Tidak ada yang salah menjadi pemula. Yang salah adalah kita sadar sebagai pemula tapi tidak mau berusaha menjadi pro. Saya juga dulu pemula, dan sekarang di Amerika pemula lagi. Bedanya saya berusaha agar kesalahan saya sebagai pebisnis pemula di Indonesia tidak terulang di Amerika.
Sepenggal paragraf diatas merupakan kalimat pembuka dari status yang dibuat oleh seseorang bernama Dewi Kreckman di laman media sosialnya.
Sebenarnya Blogger Borneo sendiri baru mengenal sosok wanita ini belum lama, pada saat itu sempat melihat komentarnya di salah satu status milik salah seorang sahabat dan tertarik dengan latar belakang profilnya.
Begitu dibuka wah sepertinya sosok ini luar biasa #AutoAddFriend
10 Kesalahan Pebisnis Pemula
Beberapa kali Blogger Borneo mencoba untuk berkomunikasi, Alhamdulillah selalu mendapat respon positif dari Kak Dewi or Mrs. Dewi (panggilan ala Amerika).
Postingan-postingan statusnya beberapa diantaranya cukup “berbobot” dan sharing pengalamannya juga tampak nyata. Jadi tidak asal buat status hanya berdasarkan teori dan omong kosong belaka.
Oke, langsung aja Blogger Borneo tuliskan kembali salah satu status facebooknya yang barusan dipublikasikan pagi hari ini mengenai 10 Kesalahan Pebisnis Pemula.
Kesalahan #1
Terlalu Fokus pada Produk, bukan Pasar atau Market
Sengaja kesalahan ini diposisikan di urutan teratas karena memang paling sering dilakukan oleh para pebisnis pemula di awal ketika mereka mulai menjalankan bisnisnya.
Merasa terlalu bangga dengan produk yang dijualnya, menganggapnya paling enak, paling bagus, paling murah, dan paling-paling lainnya.
Tak lama berjalan baru sadar karena penjualan sepi. Mulai bertanya kepada diri sendiri, kok tidak laku padahal menurut dirinya tadi produknya paling-paling dibanding produk lainnya.
Oke, sampai disini harus disadari bahwa dalam berbisnis yang harus menjadi fokus utama pertama adalah market centric. Fokuslah pada kebutuhan pasar, termasuk didalamnya kebutuhan customer.
Perhatikan apa yang lagi tren, yang lagi dibutuhkan orang banyak? Walaupun tren naik, pasar butuh belum tentu customer cari yang paling murah.
Mungkin yang dicari yang paling aman walaupun harga relatif lebih tinggi. Misal vaksin Covid19.
Kesalahan #2
Tidak Mau Investasi Ilmu
Saya sering mendengar ucapan teman teman membully “Ahlul workshop” jika ada temannya rajin ikut seminar.
Bahkan beberapa diantaranya ada yang komentar “Ngapain ikut workshop, Bill Gates gak ikutan workshop bisa kaya raya”. Atau komentar “Mark Zuckerberg DO dari Halvard aja bisa kaya raya”.
Ada yang mereka lupa bahwa:
Pertama, Bill Gates berkata minimal dia akan baca 1 buku perminggu. Dan dia sudah melakukannya lebih dari 30 tahun.
Jadi minimal 1500 buku sudah dibaca. Belum lagi dia lulusan Amerika, network luas, dan etos kerja luar biasa ala Amerika. Nah kita???? Berapa buku bisnis yang sudah kita baca??? SMA dulu lulusan mana?
Kedua, Mark Zuckerberg boleh saja DO. Tapi DO dari Harvard bossss… Artinya dia udah punya modal jenius. Dan teman kongkow dia Harvard bossss…
Selain itu Mark juga pekerja keras. Kalo kita belum jenius, belum tentu lolos seleksi Harvard mau jumawa pasti sukses walaupun gak nambah ilmu ya…. (isi sendiri deh)
Kesalahan #3
Bisnis Besar Tambah Hutang
Berpikir satu satunya cara membesarkan bisnis dengan menambah modal kerja terutama hutang.
Entah kenapa setiap menghadiri pertemuan, seminar, workshop, atau apapun itu bahasanya yang terkait dengan pembinaan UMKM seringkali saya dengar pertanyaan untuk mendapatkan modal usaha dari pemerintah (hibah/hutang).
Padahal banyak cara untuk membangun bisnis tanpa nambah modal kerja uang/hutang.
Dulu di Indonesia saya mulai bisnis dengan modal awal 50 ribu. Di Amerika ini sebenarnya banyak sekali tawaran hibah dan hutang tapi sekalipun belum pernah kita ambil.
Kita lebih memilih memaksimalkan modal intangible asset misal: keahlian, network, ide bisnis, dll.
Lebih kecil resikonya untuk pebisnis pemula.
Kesalahan #4
Omzet Naik Gaya Hidup Naik
Ini juga pernah saya lakukan dulu, begitu omset naik entah profit berapa cash berapa, langsung beli ini itu, gaya hidup naik juga.
