Pohon Tengkawang: Tumbuhan Maskot Kalimantan dengan Segudang Manfaat

Image: Aceng Mukaram

BloggerBorneo.com – Menjelajah hutan Kalimantan, terhamparlah pesona pohon Tengkawang, tumbuhan raksasa dengan daun rimbun dan batang kokoh. Pohon ini tak hanya mempesona secara visual, tetapi juga menyimpan nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi.

Dikenal sebagai “Pohon Emas”, Tengkawang menghasilkan biji yang kaya akan minyak nabati alami, menjadikannya komoditas berharga dengan segudang manfaat. Selain itu, pohon ini tak hanya mempesona secara visual, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi.

Pohon Tengkawang

Tengkawang, dikenal dengan nama latin Shorea spp, merupakan genus pohon tropis dari famili Dipterocarpaceae. Pohon ini tersebar di berbagai wilayah di Asia Tenggara, dengan keragaman spesies terpusat di pulau Kalimantan.

Di Kalimantan sendiri, terdapat sekitar 60 spesies pohon Tengkawang yang telah teridentifikasi. Sedangkan untuk Kalimantan sendiri, terdapat beberapa jenis Tengkawang yang umum ditemukan, antara lain:

  • Tengkawang Daun Lebar (Shorea Faguetiana): Jenis ini menghasilkan biji dengan kandungan minyak yang tinggi, sekitar 60-70%.
  • Tengkawang Daun Sempit (Shorea Stenophylla): Memiliki kandungan minyak biji yang lebih rendah, sekitar 40-50%, namun menghasilkan kayu berkualitas tinggi.
  • Tengkawang Kuning (Shorea Obtusa): Dikenal dengan warna kuning keemasan pada bijinya, dan menghasilkan minyak dengan tingkat kejenuhan tinggi.
  • Tengkawang Kapur (Shorea Acuminata): Memiliki ciri khas kapur pada batangnya, dan menghasilkan minyak yang cocok untuk industri coklat.
  • Tengkawang Tungkul (Shorea Stenoptera): Sejenis pohon anggota famili Dipterocarpaceae. Pohon ini endemik Kalimantan, artinya hanya bisa ditemukan secara alami di pulau tersebut, dan statusnya saat ini terancam oleh hilangnya habitat.

Manfaat Tengkawang

Bagian utama Tengkawang yang dimanfaatkan adalah bijinya. Biji Tengkawang mengandung minyak nabati alami yang kaya akan asam lemak, dengan manfaat luar biasa, antara lain:

  • Bahan baku cokelat: Minyak Tengkawang memiliki karakteristik yang mirip dengan cocoa butter, menjadikannya alternatif nabati yang ideal untuk cokelat vegan.
  • Kosmetik dan Perawatan Kulit: Minyak Tengkawang kaya akan antioksidan dan emolien, menjadikannya bahan ideal untuk produk kosmetik dan perawatan kulit.
  • Industri Farmasi: Minyak Tengkawang memiliki sifat anti-inflamasi dan antibakteri, sehingga berpotensi digunakan dalam produk farmasi.
  • Bahan Bakar Nabati: Minyak Tengkawang dapat diolah menjadi biodiesel, sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
  • Illipe Nut Butter: Butter Nabati yang terbuat dari buah tengkawang, bentuknya beku. Banyak yang menganggapnya ini adalah minyak, akan tetapi senyawa kimianya merupakan butter nabati.

Habitat dan Konservasi

Tengkawang tumbuh subur di hutan hujan tropis dataran rendah di Kalimantan, pada ketinggian 50-500 meter di atas permukaan laut. Pohon Tengkawang membutuhkan curah hujan tahunan yang tinggi, sekitar 2.000-3.000 mm, dan menyukai tanah dengan drainase yang baik.

Upaya konservasi Tengkawang terus dilakukan, mengingat potensinya yang besar dan perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Salah satu strategi yang diterapkan adalah sistem agroforestri, yaitu menanam Tengkawang di lahan pertanian sebagai tanaman pelindung.

Informasi Menarik Lainnya

  • Pohon Tengkawang dapat mencapai ketinggian hingga 50 meter dan diameter batang hingga 2 meter.
  • Tengkawang membutuhkan waktu 15-20 tahun untuk mencapai kematangan dan mulai menghasilkan biji.
  • Panen Tengkawang dilakukan secara tradisional, dengan mengumpulkan biji yang jatuh dari pohon.
  • Pengolahan biji Tengkawang menjadi minyak dilakukan melalui beberapa tahap, termasuk ekstraksi, pemurnian, dan pengemasan.

Kesimpulan

Tengkawang adalah pohon istimewa dengan segudang manfaat, tidak hanya bagi ekonomi masyarakat lokal, tetapi juga bagi kelestarian hutan hujan tropis Kalimantan.

Tanaman Tengkawang merupakan salah satu flora yang banyak tumbuh di hutan Kalimantan Barat dan telah dibudidayakan sejak 1881. Bagi Suku Dayak, tanaman ini memiliki nilai sangat tinggi.

Sejak dulu warga mengolah buah Tengkawang secara tradisional dijadikan minyak untuk berbagai kebutuhan. Minyak tengkawang juga digunakan untuk acara acara ritual adat.

Pohon Tengkawang juga menjadi maskot Kalimantan Barat. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan upaya konservasi yang berkelanjutan, tumbuhan endemik Kalimantan ini dapat terus memberikan kontribusi positif bagi masa depan.

Referensi:

  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tengkawang_070312_0055_utk.jpg
  • https://kehati.or.id/app/uploads/2023/06/Tengkawang-Preview-170623a.pdf
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Tengkawang

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More