Video Viral Guru Tendang Murid: Luka yang Membuka Tabir Pendidikan Kita

Image: incaberita.co.id

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

BloggerBorneo.com – Beberapa hari terakhir, media sosial ramai memperbincangkan sebuah video yang bikin banyak orang mengelus dada.

Dalam video berdurasi kurang dari semenit itu, terlihat seorang guru berdiri di atas meja ujian, lalu menendang kepala muridnya secara langsung—di depan teman-temannya.

Video Viral Guru Tendang Murid

Bukan rekayasa. Bukan setting-an. Ini nyata, dan terjadi di sebuah sekolah negeri di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Seketika video itu menyebar luas di TikTok, X (Twitter), hingga Instagram.

Netizen marah, kaget, kecewa, dan banyak juga yang mulai membuka luka lama tentang pengalaman sekolah yang ternyata—tak selalu ramah.

Kronologi Kejadian: Dari Siulan Hingga Tendangan

Peristiwa ini terjadi pada Senin, 10 Juni 2025, di SMP Negeri 1 Karangawen, Demak. Saat itu, siswa sedang menjalani ujian semester.

Di tengah heningnya suasana kelas, terdengar suara siulan yang entah berasal dari siapa. Guru tersebut langsung naik pitam.

Ia mencoba mencari sumber suara, bahkan sampai naik ke atas meja untuk mengecek ventilasi dan langit-langit kelas.

Tapi yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Alih-alih menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, sang guru justru melepaskan emosi—dan menendang kepala salah satu siswa.

Bahkan disebutkan, tendangan itu terjadi sebanyak dua hingga tiga kali.

Teman-teman korban hanya bisa terdiam. Tidak ada yang berani melawan. Mereka hanya merekam. Dan rekaman itu kini menjadi viral.

Tanggapan dari Sekolah dan Dinas Pendidikan

Usai video tersebut ramai dibicarakan, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak langsung turun tangan.

Kepala Dinas, Haris Wahyudi Ridwan, mengecam keras aksi guru tersebut. Ia menyebut, tindakan itu jelas melanggar etika dan peraturan kepegawaian, serta akan ditindaklanjuti dengan sanksi sesuai Perpres No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS.

Namun, tak butuh waktu lama, pada 12 Juni 2025, muncul kabar bahwa kasus ini sudah diselesaikan secara damai lewat pendekatan Restorative Justice (RJ).

Artinya, pihak guru dan keluarga murid sudah saling memaafkan dan menandatangani surat kesepakatan resmi.

Netizen Terbelah: Mana Batas Antara Tegas dan Kekerasan?

Yang menarik, reaksi netizen atas kejadian ini sangat beragam.

Ada yang mendukung sang guru dengan alasan “anak sekarang kurang ajar”, ada pula yang mengutuk keras tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun.

Tak sedikit pula yang membandingkan zaman sekolah dulu, di mana cubitan dan pukulan dianggap hal biasa.

Tapi benarkah kekerasan itu wajar jika terjadi di ruang kelas? Benarkah hanya karena “niat mendidik”, maka kekerasan bisa dibenarkan?

Banyak psikolog pendidikan menyatakan bahwa ruang kelas harusnya jadi tempat paling aman bagi murid. Bukan ruang intimidasi.

Bukan tempat mempertontonkan kekuasaan atas nama “pendidikan”. Dan guru, seharusnya menjadi sosok yang menginspirasi, bukan menakutkan.

Dari Insiden ke Refleksi: Apa yang Salah dalam Sistem Kita?

Jika kita tarik lebih dalam, kasus ini bukan cuma soal satu guru dan satu murid. Ini soal sistem. Tentang bagaimana tekanan di dunia pendidikan membuat guru mudah tersulut emosi.

Tentang tidak meratanya pelatihan pengendalian diri bagi tenaga pendidik. Tentang lemahnya sistem manajemen kelas dan tidak adanya pengawasan ketika guru sendirian mengawasi ujian.

Apakah para guru mendapatkan pelatihan khusus tentang manajemen emosi? Apakah ada pendamping psikologis untuk guru yang stres?

Apakah sekolah punya protokol standar saat konflik terjadi di kelas?

Pertanyaan-pertanyaan ini harusnya tidak hanya muncul saat viral. Tapi jadi bagian dari reformasi pendidikan yang menyeluruh.

Sorotan Media: Pendidikan Kita Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Menurut ulasan dari IncaBerita.co.id mengenai video viral guru tendang murid ini, penulis Fadhil Anwar menyebut insiden ini sebagai “cermin retak pendidikan kita”.

Ia menuliskan bahwa luka semacam ini sudah terlalu sering terjadi—hanya saja tak selalu terekam kamera. Menurutnya, momentum ini bisa menjadi titik balik.

Saatnya guru mendapatkan ruang aman untuk belajar kembali tentang empati, sabar, dan komunikasi positif.

Saatnya sekolah mengembangkan sistem pelaporan yang ramah anak. Dan saatnya negara lebih serius menangani isu kekerasan dalam dunia pendidikan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  1. Kembangkan pelatihan guru berbasis karakter dan pengendalian emosi.
  2. Perketat SOP ujian dan manajemen kelas.
  3. Bangun kanal aduan cepat untuk murid dan orang tua.
  4. Terapkan evaluasi berkala terhadap kinerja guru, tidak hanya dari sisi akademik, tapi juga dari segi perilaku.
  5. Dorong literasi media dan pencegahan viralisasi kekerasan yang memicu trauma lebih dalam.

Penutup

Insiden guru tendang murid ini akan berlalu. Video akan hilang dari linimasa. Tapi luka psikologis, baik bagi murid maupun guru, tak akan sembuh dalam waktu dekat.

Maka tugas kita bersama sebagai masyarakat adalah mengawal agar sistem pendidikan kita tak lagi hanya mengutamakan nilai, tapi juga memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan.

Karena sejatinya, mendidik itu bukan sekadar mengajar. Tapi juga membentuk jiwa. Dan jiwa tidak bisa dibentuk dengan tendangan, apalagi dengan kekerasan.

Sumber Referensi:

  • https://incaberita.co.id/viral-guru-tendang-murid/
Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

error: Content is protected !!