BloggerBorneo.com – Bulan Ramadhan memang sudah berakhir hampir sebulan lamanya, namun bagi saya masih ada sebuah cerita yang harus dituliskan sebagai bukti bahwa amanah telah disampaikan.
Bermula ketika saya berkeinginan untuk berkunjung ke salah satu lokasi penjual Sotong Pangkong Pontianak yang cukup ramai dan terkenal di kawasan sepanjang Jl. Merdeka Barat.
Sotong Pangkong Pontianak
Dikarenakan sesuatu dan lain hal, saya baru sempat berkunjung kesana ketika Ramadhan sudah mendekati minggu-minggu terakhir menjelang Idul Fitri 1432 Hijriah. Boleh dibilang lokasi ini sebagai salah satu tujuan wisata kuliner Pontianak di bulan puasa yang penuh berkah.
Suasana yang lumayan terang dari kejauhan, disertai dengan semerbaknya aroma sotong yang dibakar plus bunyi ketokan palu yang bertalu-talu sangat begitu terasa begitu saya memasuki kawasan ini.
Bagi sebagian masyarakat kota Pontianak, momen Ramadhan telah menjadi agenda tetap tahunan mereka dalam mencari rejeki tambahan dengan berjualan sotong pangkong Pontianak.
Setelah memarkir kendaraan disalah satu sisi badan jalan, saya akhirnya memilih salah satu kios yang beruntung telah menjadi objek bahan tulisan saya kali ini. Tidak lupa sebelumnya, beberapa sesi pemotretan dilakukan.
Dengan gaya yang ramah menyapa si pemilik kios dan sedikit melakukan wawancara untuk memperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan.
Seorang bapak-bapak berusia kurang lebih 40-an tahun adalah pemilik kios sotong pangkong ini, Pak Anwar, demikian saya memanggilnya.
Dilihat kebelakang, ternyata Pak Anwar sudah menjalani usaha musiman berjualan sotong pangkong Pontianak selama 17 tahun.
Bermula dari masa kecilnya yang tinggal dan hidup di kawasan tersebut, Pak Anwar selalu memanfaatkan momen bulan Ramadhan setiap tahunnya sebagai saat untuk mencari rejeki tambahan.
Kuliner Khas Ramadhan
Mungkin bagi sebagian masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat, pemandangan ini sudah menjadi hal yang umum ketika bulan Ramadhan tiba. Memang sotong pangkong untuk saat sekarang ini telah menjadi ikon dari kota Pontianak.
Bahkan bisa dibilang satu-satunya sotong pangkong di Indonesia itu hanyalah ada di kota khatulistiwa yaitu Pontianak.
Namun yang sangat disayangkan disini adalah ternyata respon Pemerintah Daerah dalam menanggapi lokasi “obyek wisata” ini sangat lambat sekali.
“Selama 17 tahun berjualan disini, tidak pernah sekalipun Pemerintah Daerah menunjukkan dukungan penuhnya terhadap para pedagang di kawasan ini.
Padahal, untuk setiap kios yang ada ditarik uang retribusi sebesar Rp. 500,- setiap malamnya dari Dinas Pendapatan Kota Pontianak,” ucap Pak Anwar menjelaskan.
Manfaat Positif Pariwisata
Banyak manfaat positif yang sebenarnya bisa digali dari sini. Bagi generasi muda yang tinggal di lingkungan sekitar, dengan ramainya kawasan ini mereka dapat memperoleh uang “THR” secara mandiri dari hasil jasa parkir setiap malamnya.
Bagi pedagang sotong pangkongnya sendiri, sudah jelas profit yang dihasilkan akan mampu menambah pendapatan mereka meski sifatnya musiman saja.
Sedangkan bagi dunia kepariwisataan Kalimantan Barat, seharusnya momen ini dapat dijadikan sebagai salah satu agenda wisata rutin tahunan Pemerintah Daerah karena sebenarnya para wisatawan luar negeri paling tertarik dengan momen-momen unik yang seperti ini.
Tidak semata-mata hanya mengandalkan peristiwa alam Kulminasi Matahari sebagai salah satu momen spesial setiap tahunnya.
Banyak cerita dan keluh kesah yang saya dengar dari Bapak beranak dua ini.
Keinginan dan harapan besar yang dimiliki untuk mengembangkan kawasan yang menjual kuliner khas Pontianak ini menjadi sebuah lokasi wisata di Pontianak sepertinya hanya akan menjadi sebuah mimpi yang tidak tahu sampai kapan akan terwujud.
Oleh karena itu, Beliau mengamanahkan kepada saya untuk menyampaikan semua keluh kesahnya tersebut melalui sebuah tulisan ini. (DW)