TPFx Pontianak
Opini

Jika Kalimantan Memboikot, Siap-Siap Jawa Jadi Semaput

×

Jika Kalimantan Memboikot, Siap-Siap Jawa Jadi Semaput

Sebarkan artikel ini
LKP Cerdas Berdaya

Membaca satu tulisan di JPNN.COM yang berjudul Empat Gubernur Minta Tambahan Kuota BBM membuat jari-jari tangan ini tergelitik untuk membuat sebuah postingan. Akhirnya setelah sekian lama menahan diri sepertinya isu keterbatasan pasokan BBM di wilayah Kalimantan sudah menjadi satu hal yang tak dapat tertahankan. Bagaimana dengan lantangnya para gubernur dari empat provinsi di Kalimantan menyatukan suara dan mengajukan “permohonan” kepada pemerintah pusat untuk dapat diberikan jatah tambahan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerahnya masing-masing.

Untuk di Pontianak sendiri, situasi terkini yang masih terjadi adalah sangat terbatasnya stok bahan bakar minyak khususnya untuk jenis solar. Satu pemandangan umum yang saat ini sedang menjadi tren di Kalimantan Barat adalah disetiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pasti terdapat antrian kendaraan-kendaraan bermesin diesel seperti: truk, bus, tronton, minibus, dan lain sebagainya. Antrian panjang ini terjadi dikarenakan sejak bulan Desember 2011, pemerintah kota Pontianak telah membuat aturan mengenai jam antrian yang tertuang dalam SP Walikota Pontianak No.551/671/D HUBKOMINFO Tanggal 16 November 2011. Disini jelas tertera bahwa untuk semua kendaraan berbahan bakar solar diharuskan melakukan pengisian dari jam 19.00-24.00 WIB.

Baca Juga:  Kunci Kesuksesan Usaha Bukan Hanya Sekedar Tulisan Semata

Mungkin apa yang saya alami di kota Pontianak masih belum separah apa yang dialami teman-teman saya di daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Saya masih ingat ketika mengikuti kegiatan Kopdar 1000 Blogger Nusantara pada bulan Oktober tahun lalu, saya sempat berbagi cerita mengenai kondisi di daerahnya masing-masing. Saya sempat kaget begitu mengetahui bahwa di kota Balikpapan yang notabene adalah daerah penghasil batubara terbesar di Indonesia, masih sering terjadi kasus byar pet listrik pada saat itu. Sungguh memprihatinkan, padahal sebagian besar pasokan batubara untuk bahan bakar dasar penggerak turbin listrik di pulau jawa berasal dari Balikpapan. Tapi kenapa malah daerah penghasil batubaranya sendiri kondisi listriknya malah seperti itu, hanya bisa geleng-geleng kepala.

Nah, sekarang yang terjadi malah lebih parah lagi menurut saya. Karena ini terkait dengan kebijakan Pertamina untuk membatasi jumlah kuota pasokan bahan bakar minyak ke sejumlah daerah di Kalimantan, maka keempat gubernur “mengancam” akan melakukan boikot pengiriman hasil tambang ke luar Kalimantan jika kuota BBM selama ini tidak ditambah. Kita tahu kota Balikpapan adalah kota minyak, tapi kenapa masih ada terjadi kasus antrian BBM yang begitu panjang disana. Apakah tidak ada “perlakuan khusus” bagi kota-kota yang telah memberikan kontribusi terbesarnya sehingga pulau jawa sampai detik ini masih dapat menyala terang benderang dan beroperasional selama 24 jam penuh. Mungkin ini dapat menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi pihak-pihak yang terkait karena bagaimanapun juga Jika Kalimantan Memboikot, Siap-Siap Jawa Menjadi Semaput. (DW)

Sumber Gambar: