#LebarandiPapua, Pesan Damai untuk Tolikara dari Para Blogger Papua
Tidak terasa hari ini sudah masuk hari ke-6 bulan Syawwal 1436 Hijriah, Alhamdulillah setelah sempat mengalami ketegangan akibat kejadian pembakaran masjid di hari pertama Idul Fitri kondisinya saat ini berangsur-angsur pulih dan tenang kembali.
Sepertinya semua elemen masyarakat sudah saling bahu membahu dalam meredam gejolak yang sebelumnya sempat hampir “meledak” diakibatkan pemberitaan-pemberitaan bersifat sepihak dan tanpa klarifikasi di beberapa portal media online besar di Indonesia. Tanpa sadar kita selaku penerima informasi juga ikut terbawa emosi dan turut memberikan andil dalam proses penyebaran pemberitaan-pemberitaan yang masih bersifat “mentah” tersebut.
Secara pribadi, empat jempol Blogger Borneo berikan kepada kawan-kawan yang masuk dalam jaringan Komunitas Blogger Papua. Sebenarnya sejak pertama kali kejadian ini bermula, Blogger Borneo langsung berusaha untuk menghubungi kawan-kawan dari komunitas Blogger Papua guna memperoleh informasi terkait terjadinya peristiwa ini. Memang untuk hal-hal seperti ini, para Blogger memegang peranan penting sebagai penyeimbang informasi dari berita-berita yang disebarkan oleh portal-portal berita online besar di Indonesia.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh para Blogger Papua adalah membuat ajakan bagi kawan-kawan Blogger di Indonesia untuk membuat postingan bersama di blognya masing-masing dengan menjadikan #LebarandiPapua sebagai tema utama tulisannya.
Diharapkan bahwa pesan damai lewat hashtag #LebarandiPapua bukan untuk makin memperkeruh suasana yang tercipta akibat berbagai opini di Sosial Media maupun media online yang tidak bertanggungjawab dan bersifat memprovokasi namun pesan damai ini akan menjadi pengenalan yang baik tentang keindahan toleransi kehidupan beragama yang nyata di papua selama ini.
Semua postingan yang telah dibuat akan dirangkum dan dipublikasikan secara serentak melalui akun media sosial twitter @BloggerPapua di hari kelima lebaran atau bertepatan dengan tanggal 21 Juli 2015. Diharapkan dengan adanya publikasi serentak secara online dapat menimbulkan efek positif mengenai kondisi Papua sebenarnya, bukan seperti isu-isu yang saat ini banyak merebak di masyarakat. (DW)