Mengambil Hikmah dari Tragedi Pesawat Sukhoi Super Jet 100
Terjadinya peristiwa kecelakaan yang menimpa pesawat Sukhoi Super Jet 100 beserta seluruh awak dan penumpang menjadi fokus perhatian saya dalam satu minggu terakhir. Setiap saat saya selalu melihat perkembangan proses evakuasi di lokasi terjadinya kecelakaan untuk mengetahui apa sebenarnya penyebab terjadinya peristiwa tragis tersebut. Joy Flight berujung duka, mungkin kalimat itu sesuai untuk menggambarkan bahwa sebenarnya tujuan penerbangan itu demo penerbangan dimana pesawat Sukhoi SJ-100 yang digunakan merupakan pesawat terbaru buatan Rusia. Siapa yang bakalan mengira jika pada akhirnya penerbangan perdana burung besi tersebut akan sekaligus menjadi penerbangan terakhirnya di langit Indonesia.
Mengenai perihal penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi SuperJet 100 tersebut sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti karena kita harus menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Dan itupun masih tergantung dari penemuan black box pesawat yang merekam semua pembicaraan di kokpit hingga detik-detik terakhir sebelum terjadinya kecelakaan. Akan tetapi, dibalik semua itu satu hal yang harus kita yakini kebenarannya adalah kita tidak bisa menebak kapan maut akan menjemput kita. Jika waktunya memang telah tiba, tiada satu manusia dan teknologi tercanggih manapun yang bisa menolaknya. Setidaknya jika kita melihat beberapa hasil dokumentasi para penumpang sesaat sebelum pesawat tinggal landas, satu amalan kebaikan telah dilakukan yaitu mereka memberikan senyuman bagi siapa saja yang melihatnya.
Dari peristiwa kecelakaan pesawat Sukhoi SJ-100 ini muncul satu pertanyaan dalam diri saya, kenapa selama ini kita harus membuang-buang uang hanya demi membeli pesawat-pesawat canggih buatan luar negeri. Bukankah sebenarnya sejak hampir dua dasawarsa lalu kita telah memiliki sebuah produk yang diakui kecanggihan teknologinya secara internasional pada saat itu yaitu N-250 atau lebih dikenal dengan nama Gatot Kaca. Hanya saja dikarenakan sesuatu dan lain hal, proses pengembangan pesawat tersebut tidak bisa dilakukan dan harus berhenti selang beberapa waktu kemudian. Sungguh sangat disayangkan…
Mungkin kita tidak bisa melupakan satu nama yang sampai saat ini tidak perlu diragukan lagi kecerdasan dan kredibilitasnya sebagai salah satu tokoh aeroneutika dunia yaitu Bapak BJ. Habibie karena berkat jasa beliaulah prototype Gatot Kaca bisa tercipta. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya project tersebut terus dikembangkan sampai saat ini, yang pasti satu fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi kebenarannya adalah ternyata pesawat-pesawat canggih buatan perusahaan internasional sekelas Boeing menggunakan teknologi hasil ciptaan Bapak Habibie yang dipasang dibagian ekor dan kedua sisi sayapnya. Kalau dipikir-pikir lucu juga, kenapa harus membeli pesawat-pesawat yang notabene jelas-jelas beberapa bagian pentingnya merupakan hasil karya anak negeri. Jangankan bagian ekor dan sisi sayap, wong pesawatnya bisa dibuat kok. Bener ngga???
Jadi terlepas dari masalah ini ternyata kita masih banyak harus belajar untuk mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Allah SWT memang tidak bisa berbicara, namun alamlah yang akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Dan melalui tulisan ini, saya turut mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada para keluarga yang ditinggalkan. Semoga semua amal ibadahnya diterima Allah SWT. Aminnn… (DW)
Sumber Gambar:
- http://projects87.blogspot.com/2011/08/pt-di-jatuh-bangun-bangkitkan-industri.html
- http://www.kaskus.us/showthread.php?t=14387096