TPFx Pontianak
Opini

Kebijakan Program Pontianak Go Cashless, Apa Kata Netizen Kalbar?

×

Kebijakan Program Pontianak Go Cashless, Apa Kata Netizen Kalbar?

Sebarkan artikel ini
Pontianak Go Cashless
LKP Cerdas Berdaya

Pontianak Go Cashless merupakan sebuah program yang baru saja diluncurkan oleh Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pontianak dan beberapa bank yang ada di Kalimantan Barat.

Bicara mengenai istilah Pontianak Go Cashless, Blogger Borneo yakin masih banyak masyarakat di kota Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat umumnya belum pernah atau mungkin sudah pernah dengar namun belum tahu apa makna dari kalimat ini.

Pontianak Go Cashless

Blogger Borneo sendiri untuk pertama kalinya baru mendengar istilah ini muncul pada awal bulan September lalu melalui pemberitaan dari salah satu media cetak di Kalimantan Barat.

Sebenarnya jika dipahami secara umum, penggunaan mekanisme pembayaran secara cashless alias tanpa menggunakan uang tunai melalui media kartu elektronik sudah menjadi bagian dari perkembangan teknologi informasi saat sekarang ini.

Dan sepertinya beberapa merchant sudah menjadikan mekanisme pembayaran ini sebagai salah satu cara pembayaran dalam bertransaksi.

Wajib NO, Alternatif YES

Nah, khusus untuk program Pontianak Go Cashless sendiri, satu hal yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan tersendiri adalah ketika sistem pembayaran secara elektronik akan diberlakukan secara WAJIB bagi pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kota Pontianak dan sekitarnya terhitung 1 Januari 2018.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah rencana pemberlakuan program ini sudah melalui analisa survei langsung di lapangan atau tidak? Jika memang sudah dilakukan, kenapa masih banyak masyarakat yang merasa kaget begitu informasi mengenai program Pontianak Go Cashless ini disosialisasikan?

Blogger Borneo mencoba untuk melihat bagaimana respon para netizen terkait dengan rencana pemberlakuan sistem pembayaran non tunai melalui e-money untuk pembelian BBM di SPBU yang ada di kota Pontianak melalui sebuah status di media sosial yang dimiliki. Mau tahu apa saja komentar dari para netizen mengenai status tersebut? Bisa langsung melihatnya dengan mengklik gambar dibawah ini:

Baca Juga:  Pelatihan The Writers: Melatih Daya Analitis dan Emosi Lewat Menulis
Status di Media Sosial Mengenai Pontianak Go Cashless
Image: Facebook.Com

Sampai per tulisan ini dibuat, sudah ada 17 komentar yang menanggapi status tersebut. Ternyata hampir semuanya berkomentar kontra terhadap rencana pelaksanaan program Pontianak Go Cashless tersebut. Memang jika diperhatikan pada leaflet informasi diatas, ada beberapa poin yang kesannya memberatkan masyarakat, antara lain:

  • Mulai Januari 2018, pembelian BBM HANYA dengan Uang Elektronik (khusus Pontianak). Dengan begitu, maka semua masyarakat yang ingin melakukan pengisian baik itu pemilik kendaraan roda dua atau roda empat harus memiliki Kartu E-Money yang dikeluarkan oleh bank-bank mitra pelaksana.
  • Pemakaian Uang Elektronik langsung tapping ke mesin EDC. Sekarang bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah yang selama ini tidak pernah bertransaksi menggunakan sistem pembayaran ini? Apakah tidak akan menjadi beban nantinya?
  • E-Money hilang, kartu tidak dapat diblokir dan dana tidak dapat dikembalikan. Sepertinya poin ini benar-benar harus diperhitungkan ulang karena seolah-olah uang deposit yang disetor berada dalam kartu elektronik tersebut. Berbeda dengan sistem rekening bank dimana ketika kartu ATM hilang, dana pemilik rekening masih ada dan tetap aman. Jadi jika memang harus memiliki, tentunya masyarakat tidak berani mengisi depositnya terlalu banyak.

Sebenarnya masih ada satu poin lagi yang Blogger Borneo ingin ketahui namun tidak tertera pada leaflet diatas yaitu berapa biaya administrasi akan dikenakan bagi setiap pemilik kartu E-Money ketika melakukan proses top-up.

Tentu saja poin ini cukup penting karena bagaimanapun juga dengan adanya biaya administrasi ini, secara otomatis para bank akan memperoleh sumber pemasukan tambahan yang besaran jumlahnya tinggal dikalikan saja dengan jumlah pengguna.

Dan karena program Pontianak Go Cashless nantinya akan diwajibkan, sudah bisa diperkirakan berapa potensi pendapatan yang akan diperoleh? Cukup cerdas…

Surat Terbuka untuk Wali Kota Pontianak

Sesaat sebelum Blogger Borneo membuat tulisan ini, secara tidak sengaja terlintas dan terbaca salah satu postingan status di media sosial miliknya salah seorang netizen yang berdomisili di kota Pontianak bernama Budiman Verry. Kawan-kawan bisa membaca isi statusnya melalui halaman ini, atau bisa juga dengan membaca kutipannya dibawah ini:

Baca Juga:  Aku Memilih Berdasarkan Hati Nurani, Bukan Berdasarkan SARA

Pontianak, 5 Oktober 2017

Kepada Yth,

  • Bapak Walikota Pontianak
  • Bapak Kepala Kantor Cabang PT Pertamina
  • Kepala Kantor Bank Indonesia Pontianak

Assalamualaikum Wr. Wbr.

