Sosok Bung Ben, Maju Sebagai Calon DPD RI Kalbar 2019 dengan Gagasan Reformasi Intitusi

Berbicara tentang reformasi tentunya kita mengenal sejak terjadinya transisi kekuasaan tahun 1998 dimana bertransformasi dari pemerintahan diktator beralih ke pemerintahan yang memiliki nilai demokrasi.

Bung Ben Calon Anggota DPD RI Kalbar 2019

Calon DPD RI Kalbar

Kejadian bersejarah tersebut mampu membuat Indonesia kembali memupuk semangat baru dalam membangun kesetaraan dan kemakmuran bagi rakyat. Namun setelah 15 tahun era reformasi, konsep-konsep reformasi terasa tidak berjalan dengan harapan besar masyarakat yang menginginkannya dalam segala perubahan.

Blue Print reformasi hanya tercatat diatas kertas, implementasi harapan masyarakat terhadap elit-elit tidak sejalan dengan ruh reformasi, korupsi masih merajalela, pertumbuhan ekonomi volatilitasnya hanya sebatas pergerakan grafik ekonomi kapitalis, korelasi terhadap kesenjangan antara miskin dan kaya sangat berasa.

Grafik pertumbuhan ekonomi sekian persen seolah–olah hanya sebuah cover atau topeng agar terkesan Negara ini tidak terpuruk-puruk amat.

Beni Sulastiyo, Tokoh muda Pontianak biasa disapa akrab dengan panggilan Bung Ben selalu mengatakan dalam setiap diskusi, reformasi 1998 itu terlalu cepat, hanya sebuah pergerakan untuk merubah tapi tidak memiliki konsep, terbukti sampai saat ini mesin perubahan tidak berjalan dengan apa yang diharapkan masyarakat.

Korupsi makin merajalela malah melahirkan koruptor-koruptor handal. Berbicara Reformasi ntah apa yang akan di reform atau dirubah, perubahan hanya berdampak secara politik, cara berpikir demokrasi dalam menentukan kekuasaan, namun secara ekonomi masih bersifat ekstraktif.

Reformasi Institusi

Dengan rencana pencalonan Bung Ben untuk maju menjadi Calon DPD RI Kalbar 2019, itu adalah hal yang sangat luar biasa, saya mengenal beliau adalah seorang yang sangat fenomenal, dipikirannya selalu tertanam Ide dan perubahan, menjadikan kegelisahan-kegelisahannya bagaimana membangun sebuah perubahan secara masif dan fundamentalis.

Baca Juga:  Cerita tentang Pria yang Tak Pernah Merindukan Ka'bah

Bung Ben selalu menilai bahwa cara pandang reformasi harus selalu tertuju dalam satu titik point, dan dia selalu menanamkan pentingnya High Education, khususnya kepada generasi muda agar terus berkarya dan tak henti-hentinya memotivasi para generasi milenial agar selalu menjadi pointer perubahan baik dari cara berpolitik dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi rakyat.

Cara pandang tersebut ia selalu tekankan dengan membangun komunitas-komunitas literasi dan selalu mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bisa menulis, menurutnya menulis adalah sebuah cara mengukur tingkat intelektualitas seorang, menulis secara tidak langsung akan memotivasi untuk meningkatkan pengetahuan, karena dengan menulis kita akan dituntut untuk banyak membaca.

Politikus Harus Bisa Menulis

“Menjadi Politikus harus bisa menulis, bagaimana dia bisa menuangkan sebuah konsep jika dia tidak mampu menuangkan pikirannya diatas kertas, tidak hanya Politisi, seluruh Professional harus mampu menulis, peradapaban dunia adalah peradaban literasi.

Bayangkan aja jika tidak ada yang mampu menulis mungkin kita tidak akan mengenal sejarah dan peradaban, dimana merupakan dasar pembelajaran kita untuk bagaimana melihat dan apa yang dilakukan oleh orang terdahulu dalam membangun negara ini” (Kutipan pembicaraan Bung Ben saat menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa FISIPOL UNTAN).

