Gerakan Donasi untuk Ibu Siti di Pontianak
Bermula dari pesan singkat yang saya terima dari seorang sahabat, menginspirasi saya untuk membuat tulisan sederhana ini. Permintaannya untuk dapat bertemu saya secara pribadi membuat tanda tanya besar muncul di benak saya pada saat itu. Entah apa yang dirahasiakan Allah SWT di bulan yang penuh rahmat dan ampunan sehingga pesan singkat sahabat saya tersebut bisa masuk ke inbox handphone saya. Mungkin sekedar hanya ingin menggambarkan bahwa sahabat saya ini adalah seorang wanita berusia sekitar 25 tahun dan untuk saat ini sedang dalam masa hamil muda (3 mingguan), mungkin apa yang sedang dirasakan ditambah dengan ujian yang baru dialaminya membuat dirinya saat ini berada dalam kondisi terlemah seumur hidupnya. Ternyata ibu kandungnya yang bernama Siti Sukasih baru saja mengalami peristiwa kecelakaan tabrak lari di kawasan kota baru, tepatnya di depan Jl. Seram (Depan Dinas Sosial).
Menurut saksi mata yang ada disekitar lokasi kejadian, diperoleh informasi bahwa peristiwa tersebut terjadi ketika ibu beranak dua ini akan menyeberang jalan. Seketika tabrakan tidak dapat terelakkan dan sang pelaku sampai detik ini tidak dapat diketahui keberadaannya.
Spontan warga sekitar langsung membawanya ke Disdokkes untuk mendapatkan pertolongan pertama, hanya saja karena kondisinya semakin mengkhawatirkan maka dokter memutuskan untuk merujuk Ibu Siti ke Rumah Sakit Santo Antonius. Benturan di kepala bagian kanan yang cukup keras berefek pada kondisi otak kirinya sehingga langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan CT Scan kepala. Sebuah keputusan terbaik akhirnya harus diambil, karena hasil scan nya menunjukkan terjadinya pendarahan di kepala maka dengan terpaksa operasi dilakukan. Jadi tanpa pikir panjang tim dokter langsung menjadwalkan operasi di sore harinya. Perasaan berdebar-debar menggelayuti hati sahabat saya tersebut, dengan ditemani oleh keluarga dan suaminya dirinya menunggu masa-masa penantian itu berakhir. Dan setelah dua jam berselang, operasi berhasil dilakukan. Untuk sementara sahabat saya tersebut merasa tenang karena proses operasi yang pada awalnya sempat dikuatirkan akhirnya dapat berlalu dengan lancar.
Suasana yang sempat mencekam sebelumnya berangsur-angsur mulai mencair, seiring dengan kedatangan para keluarga yang membesuk Ibu Siti. Respon positif pun ditunjukkan oleh Ibu Siti dengan sesekali memberi respon gerakan ketika keluarganya mengajak berkomunikasi, mungkin bagi sebagian keluarganya yang membesuk pada malam itu sudah berpikiran bahwa keadaan Ibu Siti mulai stabil dan membaik. Ternyata apa yang dipikirkan tidak seperti apa yang dialami, tepat jam 20.30 WIB kondisi Ibu Siti kembali mengalami penurunan hingga pada akhirnya tidak sadar. Dengan sigap perawat melakukan pemeriksaan dan diketahui pendarahan kemungkinan besar terjadi kembali karena tampak tetesan darah keluar dari bekas operasi dikepalanya. Seketika dokter yang merawatnya langsung datang dan melakukan CT Scan kembali untuk memastikan kondisi terakhir Ibu Siti. Sebuah keputusan berat harus diterima sahabat saya karena tim dokter memutuskan melakukan operasi ulang karena kondisinya tersebut. Sahabat saya tersebut hanya bisa pasrah dengan keputusan itu, hanya bisa berharap dalam hati semoga ini adalah jalan yang terbaik bisa dilakukan. Setengah jam setelah itu, operasi dilakukan. Dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam untuk dapat memastikan proses operasi telah selesai. Meskipun tim dokter menyatakan operasi telah berjalan dengan lancar, namun perasaan kuatir dan takut masih terus membayangi.
