Tanpa Toga Dirimu Tetap Seorang Sarjana
Sebuah pemberitaan di salah satu media cetak yang terbit di Pontianak, Kalimantan Barat, pada hari Jum’at (30/03/2012) sempat membuat diriku tersentak. Bagaimana tidak, pertama kali dalam sejarah Universitas Tanjungpura (UNTAN) yang merupakan almamater saya sendiri menyelenggarakan wisuda tanpa toga bagi puluhan orang wisudawannya pada saat itu. Dengan alasan ingin memperkenalkan desain toga baru, pihak penanggungjawab pembuatan toga yaitu Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UNTAN justru gagal memenuhi target penyelesaian jubah kebesaran para wisudawan tersebut.
Diakui atau tidak, dengan adanya kasus ini tentunya akan menimbulkan dampak yang kurang berkenan dihati para sarjana tanpa toga tersebut. Ya bisa dibilang momen satu-satunya sepanjang sejarah hidup mereka mengenakan toga yaitu ketika mereka lulus di tingkat strata satu alias sarjana, terkecuali ada diantara mereka meneruskan pendidikannya lagi di tingkat Pasca Sarjana maupun Doktor tentunya masih memiliki kesempatan untuk mengenakannya. Merasa sedih dan kecewa, itu tentu saja mereka rasakan. Namun terlepas dari itu semua, satu poin penting disini adalah secara simbolis mereka telah resmi memperoleh predikat sarjana. Dengan atau tanpa mengenakan toga, sebuah gelar tetap akan menempel dibelakang nama lengkap mereka.
Yang menjadi fokus perhatian saya disini adalah ternyata diantara ribuan wisudawan yang kurang beruntung tidak dapat mengenakan toga, ada salah satu diantaranya tetap merasa bahagia dengan penyelenggaraan acara wisuda ini. Meskipun hanya bermodalkan toga pinjaman dari salah seorang alumni kenalannya dari Fakultas MIPA, namanya masuk dalam daftar sarjana dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi yaitu 4,00. Dan uniknya disini adalah meskipun dirinya mengenakan toga dari Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, ternyata dia sebenarnya berasal dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNTAN Pontianak. Sungguh pengalaman ini akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan bagi dirinya, luar biasa…
Kembali ke topik diatas, dari keterangan di pemberitaan media cetak tersebut diketahui alasan yang dikemukakan oleh pihak KOPMA UNTAN adalah karena para penjahit toga tidak dapat memenuhi deadline tanggal penyelesaian. Kembali ada pihak yang menjadi kambing hitam disini, padahal kita tahu proses pembuatan toga para sarjana itu sebenarnya sudah jauh hari dipersiapkan. Logikanya, jika dalam satu angkatan pendaftaran ada sekitar 1.000-an mahasiswa yang diterima masuk maka dalam waktu rata-rata 4 tahun kedepan akan ada 1.000-an toga juga yang mesti dibuat. Sekarang pertanyaannya adalah apakah jangka waktu tersebut masih tidak cukup lagi bagi para penjahit untuk menyelesaikan order pesanannya. Sekarang masalah intinya dimana coba???.
Jadi, kesimpulannya disini adalah jangan sampai kejadian memalukan seperti ini terulang lagi di masa mendatang. Terus terang, sebagai salah seorang alumninya kejadian seperti ini benar-benar diluar perkiraan. Bukan sekali dua kali Universitas Tanjungpura mengadakan acara wisuda, namun kenapa kisahnya malah bisa fatal seperti ini. Bagaimanapun juga, pihak KOPMA UNTAN sebagai penyedia toga para wisudawan harus tetap bertanggungjawab disini. Mau bentuk tanggungjawabnya seperti apa, tinggal kita lihat keputusan apa yang akan diambil oleh para petinggi UNTAN. Buat para adik-adikku yang telah resmi menjadi sarjana saat ini, selamat buat kalian semuanya. TANPA TOGA DIRIMU TETAP SEORANG SARJANA... (DW)
Sumber Gambar:
- Harian Tribun Pontianak terbitan tanggal 30 Maret 2012 halaman 1 dan 9
Tulisan Terkait:
- http://kalbar.antaranews.com/berita/301156/rektor-untan-kecewa-tragedi-wisudawan-tanpa-toga