TPFx Pontianak
Umum

Meninggalkan Fasilitas Mewah Demi Membangun Lembaga Politik bernama Partai Keadilan

×

Meninggalkan Fasilitas Mewah Demi Membangun Lembaga Politik bernama Partai Keadilan

Sebarkan artikel ini
Umi dan Abah Ibrahim Vatih
Image: facebook.com/kingvatih
Сollaborator

Membaca statusnya Ibrahim Vatih di linimassa nya yang berjudul Hari Ayah dan Ibu membuat Blogger Borneo langsung menghubungi Beliau melalui japri untuk meminta izin mempublikasikannya kembali di blog. Alhamdulillah mendapat respon positif dan Beliau pun mengizinkan.

Secara keseluruhan, ada 3 (tiga) poin penting yang membuat Blogger Borneo merasa ingin mempublikasikan statusnya sosok ikhwan yang merupakan founder pesantren penghasil santri hafal Al-Qur’an dan jago internet marketing ini.

3 Poin Penting Ibrahim Vatih

Poin pertama adalah meninggalkan fasilitas mewah yang diberikan oleh salah seorang kolega Abah Beliau dalam bentuk rumah tempat tinggal dengan segala kelengkapannya di Kuwait.

Untuk poin kedua, dapat dilihat bagaimana Ayah Beliau mengambil keputusan untuk pulang ke Indonesia karena pada saat itu kondisi perpolitikan berada pada fase transisi setelah Presiden Soeharto memutuskan untuk mundur.

Dan di poin ketiga atau poin terakhir, Blogger Borneo baru tahu ternyata Abah Beliau termasuk salah seorang jemaah yang mendirikan Lembaga Politik dengan nama Partai Keadilan.

Kutipan Status Linimassa

Secara lengkap, Blogger Borneo mempublikasikan ulang semua status Ibrahim Vatih yang dibagikan melalui linimassa nya pada hari Rabu, 22 Desember 2021. Silahkan dibaca secara seksama dibawah ini:

Baca Juga:  Kronologi Sejarah Palestina, Ditipu Sejak Camp David

22 Desember adalah hari ibu, juga hari ayah di keluarga kami, karena pada 22 Desember, 53 tahun lalu, Abah (ayah) lahir ke dunia.

Di momen ini, mau sedikit cerita tentang Ummi dan Abah.

Mereka berdua pernah diperebutkan oleh beberapa orang tajir di Kuwait karena memiliki rare skill yang bagi mereka (orang-orang Kuwait) adalah skill yang unik dan menarik.

Ada salah satu dari konglomerat yang niat banget ambil hati Ummi dan Abah. Diundang ke Kuwait, dikasih haji via Kuwait (mereka berdua haji sebelum 30 tahun), dan dikasih banyak fasilitas.

Mereka juga udah dibawa ke sebuah rumah yang menurut Ummi lebih mirip seperti istana. Rumah dua lantai super mewah yang luas lahannya ribuan meter persegi.

Kata si konglomerat, “Ini rumah buat kamu.”

Rumah masih kosong, dan disuruh isi sendiri (pilih barang sendiri), nanti dibayarin semuanya.

“Ajak semua keluargamu ke sini, anak-anak kamu sekolah di sini, bagus.”

Itu tahun ’97, mungkin kalau kurs sekarang total aset dan berbagai fasilitas itu nilainya ratusan milyar.

Abah sempat tinggal di sana selama hampir 1 tahun. Anak istrinya ditinggal di Indonesia.

Singkat cerita, awal ’98, kami anak-anaknya dibuatkan passport. Iya kami mau boyong meninggalkan Indonesia.

Saat semua udah siap dan tinggal berangkat, tiba-tiba Abah telpon dari Kuwait, kasih kabar bahwa kita batal boyong.

Bukan cuma kita keluarga yang kaget, tapi tuan konglomerat di Kuwait sana juga kaget dan marah.

“Ngapain kamu pulang?!” kata tuan konglo.

“Negara kamu itu negara hancur, negara korup!”

Abah menjelaskan alasannya.

Abah sempet dikata-katain “bodoh” sama tuan konglo, gara-gara memutuskan untuk pulang.

Beliau memutuskan untuk pulang karena alasan yang mungkin sepele; Soeharto lengser.

Pulangnya Abah ke Indonesia adalah bagian dari pengabdian beliau pada jama’ah.

Yang setahun setelahnya, jama’ah itu mendeklarasikan sebuah lembaga politik bernama Partai Keadilan.

Iya, Abah pulang karena lebih memilih untuk berjuang, Mihwar Sya’bi yang ditunggu telah datang.

Abah ngga ingin saat kawan-kawannya berjuang, beliau malah pergi jauh menikmati kemewahan.

Sepenggal kisah di atas itu cuma satu dari sekian banyak contoh betapa entengnya Ummi dan Abah meninggalkan berlian, yang untuk kebanyakan orang mungkin sulit dilakukan.

***

Ummi dan Abah.. beliau berdua adalah pelita bagi kami anak-anaknya.

Mengajari kami tentang akhlak yang baik, membekali kami dengan Al Quran, dan mendorong kami untuk serius dalam bisnis.

Yaa rabb, jaga mereka, berkahi keduanya.

Amin.

Penutup

Sosok yang tidak banyak bicara namun tetap semangat dalam berbagi ilmu dan manfaat kepada siapa saja terutama para santri yang dididiknya melalui Pesantren Sintesa, demikian Blogger Borneo melihat Ibrahim Vatih dari kejauhan.

Baca Juga:  Daftar Harga Mobil Wuling Pontianak Terbaru

Konsep belajar memperdalam agama sembari menggapai rezeki dengan metode digital sesuai perkembangan zaman telah menunjukkan bagaimana menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan kita doa’kan selalu Ibrahim Vatih tetap diberi keberkahan dan kesehatan dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Amin Ya Rabb. (DW)

LKP Cerdas Berdaya