Terus kepedean nyicil ini itu, investasi ini itu, ekspansi sana situ. Begitu omset turun kelimpungan. Terlilit hutang dan bingung cicilan.
Sekarang lebih ke play safe. Biaya hidup maksimal 20% dari pendapatan. Tanpa cicilan. Beli sesuai kemampuan dan kebutuhan. Life below your mean guys…
Kesalahan #5
Scale Up Bisnis Membabi Buta
Masih banyak pebisnis pemula melakukan kesalahan ini, scale up bisnis membabi buta tanpa menguatkan pondasi bisnis.
Karena melihat punya usaha satu langsung ramai, lantas buka yang kedua juga rame, bikin lagi ketiga masih ramai, walaupun baru setahun dua tahun usaha langsung nafsu buka cabang puluhan tanpa membenahi dan menguatkan sistem dan sumber daya manusia (SDM) yang ada.
Memang betul bisnis yang baru tadi pembelinya sudah ramai. Tapi karena belum tersistem secara baik tentu saja masih ruwet proses bisnisnya.
Jika bisnis Anda sekarang walaupun ruame penjualannya tapi masih ruwet business process-nya dan anda sudah nekad duplikasi nambah cabang lagi maka artinya:
ANDA SEDANG MENDUPLIKASI KERUWETAN
Kesalahan #6
Superman Bukan Superteam
Lihat di kartu nama, tertulis jabatannya CEO alias Chief of Everything. Kabeh dikerjakno dewe. Tampak keren padahal rempong.
Ada beberapa alasan tidak mau membangun tim dan sistem:
- Sudah di zona nyaman kerja sentralistik malas ribet ngurus tim yang banyak.
- Perfectsionist alias gak mudah percaya dengan orang lain. Hanya yakin hasil bisa perfect kalo dikerjakan sendiri.
- Tidak punya ilmunya untuk membangun tim dan sistem.
- Bisnis keluarga jadi memang yang mengerjakan ya keluarganya. Misal yang jualan istri, yang produksi suami dan anak anak membantu.
Kesalahan #7
Tidak Membedakan Uang Pribadi dan Uang Bisnis
Ini termasuk yang paling bahaya. Misal dapat investasi modal/hutang langsung beli aset pribadi seperti rumah hunian atau liburan mewah. Padahal harusnya diputar untuk perkembangan bisnis.
Gak heran akhirnya bingung bisnis ini uangnya kemana ya apalagi kalo vapak vapak tergiur dibuat nikah lagi. Ini yang guawattt…
Kesalahan #8
Investasi Bisnis untuk Gaya Aja
Ada pepatah Cina cocok untuk ini:
“Menempel bunga plastik di pohon mati”
Jadi Investasi bisnis tujuannya bukan menyehatkan atau pengembangan perusahaan. Tapi supaya terlihat keren walopun bisnis aslinya acak adul.
Contoh termudah nih. Investasi untuk beli kantor baru yang mentereng, perabotan kantor mahal, mobil operasional mewah untuk Direktur, dll.
Padahal uang tersebut bisa digunakan untuk beli mesin produksi, training karyawan, sistemasi bisnis, upgrade bisnis, dan lain sebagainya.
Kesalahan #9
Tidak Paham Bahasa Bisnis
Dalam dunia bisnis, bahasa yang digunakan adalah FINANCE.
Business is number.
Semua keputusan bisnis dilakukan berdasarkan data dan angka terutama keuangan. Cara membaca kondisi real sebuah bisnis dengan memahami laporan keuangannya.
Memahami bahasa bisnis itu wajib hukumnya bagi pebisnis supaya bisa mengambil keputusan bisnis tepat sesuai kondisi perusahaan.
Jangan asal percaya laporan keuangan “katanya” profit. Coba cek dulu. Uang cash nya ada enggak?
Ditangan kita atau masih ditangan customer? OCF nya positif atau negatif?
Kesalahan #10
Tidak Mencari Mentor Tepat
Banyak pebisnis pemula ketika bisnisnya laris menjadi over confidence. Merasa mampu naik level menjadi pebisnis pro tanpa bimbingan mentor yang tepat.
Padahal tantangan dan ilmu yang dibutuhkan untuk level bisnis pemula dan pro sangat jauh berbeda.
Itu sebabnya carilah mentor yang bisa memberikan short cut tips bisnis berdasarkan pengalaman nyata yang pernah dialaminya bukan sekedar teori text book.
Mencari mentor yang tepat tidak mudah dan mereka juga pilih pilih mentee. Yang terpenting selalu cari komunitas bisnis yang positif, ikutlah kelas kelas bisnis disana akan terbuka kesempatan bertemu mentor bisnis.
Tapi hati hati jika ada mentor menjanjikan bisnis sukses kaya raya cepat itu biasanya mentor sesat.
Semua kesalahan diatas pernah saya alami, jadi saya tuliskan supaya teman teman tidak ada yang mengalaminya lagi. Tetap semangat and see you on top!
Love from USA
Dewi Kreckman