Antara Hisab dan Rukyat, Apa yang Membedakannya?
BloggerBorneo.com – Rukyat spirit hadist dengan ilat (alasan Rasulullah ummiyi tidak bisa membaca dan berhitung). Rasulullah menggunakan rukyat bukan hisab dalam menentukan awal bulan Ramadan:
إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ. الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا ” يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلَاثِينَ.
Artinya: Sesungguhnya umatku ummiy, tidak dapat menulis dan juga berhitung. Adapun bulan ini (Sya’ban/Ramadan) seperti ini dan seperti itu, yakni terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sedangkan Hisab spirit al-Qur’an (motivasi umat Islam harus bisa berhitung dan menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi).
Dalam al-Quran terdapat dua ayat yang mengandung isyarat yang jelas kepada hisab, QS. Ar-Rahman ayat 5. Ayat ini tidak sekadar memberi informasi, tetapi juga mendorong untuk melakukan perhitungan terhadap gerak matahari dan bulan.
Sedangkan dalam QS. Yunus ayat 5 menyebutkan bahwa menghitung gerak matahari dan bulan sangat berguna untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
Muhammadiyah sudah lama istiqomah mengedepankan spirit Alquran dalam hal ini karna beriringan dengan kemajuan teknologi, didalamnya banyak kaum terpelajar.
Dulu banyak yang enggan menggunakan metode hisab dan lebih condong dengan apa yang Rasulullah lakukan pada jamannya yakni rukyat. Alhamdulillah sekarang pemerintah sendiri mulai menerima metode Hisab walau dengan syarat sekian derajat.
Insya Allah saya yakin kedepan suara ummat Islam bersatu di bawah kalender islam dunia, sebagaimana sedang diperjuangkan Muhammadiyah saat ini.
Sehingga umat Islam di seluruh dunia termasuk daerah benua antartika atau bagian pinggir dunia tidak perlu lagi pusing meneropong bulan yang kondisi geografisnya tidak ideal sebagaimana negeri kita.
Sebenarnya umat Islam tanpa sadar sudah menjalankan ibadah keseharian dengan menggunakan metode hisab semisal jadwal sholat.
Bahkan untuk azan aja sekarang aja tidak harus keluar masjid melihat posisi matahari berada sejajar/condong atau kondisi gelapnya malam hanya untuk menandakan waktu Isya’ tiba, cukup melihat detik demi detik jadwal jam waktu sholat yang sudah diketahui.
Jangankan soal menentukan posisi bulan baru, metode hisab ini bahkan 1000 tahun yang akan datang sudah bisa di ketahui. Ada berapa kali gerhana matahari, atau gerhana bulan. posisinya di mana letaknya dimana, detik jam berapa.
Dari alasan itu Insya Allah ane yakin kedepanya dunia Islam akan memiliki kalender yang bisa menyatukan suara ummat islam soal penentuan hari hari dalam ibadah secara keseluruhan, baik sholat atau sekedar mentukan kapan hari ramadhan dan hari raya tiba.
Wallahualambishoab..
Ibnu Hajar (Alumni Univ Muhammadiyah Pontianak)
Comments are closed.