Hukum Merayakan Valentine Day dari Sudut Pandang Islam

Image: KlikMu.Co

BloggerBorneo.com –  Dua hari lagi tepatnya tanggal 14 Februari merupakan saat yang paling ditunggu oleh masyarakat kita khususnya para remaja baik itu cowok maupun cewek.

Ya.. siapa yang tidak tahu bahwa pada tanggal tersebut bertepatan dengan Valentine’s Day atau lebih dikenal dengan Hari Kasih Sayang.

Valentine Day

Menjelang momen ini para remaja akan sibuk mencari-cari kado yang akan diberikan sebagai hadiah kepada pasangannya pada saat hari H nya nanti.

Menurut mereka dengan memberikan hadiah dan saling bertukar kado merupakan perwujudan kasih sayang mereka kepada pasangannya (pendek banget pikirannya yach…

Sebagai seorang cowok muslim yang pernah merasakan lingkungan muda (cieee……), perayaan Valentine’s Day tetap menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu para remaja setiap tahunnya.

Ngga tahu kenapa, sepertinya pada hari tersebut merupakan saat puncak dari keinginan mereka untuk saling menunjukkan kasih sayangnya kepada pasangannya masing-masing.

Mungkin tidak akan menjadi masalah jika yang merayakannya adalah dari kalangan non muslim, namun menjadi suatu tanda tanya besar bagi saya jika ada segelintir orang dari kalangan Muslim yang ikut merayakan hari kasih sayang tersebut.

Cara yang dilakukan untuk merayakannya juga bervariasi, mulai dari saling bertukar kado (tahap pemula), cipika-cipiki (tahap menengah), dan ada pula yang pada akhirnya mengarah menjadi perilaku s*** bebas (tahap profesional).

Terkadang saya berpikir dalam hati kenapa mereka memiliki pandangan yang sedangkal itu. Apakah perwujudan rasa kasih sayang harus ditunjukkan dengan melakukan hal-hal yang dilarang Agama? Sungguhlah merugi orang-orang yang memiliki pemikiran seperti itu.

Definisi

Disadari atau tidak, Valentine’s Day merupakan salah satu hari besarnya orang-orang Nasrani. Berikut ini saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai sejarah adanya Valentine’s Day yang saya kutip dari beberapa sumber seperti Majalah Muslimah dan Fatwa Ulama yang terkait dengan perihal ini.

Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.

Pertama

A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)

“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir.”

Kedua

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)

Baca Juga:  Sejarah Baitul Maqdis dan Palestina - Ustadz Felix Siauw

“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.”

Ketiga

Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).

“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”

(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.

Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa.

Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya.

Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 – 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional).

Baca Juga:  Anshari Dimyati: Sultan Hamid II Bukan Pengkhianat Bangsa

Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.

Keempat

The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949).

“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”

Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut.

Pandangan Islam

Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala-. Betapa banyak kita dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil (bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :

Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir

Hari raya seperti Valentine’s Day merupakan ciri khas dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad Dimasyqiy Rahimahullah berkata: “Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran.

Mencocoki mereka dalam sebagian hari raya berarti mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama) dan syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global”.

Baca Juga:  Muhammad Zulfikar, Disabilitas Tak Membuatnya Putus Asa

Ikut merayakan Valentine’s Day termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut”.

Seorang Ulama Mesir, Syaikh Ali Mahfuzh Rahimahullah berkata dalam mengungkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, “Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi, dan Nasrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka.

Sungguh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dahulu membenci untuk menyamai Ahlul Kitab dalam segala urusan mereka. Perhatikan sikap Rasulullah SAW seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan dan adat kebiasaan orang kafir.

Kalian akan melihat mereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir rambut anak-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani.

Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dalam sebuah hadits shohih, “Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”.

Nah teman-teman, berdasarkan sedikit penjelasan diatas tentunya kalian dapat mengambil makna pelajaran yang terkandung didalamnya. Sebagai seorang muslim yang taat, sudah sepatutnya kita patuh dan bersedia untuk mengikuti segala perintah dan larangan-Nya yang telah dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur’an dan Hadits. Islam tidak pernah melarang kita untuk saling mengasihi dan berkasih sayang karena Islam merupakan agama yang indah.

Sayang kepada Allah SWT, sayang kepada Rasulullah SAW beserta junjungan-Nya, sayang kepada sesama manusia, dan sayang kepada seluruh makhluk Allah yang ada dimuka bumi ini telah menjadi bentuk konkret dari rasa kasih sayang kita. Dan kesemuanya itu tidak hanya dilakukan pada saat Valentine’s Day saja bukan?. (Diambil dari berbagai sumber)

Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More