Belajar dari Akseleran dan Investree: Ketika Startup Fintech Tak Lagi Cemerlang
Akseleran dan Investree, dua startup fintech terkemuka di Indonesia, kini menghadapi masalah serius seperti kredit macet dan gagal bayar. Simak ulasan lengkapnya di sini.
BloggerBorneo.com – Dalam beberapa tahun terakhir, geliat industri startup fintech di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa.
Banyak pemain baru bermunculan membawa inovasi, efisiensi, serta solusi keuangan digital yang menjanjikan. Namun, tidak semua startup berhasil mempertahankan performa dan kepercayaan publik.
Dua nama besar yang sempat dielu-elukan karena inovasi dan agresivitasnya, yaitu Akseleran dan Investree, kini menghadapi berbagai permasalahan serius yang mengejutkan banyak pihak.
Akseleran: Antara Janji dan Realita
Akseleran dikenal sebagai salah satu platform fintech peer-to-peer (P2P) lending yang fokus pada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sejak berdiri pada tahun 2017, Akseleran berhasil menarik perhatian investor dan masyarakat dengan menawarkan imbal hasil kompetitif serta klaim keamanan investasi melalui asuransi kredit.
Namun, sejak 2023 hingga pertengahan 2024, Akseleran mulai mendapat sorotan negatif akibat tingginya rasio kredit macet (TWP90).
Data OJK menunjukkan bahwa TWP90 Akseleran sempat melampaui ambang batas 5% yang ditetapkan otoritas, menandakan adanya masalah dalam sistem mitigasi risiko dan kualitas borrower.
Selain itu, banyak investor melaporkan telat bayar dan gagal bayar, bahkan untuk proyek-proyek yang diklaim sudah diasuransikan.
Pihak Akseleran sempat memberikan klarifikasi bahwa sebagian keterlambatan terjadi karena keterbatasan waktu proses klaim asuransi serta restrukturisasi pinjaman.
Namun, kepercayaan publik telah terlanjur terguncang. Beberapa investor bahkan membuat grup advokasi untuk mendesak transparansi dan perlindungan dana mereka.
Investree: Dari Fintech Unggulan Menjadi Sorotan Negatif
Investree merupakan salah satu pionir fintech lending di Indonesia yang berdiri sejak 2015. Dengan portofolio pendanaan yang luas, kerja sama dengan banyak institusi besar, dan status sebagai fintech berizin dari OJK, Investree sempat dianggap sebagai benchmark bagi startup fintech lainnya.
Namun sejak 2023, Investree terperosok dalam krisis kredibilitas yang serius. Menurut laporan dari beberapa media nasional, perusahaan mengalami peningkatan drastis kredit bermasalah, dengan banyak investor yang tidak mendapatkan pelunasan dana pokok maupun bunga hingga berbulan-bulan.
Keluhan pengguna meningkat di berbagai platform seperti media sosial, forum online, hingga website pengaduan publik.
Yang lebih mengkhawatirkan, berdasarkan hasil investigasi lebih lanjut, ditemukan adanya permasalahan manajemen internal dan ketidakterbukaan informasi kepada lender.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan sempat mengeluarkan surat peringatan terhadap Investree agar segera menyelesaikan kewajibannya terhadap pengguna.
Beberapa mitra institusi juga menarik kerja sama mereka karena menurunnya tingkat kepercayaan terhadap performa Investree.
Apa yang Salah?
Kasus Akseleran dan Investree mencerminkan bahwa pertumbuhan masif tidak selalu sejalan dengan manajemen risiko yang kuat.
Dalam industri keuangan, terutama P2P lending, kepercayaan adalah segalanya. Ketika proses seleksi borrower tidak ketat, mitigasi gagal bayar lemah, dan informasi kepada investor tidak transparan, maka reputasi startup akan hancur seketika.
Kedua startup ini pernah menjadi wajah industri fintech Indonesia yang membanggakan. Namun kini, mereka menjadi contoh bagaimana kurangnya governance, manajemen risiko yang lemah, dan over-promising bisa menjadi boomerang bagi perusahaan digital.
Perlu Reformasi Total di Fintech Lending
Perjalanan Akseleran dan Investree menjadi pelajaran penting bagi seluruh ekosistem startup fintech di Indonesia. Inovasi memang penting, namun tanpa pondasi tata kelola yang baik, transparansi, dan perlindungan konsumen yang kuat, inovasi bisa berubah menjadi malapetaka.
Pemerintah, OJK, dan pelaku industri harus menjadikan momen ini sebagai titik balik untuk memperkuat regulasi, memperbaiki ekosistem, dan menegaskan bahwa dalam industri keuangan, keberlanjutan lebih penting daripada kecepatan pertumbuhan. (DW)
Referensi:
- tirto.id/startup-fintech-investree-digugat-karena-telat-bayar-b7kQ
- bisnis.tempo.co/read/1869997/kasus-investree-dan-akseleran-ini-daftar-17-fintech-dengan-kredit-macet-tinggi
- katadata.co.id/fintech/6527e6aa6ac2e/ojk-soroti-masalah-investree-imbau-lender-p2p-lending-waspada