Satu malam telah berlalu, udara pagi yang segar disertai dengan hangatnya mentari pagi menghiasi indahnya pagi itu. Meskipun telah melewati dua kali operasi kepala yang menurut saya cukup menyakitkan, kondisi Ibu Siti masih belum dapat dikatakan stabil. Rendahnya kadar Hemoglobin (Hg) dalam darahnya membuat sahabat saya harus terus mencari persediaan darah golongan AB untuk berjaga-jaga. Tapi dibalik semua itu, setidaknya untuk saat ini kondisi Ibu Siti sudah lebih baik dibanding kemarin. Hanya saja pemantauan harus terus dilakukan karena ini sifatnya terkait dengan organ tubuh yang paling vital yaitu kepala, jadi mau tidak mau dalam beberapa hari ini sahabat saya tersebut harus mengorbankan waktu bekerjanya demi menjaga sang ibu tercinta. Kebetulan Ibu Siti saat ini berstatus single parent sehingga dapat dibilang Ibu Siti menjadi tumpuan hidup bagi kedua orang anaknya. Sahabat saya sendiri sebenarnya baru saja melangsungkan pernikahan dengan seorang polisi berpangkat Briptu, dan Alhamdulillah sekarang buah cinta mereka berdua telah berusia sekitar 3 mingguan.
Sampai disini, sahabat saya berhenti bercerita untuk sejenak. Dari raut wajahnya menggambarkan kesedihan yang cukup dalam, ternyata apa yang diceritakannya masih menyisakan sebuah kisah yang memilukan. Karena kebetulan salah satu perawat yang membantu terlaksananya operasi tersebut masih terhitung keluarga, maka secara personal dia menceritakan kondisi ibunya yang terbaru. Menurutnya untuk sementara ini tulang tengkorak kepala bagian atas Ibu Siti masih disimpan oleh tim dokter dan akan disambung kembali ketika kondisinya sudah benar-benar pulih. Mengenai masalah kapan disambung, itu tergantung perkembangan kesehatannya. Bisa 3 minggu, 3 bulan, atau bahkan 6 bulan. Dan yang ditekankan disini adalah jangan sampai Ibu Siti tahu akan kondisi yang sebenarnya karena dikuatirkan akan berdampak langsung pada kondisi psikisnya. Aku langsung terhenyak begitu mendengar cerita itu, tidak ada yang bisa kulakukan selain merenung dan ikut merasakan kesedihan yang sangat besar. Mungkin masih belum sebesar apa yang benar-benar dirasakan sahabatku saat ini, sebuah ujian di bulan ramadhan yang penuh berkah. Tetap akan ada sebuah hikmah dibaliknya, WA ALLAHU ‘ALAM BIS SHAWAB.
Tulisan ini sengaja saya buat hanya semata-mata ingin membantu sahabat saya tersebut. Mungkin tidak banyak yang bisa kita berikan, namun yakinlah sekecil apapun bantuan yang diberikan akan tetap bermanfaat besar bagi yang membutuhkan. Mungkin ditulisan ini saya tidak akan mengungkap identitas sahabat saya tersebut karena dikuatirkan pihak keluarganya akan merasa tidak enak nantinya. Oleh karena itu, bagi kawan-kawan yang ingin menjenguknya dapat langsung menghubungi saya di 08565030366 (Yudi) untuk mengetahui ruangan dimana Ibu Siti dirawat. Sedangkan bagi yang ingin memberikan bantuan materi, dapat melalui rekening bank saya dengan nomor rekening BCA 1710569505 atas nama Dwi Wahyudi (Insya Allah informasi jumlah dana yang masuk akan selalu saya update di bagian bawah tulisan ini). Untuk sahabatku, mungkin hal ini yang paling maksimal bisa dilakukan. Tetap tegar dan tabah dalam menjalani cobaan ini ya sahabatku, semoga Allah SWT selalu menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita semua. Aminnn… (DW)