantau ke Selandia Baru.

Keinginan kuat untuk menjadi seorang petani atau peternak sudah terpatri dalam benak sanubarinya, inilah yang menjadi alasan utama kenapa Reza memilih Selandia Baru sebagai tujuan perantauannya.

“Saat SMA itu saya sudah mempunyai bayangan ingin menjadi petani atau peternak. Makanya, saya sering bertukar pikiran dengan almarhum Ayah tentang cita-cita saya itu,” kenangnya.

Profil Diri

Reza Abdul Jabbar lahir dan dibesarkan di kota Pontianak tercinta 37 tahun silam. Masa kecilnya dihabiskan di Gang Bersatu Jalan HOS Cokroaminoto.

Reza mengenyam pendidikan dasarnya di SDN 29 Jalan Putri Candramidi dan kemudian melanjutkan ke SMPN 3 Pontianak. Saat SMA, Reza pindah ke Ibukota dan bersekolah di SMAN 3 Jakarta.

Saat kelas 2 SMA, tepatnya pada bulan Desember 1992, Reza memutuskan untuk pindah ke New Zealand karena ingin bisa kuliah di negeri yang berdekatan dengan kutub selatan tersebut.

Menurutnya di Selandia Baru merupakan negara yang memiliki kualitas peternakan terbaik di dunia. Setelah lulus SMA, Reza langsung melanjutkan pendidikan ke Fakultas Pertanian dan Peternakan di Massey University hingga ke jenjang S-2.

Selesai kuliah, Reza lalu bekerja di peternakan sapi potong, rusa, kambing, dan domba di Selandia Baru. Dibutuhkan waktu kurang lebih empat tahun bekerja hingga dirinya menjadi seorang Manajer.

Baca Juga:  Musa Amin, Sosok Perantau yang Berhasil Mengkonversi Hobinya Menjadi Cuan

Demi menambah pengalaman, Reza kemudian pindah ke peternakan sapi perah terbesar di New Zealand.

Meski beberapa kali harus berpindah lokasi bekerja di perusahaan peternakan, namun Reza tidak pernah patah semangat. Keinginan Reza untuk maju di jalan Allah, begitu kuat.

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Pria 41 tahun ini percaya hidup adalah kerja keras dan kerja cerdas. Di saat-saat masih bekerja inilah Reza mulai menyisihkan penghasilannya untuk dikumpulkan buat modal usaha beternak nantinya. Sedangkan istrinya bekerja di salah satu bank di tempat tinggalnya.

“Beternak ini adalah salah satu cara mencari penghasilan yang halal. Bagi saya ini adalah cara yang terbaik, terlebih beternak dan bertani ini merupakan sunah.

Jadi pekerjaan sunah dan kita percaya bahwa yang namanya pekerjaan sunah itu pasti ada kejayaan,” tutur Reza di peternakannya kepada Annisa Pratiwi, reporter NET Maret 2016.

Sukses di negeri orang, bukan hal mudah. Namun Reza buktikan itu dapat diwujudkan, bukan sekadar mimpi. Kuncinya sabar, ikhtiar dan ikhlas menjalani usaha dengan berpegang teguh pada niat utama, ibadah.

Titik Sukses

Sedikit demi sedikit, lama lama menjadi bukit. Sepertinya pepatah ini masih cukup dipegang teguh oleh Reza Abdul Jabbar ketika beberapa lama kemudian modalnya pun terkumpul pada tahun 2002.

Tanpa pikir panjang lagi, Reza pun langsung menginvestasikan semua modalnya untuk membeli 20 ekor sapi dengan harga per ekornya pada saat itu di sekitaran 9,6 juta rupiah.

Sapi-sapinya kemudian dipelihara di lahan milik orang. Hasil penjualan susunya dibagi sama 50:50 dengan pemilik lahan.

Alhamdulilllah setelah kurang lebih tiga tahun berjalan, Reza diberi kemudahan untuk membeli lahan buat peternakan di tempat yang baru di Invercargill, Selandia Baru.

Sejak saat itu Reza memutuskan untuk membuka usaha peternakan sendiri. Usahanya berkembang pesat. Sapinya yang semula hanya 20 ekor kini sudah menjadi 20 ribu ekor. Lahan peternakannya pun semakin luas. Sekarang sudah mencapai sekitar 800 hektar luasnya.

Baca Juga:  Yahya Sinwar, Gugurnya Sang Mujahid Sejati Pembela Bangsa Palestin

Untuk mengurus semua itu, Reza hanya mempekerjakan enam orang karena sebagian besar sudah dikerjakan secara mekanis, pakai mesin atau robot.

Proses pemerahan di peternakannya pun sudah cukup canggih, sapi diperah menggunakan robot mekanik. Pemberian pupuk juga dilakukan menggunakan helikopter. Reza mengaku mulai bekerja pukul 03.30 dan baru selesai pukul 20.00. Kerja keras itulah yang menjadi kunci suksesnya.

Dikunjungi Gubernur Kalbar

Mendengar kisah sukses Reza Abdul Jabbar membuat Gubernur Kalimantan Barat Cornelis dan rombongan melakukan kunjungan ke Selandia Baru.