Semoga bapak-bapak sekalian dalam lindungan ALLAH SWT, dan semoga tetap dalam keadaan sehat walafiat.

Pertama-pertama saya ingin mengucapkan Banyak terima kasih atas program Pontianak Go Cashless yang akan direalisasikan dalam waktu dekat ini, sebagai bentuk kemajuan teknologi tak satu pun bisa terhindar dari dampak-dampak kemajuan. Sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk menolak bonus dari zaman modern ini.

Mungkin sedikit yang ingin saya sampaikan terkait pelaksanaan Go Cashless ini apakah tidak memberatkan masyarakat dengan penghasilan pas-pasan?

Dalam ilustrasi sederhana yang saya cerna bahwa dalam pelaksaan program ini diperlukan pihak ketiga dalam melaksanakan top up dana dan yang menjadi pertanyaan saya, apakah semua wilayah bisa terakomodir dalam pelaksanaan?

Kita ketahui bersama, bahwa Kota Pontianak ini begitu luas dan cakupan Perbankan berpusat ditengah-tengah kota, dan apakah sudah menjadi rencana atau rancangan sehingga ada kepastian bahwa pelaksana program ini tidak memberatkan masyarakat kecil.

Mungkin untuk sebagian masyarakat yang memiliki penghasilan diatas rata-rata ini adalah berita baik sehingga bisa meminimalisa penggunaan rupiah.

Selanjutnya saya juga menyampaikan poin terakhir dimana jika masyarakat yang kehilangan kartu, dana yang ada di kartu dianggap hangus atau hilang, apakah disini kita tak merasa mengurangi hak-hak kepemilikan uang yang berbentuk saldo kartu tidak dijamin sepenuhnya oleh Pelaksanaan Program.

Jika memang program ini tetap dijalankan, saya berharap sebaran lokasi Top Up dana bisa tersebar di pelosok kota dan pinggiran kota, ada jaminan dari pelaksanaan program jika dikemudian hari ada masyarakat yang kehilangan kartu bisa dijamin oleh pelaksanaan program seperti layaknya kartu-kartu ATM yang diterbitkan oleh Perbankan.

Baca Juga:  Disabilitas dan Pandangan Masyarakat Terhadapnya

Demikianlah saya sampaikan keluh kesah saya atas program Pontianak Go Cashless. Karena saya masyarakat biasa, bisa saja tulisan ini tidak mendapat tanggapan, tapi sebagai masyarakat saya mencoba menulis ini dan sangat berharap tulisan ini dibaca dan dicermati oleh pemangku kebijakan.

Waalaikumsalam Wr. Wbr.

Budiman Very

Masyarakat dengan Penghasilan Pas-Pasan

Penutup

Sepertinya jika diperhatikan dari penjelasan di awal tulisan, mulai dari komentar para netizen terhadap status Blogger Borneo dan postingan dari salah seorang netizen dari Pontianak yang bersifat surat terbuka terkait dengan rencana pelaksanaan program Pontianak Go Cashless ini, informasi yang tersedia dan tersebar masih sangat minim sekali.

Hal ini memunculkan sebuah kesimpulan bahwa ternyata masih banyak masyarakat di kota Pontianak belum tahu secara detail mengenai adanya program ini, meskipun menurut katanya sosialisasi sudah dilakukan beberapa bulan sebelumnya.

Yang terakhir, mengenai KEWAJIBAN menggunakan sistem pembayaran cashless di semua SPBU di kota Pontianak dan sekitarnya mulai per 1 Januari 2018. Apakah kebijakan ini tidak akan menyulitkan bagi para pemilik kendaraan roda dua nantinya?

Karena Blogger Borneo memiliki kendaraan roda dua dan sudah biasa mengisi BBM di SPBU, secara pribadi menilai akan menjadi lebih sulit karena jumlah maksimal pengisian tidaklah banyak. Mungkin hanya sekitar 20-25 ribu sekali pengisian. Asumsinya sekali melakukan top-up adalah 100 ribu dengan biaya administrasi sekitar 1.500 – 2.500 rupiah.

Blogger Borneo tidak akan mengisi lebih dari itu karena selain resiko jika kartunya hilang dana deposit juga hilang dan tidak akan diganti, dana depositnya juga tidak bisa ditarik kembali dalam bentuk uang tunai.

Nah, ini merupakan tulisan opini terhadap rencana pelaksanaan program Pontianak Go Cashless dari sudut pandang Blogger Borneo. Sekarang bagaimana dengan pendapat dari kawan-kawan? Silahkan menanggapi secara cerdas di kolom komentar dibawah ini. Terima kasih banyak atas perhatiannya, jangan lupa tulisan ini dibagikan jika dirasakan bermanfaat. (DW)

Referensi:

  • http://www.antaranews.com/berita/638820/pertamina-sosialisasi-spbu-cashless-di-pontianak
  • http://gencil.news/berita-kalbar/midji-ajak-pemuda-jadikan-pontianak-kota-fintech-dan-go-cashless/