Bentrok Ormas di Pemalang: Refleksi Peran, Fungsi, dan Bahaya Doktrin dalam Organisasi Massa

Tragedi bentrokan antar ormas di Pemalang jadi pengingat pentingnya merefleksikan kembali peran dan fungsi organisasi masyarakat (ormas).

Image: Chat GPT

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

BloggerBorneo.com – Konflik horizontal yang melibatkan dua kelompok yang tergabung dalam Organisasi Massa (Ormas) kembali terjadi dan menjadi catatan sejarah memilukan di negeri ini.

Suasana tabligh akbar yang semestinya memberi kedamaian, sontak mencekam karena dua kelompok massa dari Front Persaudaraan Islam (FPI) dengan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) di Pemalang Jawa Tengah bentrok.

Bentrok Ormas di Pemalang

Pemicu kejadian tersebut diduga karena adanya penolakan PWI-LS terhadap tabligh akbar yang digelar FPI. Akibatnya, korban luka berjatuhan tanpa mengenal apakah yang luka merupakan dalang peristiwa atau yang sekedar ikut-ikutan, tanpa tahu dirinya berpotensi menjadi korban bahkan dikorbankan.

Yang pasti mereka adalah korban dari kobaran semangat yang keliru. Atas kejadian ini, kesedihan bukan hanya karena terdapat luka fisik, lebih dari itu yakni luka batin yang terus menghantui, menebar kebencian dan dendam.

Selain itu, dengan adanya kejadian ini menambah daftar catatan buruk sejarah, bahwa anak bangsa saling serang, karena berbeda ideologi, kepentingan dan sebagainya tanpa terbesit sedikitpun kesadaran di benak, bahwa sejatinya kita semua adalah saudara. Saudara sebangsa setanah air.

Review Fungsi Ormas

Berkaca dari rentetan gejolak sosial yang ditimbulkan kelompok ormas, kita sebagai masyarakat perlu mengulas kembali atau mereview peran dan fungsi ormas itu sendiri, terutama tentang keberadaan dan eksistensinya di tengah masyarakat.

Apakah masih sesuai dengan semangat berdirinya berdasarkan apa yang menjadi amanat undang-undang. Sehingga tidak menciptakan pemahaman keliru berkembang di benak masyarakat tentang esensi mengikuti sebuah ormas.

Sosialisasi dan edukasi tentang keberadaan lembaga sosial/organisasi penting dilakukan serta dipahami masyarakat untuk menghindari doktrinisasi tertentu yang berpotensi membentuk loyalitas/fanatisme berlebihan, namun satu sisi mematikan ruang logika untuk berpikir jernih memahami suatu perkara.

Akibatnya, mudah dipengaruhi bahkan diprovokasi untuk dimanfaatkan oleh kepentingan tertentu atas dasar emosional dan kebanggaan sektoral. Oleh karena itu, pondasi sosial masyarakat harus kokoh dan tidak liar di ruang hampa, agar situasi emosionalnya tidak rentan di obok-obok.

Ormas adalah Wadah Perkumpulan Sosial

Secara sederhana ormas adalah wadah perkumpulan sosial, lembaga non pemerintah yang menghimpun masyarakat untuk terlibat aktif mendorong proses pembangunan di bidang sosial, pendidikan politik, agama, budaya dan sebagainya.

Dalam negara yang menganut sistem demokrasi, ormas merupakan instrumen politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, yang dijamin kebebasannya berkumpul/berserikat sesuai aturan perundang-undangan.

Pada prakteknya ormas sebagai mitra pemerintah terutama dalam hal aspirasi dan advokasi isu-isu sosial, sekaligus sebagai kontrol sosial mengawasi jalannya pemerintahan.

Di Indonesia, euforia masyarakat berserikat ini dimulai sejak pasca reformasi, saat itu banyak lembaga sosial, ormas bermunculan setelah sebelumnya kebebasan sipil sedikit dikekang pada masa orde baru.

