Egoisme dalam Beribadah, Sekelumit Kisah dari Tanah Suci

Image: Dok. Pribadi

Masjidil Haram adalah tempat yang mulia. Di dalamnya banyak amalan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala. Seperti shalat 2 raka’at di belakang maqam Ibrahim bagi orang yang telah selesai melaksanakan thawaf.

Sunnahnya, shalat ini dilaksanakan di belakang maqam Ibrahim. Hanya saja, para ulama berpendapat boleh melaksanakan shalat tersebut di seluruh area Masjidil Haram. Apalagi jika pelataran Ka’bah kondisinya sangat padat dengan jamaah.

Maslahat-madharat ini kurang diindahkan oleh banyak orang. Masing-masing berebut keutamaan, memilih shalat tepat di belakang maqam Ibrahim.

Akibatnya sering terjadi kemacetan dan juga orang yang shalat tersebut ditabrak oleh jamaah lain, karena memilih tempat di area tempat thawaf.

Petugas keamanan kadang kewalahan menghadapi orang-orang tersebut. Mereka rutin meminta minggir bagi orang yang shalat di area lintasan thawaf.

Sudah dipastikan, langkah polisi Al Haram ini dinyinyiri oleh orang yang diusir tersebut: “Orang mau shalat koq dilarang.”

Dia tidak paham bahwa tindakannya tersebut berbahaya, bukan hanya bagi dirinya tapi juga untuk banyak orang.

Hal-hal seperti ini kurang dipahami oleh para jamaah. Mereka menilai ibadah dari satu sisi bahwa ia adalah amalan mulia, tanpa memandang keselamatan banyak orang.

Siang tadi saya juga dapati banyak orang duduk cari tempat dan berkerumun di area tempat thawaf, padahal waktu shalat Jumat masih 1,5 jam lagi. Hal ini membuat banyak jamaah lain kesulitan lewat.

Mendapati hal tersebut, saya menggerutu agak kencang: “Paak..Bagaimana ini, kenapa tidak ada yang mau minggir, ini kita susah lewatnya.”

Rupanya ada salah satu jamaah Indonesia yang merespon. Dia tidak terima dengan apa yang sampaikan: “Minggir kemana lagi pak? Tidak ada lagi tempat.”

Dia tidak paham bahwa area mathaf itu tempat orang untuk thawaf, bukan untuk duduk berkerumun sambil memandang Ka’bah.

Inilah yang disebut dengan sikap egois dalam beribadah.


Mekkah Al Mukarramah, 15 Maret 2024

Sumber: Budi Marta Saudin

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Don`t copy text!