Disabilitas dan Pandangan Masyarakat Terhadapnya
Perjalananku memenuhi undangan ICT Watch dalam kegiatan Forum Discussion Group Internet Sehat beberapa waktu lalu menjadi perjalanan teristimewaku selama ini. Siapa yang bakal mengira bahwa di event tersebut saya bisa kenal dan bertemu dengan orang-orang hebat dari berbagai latar belakang aktivitas dan komunitas yang berbeda-beda. Diantara semua peserta yang hadir pada saat itu, fokus perhatian saya tertuju kepada dua orang laki-laki yang sedang duduk di sayap kiri barisan paling depan. Benar-benar diluar perkiraan ternyata kedua orang tersebut mengalami disabilitas penglihatan, hal ini saya ketahui ketika salah satu diantaranya memperkenalkan diri pada saat akan mengajukan pertanyaan ke salah satu narasumber kegiatan.
Karena merasa penasaran untuk dapat bertemu langsung dengan kedua orang hebat ini, maka saya mencari saat yang tepat untuk melakukan silaturahmi. Rasa kagum yang luar biasa besar ketika melihat kedua orang ini dapat tampil selayaknya peserta umum lainnya membuat hati saya tidak tenang dan seolah-olah berkata, SAYA HARUS BERTEMU MEREKA.
Ternyata saya harus lebih bersabar untuk dapat mewujudkan keinginan tersebut, dikarenakan jadwal kegiatan yang cukup padat maka saya baru dapat menemui mereka ketika acara sudah selesai dilaksanakan yaitu sekitar pukul 21.30 WIB. Meski tampak terlihat lelah, mereka tetap bersedia untuk bersilaturahmi dengan saya. Beberapa pertanyaan mulai saya lontarkan demi menjawab rasa penasaran saya terhadap dua orang ini. Dari keduanya saya baru tahu kalau mereka mewakili komunitas Kartunet Community Indonesia (KCI), sebuah komunitas yang dibentuk khusus untuk memfasilitasi para sahabat dunia maya yang mengalami disabilitas sehingga mereka dapat terus berkarya. Kebetulan salah satu diantara mereka adalah Ketua Komunitas Kartunet nya sendiri yaitu Mas Dimas Prasetyo Muharam. Sedangkan yang satunya lagi saya lupa namanya dikarenakan semua catatan interview saya pada waktu malam itu tercecer di suatu tempat. Saya minta maaf ya Mas… 🙂
Saya sempat terperangah begitu mengetahui bahwa kedua orang yang berada didepan sekarang berstatus sebagai seorang mahasiswa dan juga seorang blogger. Nah lho, kok bisa sih belajar dan menulis tanpa menggunakan panca indera penglihatan. Ternyata benar kata orang bahwa dimana ada kekurangan pasti disitu ada jalannya. Selama ini mereka selalu menggunakan alat bantu untuk mempermudah melakukan suatu aktivitas, jadi meski mereka tidak dapat melihat namun empat indra lainnya masih berfungsi dengan sangat baik. Jadi, kalau biasanya kita melihat dengan mata, sedangkan mereka melihat dengan suara, aroma, atau bentuk rupanya. Sungguh luar biasa…
Bersambung…