Kongres Internasional Budaya Dayak Pertama di Bengkayang, 3-6 Juni 2017

Membangun Manusia Dayak yang Berbudaya untuk Kesejahteraan dan Meningkatkan Daya Saing Daerah, kalimat ini menjadi tema dalam Kongres Internasional Budaya Dayak Pertama yang akan diselenggarakan di Kabupateng Bengkayang, Kalimantan Barat pada tanggal 3-6 Juni 2017.

Image: KongresBudayaDayak.Org

Kongres Internasional Budaya Dayak – Dalam rangka aktualisasi kembali semangat persatuan Dayak sesuai dengan Persetujuan Tumbang Anoi tahun 1894, diselenggarakanlah Kongres Internasional Budaya Dayak pertama kali di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Bengkayang dari tanggal 3-6 Juni 2017.

Menurut ketua panitia, Bambang Bider, seperti dilansir dari halaman media cetak Tribun Pontianak, Minggu (28/05/2017), kerangka keberagaman dalam persatuan dan persatuan dalam keberagaman, empati, solidaritas, dan kolaborasi demi pemberdayaan Dayak menjadi dasar kegiatan ini diselenggarakan.

“Dan kemuliaan Borneo (Kalimantan-Indonesia, Brunei Darussalam, Sabah, dan Sarawak-Malaysia secara keseluruhan melalui kolaborasi, kerjasama, dan penciptaan yang saling menguntungkan,” demikian jelasnya.

Bambang menambahkan bahwa istilah Dayak merupakan penyebutan umum untuk penduduk asli di Pulau Borneo. Pada masa penjajahan dan jika dilihat dari sudut pandang mereka, cara hidup dan unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan penduduk asli dianggap sebagai hal yang primitif, kuno, penyembah berhala, dan hal-hal lain seputar praktek pengayauan.

Dan disaat bersamaan, para penulis dan akademisi dari Eropa Barat mengembangkan aliran orientalisme yang mewakili pengetahuan orang-orang Eropa tentang wilayah Asia Timur termasuk Borneo.

Baca Juga:  Hari Difabel Internasional: Mengenal Lebih Dekat Hak dan Kesejahteraan Penyandang Disabilitas

KOLABORASI DEMI PERSATUAN DAN KEBERAGAMAN

Kehadiran sumber-sumber referensi dalam bentuk buku, makalah, tulisan hasil penelitian, dan publikasi-publikasi yang dibuat dalam bahasa orientalisme ini tentu saja akan membuat paradigma terhadap Dayak menjadi berbeda, dengan kata lain semua sumber referensi tersebut dituliskan berdasarkan cara pandang mereka. Hal ini menyebabkan masyarakat Dayak merasa rendah diri, terpinggirkan, dan dipandang remeh.

Sejarah mencatat, pada tanggal 22 Mei – 24 Juli 1984 telah dilaksanakan pertemuan Tumbang Anoi di Kalimantan Tengah, Indonesia dengan agenda pembahasan mengenai bagaimana menghentikan praktik pengayauan diantara sesama sub-sub kelompok Dayak. Sepertinya pada momen ini masyarakat Dayak sudah mulai sadar mengenai perihal identitas, integritas, martabat, dan kedaulatan mereka.

PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA

Memasuki abad ke 20, Misi Kristen (Katholik dan Protestan) membangun banyak sekolah di daerah pedalaman dengan tujuan memberikan pendidikan bagi generasi muda Dayak. Dari proses inilah muncul beberapa tokoh-tokoh muda Dayak di berbagai daerah yang namanya masih dikenal sampai sekarang, seperti: Tun Jugah di Sarawak, JC. Oevang Oeray di Kalimantan Barat, Djilik Riwut di Kalimantan Tengah, dan Kitingan di Sabah.

Baca Juga:  Jadwal dan Update Hasil Pertandingan Terbaru Piala Dunia 2018 Rusia

Pada tahun 1992, dilaksanakan Seminar Nasional Budaya Dayak. Kegiatan seminar ini diselenggarakan oleh Institute Dayakologi Research and Development (IDRD) dan dihadiri oleh para perwakilan intelektual Dayak dari Sarawak, Sabah, Brunei Darussalam, dan Indonesia.

KONGRES INTERNASIONAL BUDAYA DAYAK

Untuk saat ini dimana perkembangan jaman dan arus perputaran informasi terjadi sedemikian cepat, tantangan-tantangan terhadap keberadaan Dayak semakin besar. Akan tetapi, di satu sisi justru tantangan-tantangan ini dapat menjadi sebuah kesempatan untuk membentuk ruang transformasi yang selama ini belum pernah sama sekali dilakukan.

Disini nantinya bisa dibahas mengenai cara mengungkapkan definisi dengan cara yang beda (rephrase) dan menguraikan lewat kata-kata sendiri (paraphrase) khususnya mengenai aspek-aspek warisan budaya Dayak yang di masa lampau tidak terkatakan, tidak terekam, tidak terdokumentasikan, dan bahkan diabaikan.

Kongres Internasional Budaya Dayak adalah ruang intelektual bagi pembicara dan narasumber untuk melakukan identifikasi secara mendalam mengenai identitas, martabat, integritas, dan kedaulatan Dayak dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam teknis pelaksanaannya, akan dibuat konsep diskusi dan debat terbuka dengan menjadikan beberapa isu sebagai topik utamanya.

Baca Juga:  Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Administrasi Kependudukan

INFO KEIKUTSERTAAN

Khusus bagi masyarakat Dayak yang ingin turut berpartisipasi dalam Kongres Internasional Budaya Dayak bisa langsung datang ke sekretariat di Jl. Adisucipto No.1 Pontianak Kalimantan Barat, atau bisa juga dengan menghubungi contact person di +62 813 5121 4702.

E-Mail: albertn89k@gmail.com / bbider1973@gmail.com

Website: www.kongresbudayadayak.org

Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More