Regulasi Tentang Ormas

Regulasi tentang ormas tertuang pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang menyebutkan Ormas berfungsi sebagai wadah penyalur aspirasi, pembinaan anggota, pemberdayaan masyarakat, pemenuhan pelayanan sosial, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, ormas juga berperan dalam melestarikan nilai-nilai agama, norma, dan etika dalam masyarakat. Berdasarkan pernyataan ini, banyak terdapat sisi positif dari kehadiran ormas di lingkup sosial masyarakat apabila berperan sesuai dengan fungsi formalnya.

Dengan demikian kader atau anggota sebuah ormas juga semestinya individu yang berkompeten sesuai arah pergerakan lembaganya, memiliki kualitas dan integritas mumpuni sehingga profesional kiprahnya menjalankan roda ormas bahkan dapat berkontribusi dalam mencetak kader pemimpin bangsa.

Lembaga sosial/ormas juga harus berorientasi kepada kepentingan umum, berperan menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta bersama menjaga kedaulatan negara.

Rekam jejak sejarah mencatat, ormas juga berperan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia seperti yang dilakukan ormas besar Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan lain-lain.

Disorientasi Ormas

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman yang semakin gelisah menjawab tantangannya sendiri, sepertinya terjadi pergeseran pijakan dalam menahkodai ormas yang mungkin dipengaruhi kompleksitas dinamika sosial.

Ormas seperti kehilangan jati dirinya dan cenderung terjebak dalam pragmatisme sosial. Semula bertujuan sebagai pihak ketiga (mitra) negara untuk membangun hajat hidup masyarakat, diperjalanan berubah arah seperti menjadi alat kamuflase memanfaatkan, menjual nama/otoritas lembaga.

Dengan motif untuk meraup keuntungan ekonomi (profit) dan menjadi alat teror politik mengandalkan metode kekuatan massa (people power). Tak urung, indikasi terjadinya aksi-aksi premanisme juga berlindung dalam tubuh ormas.

Ormas yang berdiri dengan landasan ideologi tertentu, justru rentan dimanfaatkan untuk saling menebar benci, saling tolak menolak satu dengan yang lain dan berpotensi menjadi sumber pemecah belah masyarakat.

Oleh karena itu, masyarakat harus bijak dalam menyikapi persoalan/permasalahan sosial yang dimotori ormas dan selektif dalam mengikuti ormas, agar tidak terjebak dalam pusaran sesuatu yang justru merugikan.

Semua Tentang Doktrin

Menurut KBBI, doktrin adalah ajaran tentang asas suatu aliran politik atau keagamaan. Secara umum, doktrin adalah sesuatu yang diajarkan.

Doktrin adalah sebuah prinsip atau seperangkat prinsip-prinsip yang diikuti oleh kelompok tertentu atau dalam situasi tertentu. Doktrin bersifat abstrak namun berperan vital.

Doktrin ibarat sebuah program/perangkat lunak yang diinstal dalam otak manusia untuk mempengaruhi emosional atau suasana hati, cara kerjanya menjual harapan.

Manusia yang terdoktrinisasi dengan sebuah pemikiran/paham perlahan akan menumbuhkan loyalitas terhadap apa yang diyakini tersebut dan akan membentuk militansi. Pada tahap itu, logika tidak lagi menjadi satu-satunya aspek yang berpengaruh untuk menentukan sikap.

Analisis tentang baik buruk atau untung rugi tidak lagi menjadi prioritas, orientasi utama yang penting hati puas. Doktrin bersifat relatif, ia berkembang sesuai niat awal sang pionir atau inisiator. Bisa baik membawa kebaikan, bisa juga buruk membawa keburukan.

Doktrin bukanlah sesuatu yang mutlak untuk dihindari, tetapi lebih tepatnya merupakan suatu ruang yang menuntut ketelitian atau kehati-hatian.

Maka dari itu, sebelum masuk dan terjebak lebih jauh, alangkah baiknya untuk menilai dan melihat dari luar terlebih dahulu secara seksama melalui rekam jejak sebuah lembaga. (AZ)

Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

error: Content is protected !!