Strategi Perencanaan Cash Flow untuk Bisnis Retail
Sudah beberapa kali menjalankan usaha tetapi selalu gagal. Bayangkan bila pengusaha menjalankan kegiatannya tanpa memperdulikan kapan penerimaan dan transaksi terus berjalan sedangkan penerimaan dana masih lama. Lalu tiba- tiba kas kosong!!. Akibat dari kas kita kosong, beberapa Supplier tidak mau bertransaksi dengan kita karena sering telat dalam pembayaran, gaji karyawan juga tidak terbayar karena tidak ada dana tersedia. Apalagi untuk membiayai kegiatan operasional. Kata bang Roma “Terlalu”…
Agar tidak mengalami hal tersebut, disinilah peran pengolahan Arus Kas (Cash Flow) diperlukan. Mulai dari penerapan kebijakan perusahaan, kapan kita harus meminjam ke bank, kapan kita harus menginvestasikan dana kita. Coba kita telaah satu per satu.
Kas merupakan komponen yang vital dalam menjalankan suatu organisasi atau perusahaan. Melalui kas, aliran dana masuk menjadi sumber daya perusahaan, dan aliran dana keluar sebagai biaya perusahaan. Aliran dana yang masuk tidaklah selalu seirama dengan aliran dana yang keluar. Oleh karena itu, mengatur arus kas menjadi sebuah pekerjaan yang sepatutnya memperoleh perhatian serius dalam pengelolaan keuangan Organisasi atau Perusahaan.
Dalam pelaporan Cash Flow (Arus Kas), dapat kita bagi menjadi 3 bagian kegiatan:
- Kegiatan Operasional (Operating Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan operasi perusahaan dan tercantum dalam laporan ikhtisar rugi laba. Contoh : uang kas masuk (cash inflows) dari penjualan, uang kas keluar (cash outflows) untuk bayar gaji, listrik, dll.
- Kegiatan Investasi (Investing Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan investasi perusahaan baik internal, maupun eksternal. Contoh : uang kas masuk dari penjualan aktiva ( aset ) kita, uang kas keluar untuk pembelian motor atau untuk membeli ruko.
- Kegiatan Keuangan (Financing Activities), merupakan seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan aspek perusahaan ( sumber dana perusahaan) berupa hutang jangka panjang dan modal. Contoh: uang kas masuk dari setoran modal atau pinjaman bank, uang kas keluar untuk pembayaran hutang bank atau pembagian deviden.
Hal utama dalam menentukan perencanaan cash flow adalah memetakan keadaan keuangan atau dana kita. Kemudian tentukan dana tersebut, apakah akan di alokasikan atau di investasikan. Kebijakan manajeman sangat berpengaruh dalam Cash Flow perusahan. Agar tak salah menentukan kebijakan, laporan Cash Flow di atas dapat di jadikan runutan dalam menentukan kebijakan yang harus di ambil. Beberapa yang perlu di perhatikan, diantaranya:
1. Operating Cash Flow Harus Positif
Jika negatif berarti ada yang salah dalam Operating Cash Flow kita, beban terlalu besar di bandingkan dengan pendapatan, sehingga profit berkurang. Apakah tindakan yang kita lakukan bila Cash Flow negatif?. Berikut beberapa tindakan yang bisa kita lakukan :
- Cek biaya-biaya yang timbul, apakah efisien?
- Cek inventory kita, pastikan jangan banyak menumpuk di gudang, lakukan retur bila di mungkinkan untuk barang- barang yang tidak laku.
- Minta jatuh tempo pembayaran yang panjang ke supplier atau cari supplier baru yang dapat memberikan jatuh tempo yang panjang untuk pembayarannya.
- Sesuaikan harga jual barang atau tingkatkan penjualan.
2. Operating Cash Flow Harus Sama atau Lebih Besar dari Laba Perusahaan
Jika tidak, berarti uang kita banyak yang nyangkut di piutang (AR). Bila Cash Flow kita lebih kecil dari laba kita, apakah tindakan yang dapat kita lakukan?. Tindakan yang dapat kita lakukan adalah perpendek jatuh tempo pembayaran piutang agar menjadi kas, atau dibuat kebijakan tidak menerima penjualan kredit.
3. Operating Cash Flow Harus Lebih Besar dari Investing Cash Flow
Jika keadaannya tidak demikian, berarti anda banyak berhutang/pinjaman uang untuk membeli asset tetap. Apakah tidakan kita?. Kita dapat menjual asset yang tidak produktif.
4. Trend Operating Cash Flow Harus Naik dari Tahun ke Tahun
Berkembang atau tidaknya usaha kita dapat dilihat di sini, bila hal ini tidak terjadi, kita harus coba melirik usaha lain.
Dari sini kita dapat memperkirakan, langkah apa yang akan di ambil dan menilai apakah perusahaan kita layak untuk dilanjutkan atau harus membuka usaha yang baru. Hutang jangka panjang dapat di ambil dalam kondisi perusahaan ingin mengembangkan usahanya (membeli ruko baru) dengan catatan, Operating Cash Flow harus lebih besar dari Financing Cash Flow kecuali perusahaan kita baru berdiri.
Ada beberapa tips yang patut di coba:
- Barang dagang yang kita miliki tidak harus kita beli dari supplier, untuk menambah jenis barang dagang kita bisa mencari dengan metode konsinyasi, sehingga kita tidak dibuat pusing dengan pembayarannya.
- Cari supplier yang dapat memberikan jatuh tempo pembayaran yang lama. Hal ini akan memberikan kita waktu untuk menagih piutang dagang tanpa harus mengambil pinjaman jangka pendek.
- Minta kepada supplier untuk memberikan potongan hutang dagang bila pembayaran lebih cepat dari jatuh tempo.
- Jangan menimbun inventori terlalu lama, selain biaya penyimpanan menjadi tinggi, kas lebih banyak keluar untuk pembelian inventori.
- Bila dana kas cukup besar tersimpan, coba berfikir untuk memperluas usaha kita dengan mengalihkan dana ke Kegiatan Investasi.
- Cek kembali biaya-biaya operasional, apakah sudah efisien atau belum.
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari penjelasan diatas adalah Perencanaan Cash Flow dapat kita ibaratkan seperti mengendarai sebuah mobil, kita harus tahu kapan kita harus menambah kecepatan dan kapan kita harus mengurangi kecepatan, kapan kita harus berbelok, sedangkan instrumen dashboard berfungsi sebagai rambu untuk mengambil keputusan. Apabila kita dapat mengontrol dan mengendalikan kendaraan kita dengan baik dan benar maka tentu dapat menekan resiko yang dapat terjadi pada kita. Demikianpun dengan Cash Flow perusahaan kita, semakin baik kita mengendalikan dan mengontrolnya, maka semakin besar pula terhindar dari resiko keuangan.
Penulis : Hariawan Bayu (Manager Support PT. Zahir Internasional)
Penerbit : Majalah Pengusaha Muslim