Setelah melihat seluk beluk mengenai sistem peternakan yang telah diterapkan oleh sosok alumni SMPN 3 Pontianak ini, Gubernur pun bertekad menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu unggulan daerah Kalbar melalui teknologi mutakhir.

“Saya sempat rapat dengan gubernur dan menteri pertanian tentang bagaimana kemungkinan mengirim tenaga sarjana pertanian ke New Zealand. Biar banyak ahli yang bisa mengembangkan model peternakan ala New Zealand,” kata Reza menjelaskan.

Menurut Reza, bukan hanya ketekunan yang membuat Reza saat ini mendapat gelar “peternak karir” dengan jumlah aset lebih dari NZD 20 juta. Tetapi, regulasi dan perhatian pemerintah setempat juga menjadi faktor yang tak dapat dikesampingkan.

Didukung Regulasi Pemerintah

Regulasi di New Zealand, misalnya, memberikan keleluasaan kepada petani untuk memiliki lahan seperti yang dilakukan Reza. Pemerintah juga tidak membedakan antara Reza dan peternak asli New Zealand yang rata-rata Scottish. Selain itu, perbankan khusus petani dan peternak memiliki skema kredit untuk bisnis tersebut.

Perbankan dapat menerima collateral seperti lahan peternakan atau sapi hingga batas waktu 15 tahun dan bunga di bawah 6,5 persen. Pemerintah pun dimungkinkan membangun infrastruktur seperti jalan hingga lahan peternakan. Listrik masuk hingga pelosok di mana pun peternakan berada.

Peternak seperti Reza kemudian bersatu membentuk koperasi pengolahan susu bernama Fonterra di Edendale yang menaungi 6.789 peternakan, yang mengolah 15 juta liter susu per hari. Pabrik raksasa itu mengklaim diri sebagai “pabrik susu terbesar dan terhigienis” di dunia.

Baca Juga:  RA Kartini, Belajar dari Tafsir Al Qur'an dan KH Saleh Darat

Untuk mendukung kegiatannya, Fonterra memiliki 487 truk tangki berkapasitas 28.000 liter, 4 laboratorium, dan 86 pabrik pengolahan. Omzet Fonterra tahun 2012 mencapai USD 7 miliar.

Pasaran Susu ke Seluruh Dunia

Pasaran pabrik susu menjangkau seluruh dunia, terutama Asia Pasifik. Secara konservatif, Fonterra tidak listing di bursa efek karena tidak menghendaki para spekulan yang akan menghancurkan kegiatan persusuan di New Zealand, terutama ketika harga susu sedang merosot.

“Kami harus berhati-hati dalam menjalankan usaha ini,” ujar Reza.

Menurut Cornelis, Indonesia patut mencontoh peternakan di New Zealand.

“Kita memiliki luas wilayah yang sama dengan New Zealand Selatan. Karena itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bertekad mendorong iklim investasi yang dibutuhkan. Beberapa kendala seperti regulasi pemerintah pusat akan kita koordinasikan. Saya akan menghadap presiden untuk mengurusnya!” tegas Gubernur.

Kesimpulan

Nah, setelah kurang lebih 4 tahun berjalan sudah seperti apa tindak lanjut dan progress dari kunjungan ke Selandia Baru tersebut ya.

Apakah sudah dapat diimplementasikan sepenuhnya, atau baru bisa mewujudkan setengahnya, atau bahkan tidak bisa diimplementasikan sama sekali dikarenakan sistem dan kebijakan yang berbeda antara negara Selandia Baru dengan Indonesia.

Mungkin pertanyaan ini akan lebih tepat untuk dijawab oleh pihak-pihak yang terkait langsung pada saat itu. Ya jika dilihat untuk kondisi saat ini, bicara mengenai komoditi daging di Indonesia masih sangat bergantung dengan pasokan Kerbau dari India dan daging Sapi impor dari Australia, Brazil, dan Spanyol.

Atau mungkin dari pihak Universitas Tanjungpura ada yang berminat untuk mengundang Beliau menjadi pembicara tamu guna mengisi sesi seminar bertemakan bagaimana mengembangkan potensi bidang peternakan di Kalimantan Barat dengan memberdayakan lahan tidur yang ada menjadi produktif. Bisa menjadi pertimbangan buat kedepannya.

Demikian satu tulisan singkat mengenai sosok pria dari Kalimantan Barat yang justru bisa menjadi peternak sukses di negara lain yaitu Selandia Baru.

Saya cukup bangga dengan Bang Reza Abdul Jabbar karena selain sudah menjadi sukses, ternyata Abang juga seorang Muslim yang berjenggot. Salam dari tanah kelahiran Bang, semoga sukses dan selalu diberi kemudahan. Amin Ya Allah… (DW)

Referensi:

  • https://www.autobiografi.id/talenta/bf095d105c/reza-abdul-jabar
  • http://www.bptu-sembawa.net/id/berita/42
  • https://tattyelmir.wordpress.com/2017/04/03/menghimpun-berkah-dari-hijrah-ke-hijrah-2/

 

Artikel Lainnya
1 Comment
  1. […] Memberikan rasa lebih gurih, lezat dan milky karena mengandung lebih banyak susu di mana Prochiz selalu menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi termasuk menggunakan susu yang berasal dari New Zealand. […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More