Membaca salah satu postingan dari sebuah akun facebook bernama Eko Wahyudi mengenai kisahnya yang telah berhasil “merumahkan” istrinya membuat Blogger Borneo merasa tertegun dan merasa salut akan prinsip hidupnya. Setelah kurang lebih 3,5 tahun istrinya menjadi seorang “abdi negara”, akhirnya Sang Suami memutuskan untuk “merumahkan” istrinya dengan mengajukan permohonan pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai pegawai negeri sipil tanpa hak pensiun.
Secara lengkap, Blogger Borneo akan mengutip kalimat di postingan tersebut dengan melakukan beberapa revisi agar bahasanya sesuai dengan susunan dan tata bahasa sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami. 🙂
====================
Dulu kami adalah mahasiswa/i di salah satu perguruan tinggi ber-plat merah “favorit” yang katanya setelah lulus bisa dipastikan langsung ditempatkan di salah satu kementerian. Dan katanya juga, hanya sekitar 2 persen saja yang akan diterima dari jumlah peserta yang mengikuti ujian masuknya. Uhukkk…
Impian orang tua kami dulu menyekolahkan kami di sana cuma satu, agar anaknya dapat langsung bekerja jadi PNS, abdi negara, ternyata impian mereka itu pun terwujud.
Namun, untuk orang tua istri, impian itu hanya berlaku lebih kurang 3,5 tahun saja. 3,5 tahun yang dilalui begitu cepat, berangkat pagi, pulang petang, berangkat bareng, pulang bareng, capek bareng, begitu-begitu saja. Belum lagi rumah tidak terurus, anak-anak juga tidak terpegang.
Anak tiba-tiba sudah besar saja, kami harus merelakan waktu-waktu yang berharga bersamanya, melihat tahap-tahap perkembangannya. Semua itu berlalu begitu cepat. Istri yang harusnya berkewajiban mengurus anak, melayani suami, justru ikut bekerja mencari nafkah. Disitu saya merasa sedih…?
Akhirnya kami memutuskan untuk “merumahkan” istri, walaupun kami harus membayar ganti rugi kepada negara sebesar 42 jutaan karena masih ada sisa ikatan dinas, tapi yakin aja, Allah Maha Kaya, nanti pasti Allah ganti. 🙂
Saya pengennya istri di rumah saja mengurus anak, mengurus suami, karena itulah kewajiban utamanya, bukan mencari nafkah sampe harus meninggalkan keluarga. Yang paling penting, cukup dengan itulah surga ada di genggamannya karena ia tercipta dengan lemah lembut, dengan naungan kehangatannya untuk berkasih sayang kepada keluarganya dan ia ibarat tulang rusuk yang bengkok, yang apabila menanggung beban berat maka ia akan patah, bukan untuk menjadi tulang punggung. Eeeaaa…
Terus, surga kita sekarang dimana Mas Bro? Mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, itulah surga kita karena kita diciptakan dengan gagah perkasa, dengan otot yang kuat, dengan pundak yang bidang, untuk menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan kalaupun kita mati, maka itu akan jadi syahid kita Mas Bro, surga di genggaman kita. Eeeaaa…
Dan kalau kita sudah kerja, tapi tetap tidak cukup, ya jangan paksa istri untuk bekerja. Kita sendiri yang seharusnya bagaimana caranya menutup itu semua. Kalau kata Mas Joko: “Kerja, Kerja, Kerja…” maka kerja apapun, usaha apapun, lakukan saja. Kita punya waktu 24 jam, gunakan waktu itu untuk bekerja, usaha, apapun demi keluarga kita, karena memang itulah kewajiban kita, pahalanya syahid Mas Bro.
Ingat Mas Bro, kerja itu bukan kewajiban istri, tapi kita, kewajiban kita. Kitalah yang wajib memenuhi kebutuhan keluarga, bukan istri. Kembalilah ke fitrah kita masing-masing.
Apa sih yang dikuatirkan? Takut tidak bisa makan? Takut tidak bisa bayar cicilan?
Segitu doang iman kita? Selemah itu kah? Padahal rezeki kita, rezeki anak-anak kita sudah Allah tentukan jauh sebelum kita dilahirkan. Jleb gak Mas Bro?.
Dan inilah salah satu prestasi terbesar dalam hidup saya, “merumahkan” istri. Istri yang merupakan lulusan 6 besar terbaik ini akan mendidik anak-anak kami nanti menjadi anak-anak yang pinter, cerdas, berakhlak baik. Insha Allah…
Satu lagi yang membuat paling asyik adalah ketika pulang kerja capek-capek, ternyata sekarang sudah ada yang menyambut kita di depan pintu dengan senyum manisnya, dan tentu saja teh manis buatannya, jadi langsung hilang deh rasa capeknya…???
Eeeaaa… Yang merasa jomblo harap minggir ya… 😀
Jadi, sekarang siapa lagi yang mau saya “rumahkan”?
Silakan share dan tag pasangan Anda. ???
NB:
Oh iya, satu hal yang paling penting sebelum resign adalah sebelumnya harus punya kegiatan menghasilkan dan bisa dikerjakan sambil ngurus keluarga di rumah. Hal inilah yang kami lakukan sebelum istri “dirumahkan”, karena kalau untuk hanya resign aja tentunya akan terasa sangat berat, terutama dari sisi finansial dan orang tua istri.
Alhamdulilla saya dan istri punya usaha yang sudah berjalan hampir 3 tahun dimana ketika istri “dirumahkan”, titik omzet kami telah menyentuh angka 1,1 Miliar per bulan, padahal saat itu kami brdua masih berstatus pegawai.
Nah, dengan pengalaman kami ini, saya punya keinginan sharing kepada siapa aja yang pengen punya pnghasilan sebelum memutuskan untuk resign dari kantornya. Inshaa Allah GRATIS karena niat saya lillahita’ala memang ingin membantu para ibu/istri yang ingin bisa selalu berada bersama disamping anak-anaknya tanpa harus memberatkan beban suami.
Dan sebelumnya saya mohon untuk tidak bersu’udzon dengan berpikiran saya nanti akan dibilang berjualan. Jujur, saat ini usaha kami atas izin Allah sudah cukup besar, saya hanya berpikir mungkin inilah saatnya saya berbagi, itu aja.
Penawaran ini hanya bagi yang mau saja, jika tidak mau ya tidak mengapa karena kembali lagi saya katakan niat saya hanya ingin membantu saja.
Ada yang mau? Silakan langsung komentar di postingan ini (klik LINK INI).
Jangan lupa untuk add FB saya terlebih dahulu atas nama Eko Wahyudi, Insha Allah nanti akan saya bahas lebih lanjut di postingan-postingan saya berikutnya…
Salam Kenal buat Semuanya,
Eko Wahyudi – Founder Komunitas #Workpreneur
Owner #AlwaHijab, #AlwaMoslem, #AlwaGroup