Bung Ben Calon DPD RI Kalbar 2019
Image: SobatBungBen.Com

Dari wacana-wacana yang selalu keluar saat sedang berdiskusi maupun memberikan seminar, terkesan Bung Ben mau kembali melakukan reformasi secara khusus kedalam seluruh tatanan birokrasi, organisasi dan pihak-pihak terkait yang mengelola Negara ini, jika disederhanakan kata kuncinya adalah REFORMASI INSTITUSI.

Baca Juga:  Masjid Ismuhu Yahya: Tempat Ibadah di Kubu Raya yang Menginspirasi Umat

Saya menangkap sebuah pemikiran yang cerdas, karena Negara ini tergantung dari user yang mengelola apakah dia mampu berpikir cerdas, mau berbuat atau hanya berpikir pragmatis dan praktis untuk memperkaya diri yang umum terjadi di negara-negara notabene dari tingkat kemakmuran rakyatnya dibawah rata-rata.

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Melihat runtuhnya sebuah Tirani kekuasaan sejak jaman peradaban sampai dengan saat ini, selalu terjadi kejadian yang berulang, kekuasaan secara institusi tidak mampu mengolah manusia (rakyat dan alamnya), kekuasaan tirani hanya digelapi dengan kekuasaan yang sangat pragmatis dan praktis.

Teriakan-teriakan rakyat selalu melontarakan kekesalan atas prilaku-prilaku kekuasaan yang tak mampu menciptakan dan menjalankan system pemerintahan secara baik, kekuasaan hanya digelapkan dengan cara bossy bukan leadership, korupsi, dan pola-pola yang selalu berulang terjadi di dunia ini.

Belajar dari Revolusi Industri

Inggris menjadi negara besar karena terlebih dahulu terjadi revolusi Industri yang mampu merubah serta memetakan Negara tersebut kedalam perubahan, revolusi mampu membuat negara seperti Inggris menjadi besar. Negara besar seperti Rusia yang diprediksi akan mampu menguasai dunia namun karena institusi dalam Negara nya tidak mampu menjalankan system dengan baik akhirnya Rusia terpecah belah.

Baca Juga:  Salman Subakat, CEO Visioner di Balik Kesuksesan Paragon Technology and Innovation

Why Nation Fail? Ditulis oleh dua orang tokoh terkenal dunia Daron Acemoglu (Pakar Ekonom) dan James A. Robinson (Pakar Politik), didalam bukunya mereka selalu berulang-ulang menuangkan kata institusi.

Menurut mereka gagalnya sebuah negara bukan dikarenakan Letak geografis, budaya, bahkan iklim Negara tersebut, berdasarkan sejarah dan hasil obeservasinya selama bertahun-tahun kegagalan Negara dikarenakan Institusi Negara tersebut tidak berjalan dengan sempurna khususnya Institusi Politik dan Ekonomi harus bersifat inklusif.

Perubahan sebuah institusi tidak bisa dilakukan secara drastis, harus ada sebuah proses dalam mendulang sistem, terutama kesadaran memupuk kepedulian untuk membawa pemerataan negara agar lebih pro ke rakyat.

Gerakan-gerakan menulis ala Bung Ben merupakan suatu pola pembentukan generasi-generasi kedepan untuk mampu menciptakan ide dan mengimplementasikannya sebagai bentuk sejarah agar kemunafikan masa lalu pemerintahan tidak musti terjadi lagi.

Kesejahteran itu harus adil dan merata, ditopang dengan kekakayaan alam Indonesia jika dibentuk sebuah Institusi yang mampu memberdayakan dan mengelola kekayaan atas dasar kemanusiaan tentunya Indonesia akan sejajar dengan negara-negara besar di Dunia.

Reformasi Institusi inilah nantinya mampu menjadikan Indonesia lebih elegan, lebih makmur, lebih kaya, dan lebih dicintai rakyat. Institusi cerdas adalah bagaimana menata dan meningkatkan kemakmuran serta menciptakan generasi muda handal agar system didalam Instiitusi tersebut berjalan secara kontinyu.

Kita do’akan semoga langkah Bung Ben Pemilik Jasa Percetakan Murah di Pontianak ini diberi kemudahan dan kelancaran. Amin…

Oleh: Endy Zulham Tobing

27/04/2018

*****

Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More