Aplikasi pesan-antar makanan “Ketek” milik Sarawak telah diluncurkan hari ini, tidak hanya tersedia dalam bahasa Inggris dan Melayu tetapi juga dalam bahasa Cina dan Iban.
CEO-nya Suhardy Yakop mengatakan aplikasi ponsel pintar tersebut memulai debutnya dua minggu lalu melalui Google Play Store, dan juga dapat diakses melalui situs webnya https://ketekajak.com/.
Ini akan tersedia di Apple App Store dalam waktu dekat.
Aplikasi driver dan vendor Ketek juga tersedia di Google Play Store secara terpisah.
Saat peluncuran, dia mengatakan pengantaran makanan akan dibagi menjadi makanan dan minuman halal dan non-halal.
“Masyarakat bisa memilih bahasanya. Apakah mereka ingin berkomunikasi melalui bahasa Inggris, Melayu, Cina atau Iban.
Artinya, pengguna dan pengendara akan mendapatkan pengalaman yang sama seperti semua pengguna Ketek, ujarnya saat soft launching hari ini.
Sementara itu, pendiri “Ketek” Iswandy Yakob mengatakan kepada The Borneo Post bahwa mereka menargetkan 30.000 pengguna terdaftar pada akhir tahun 2024, dan merekrut setidaknya 50 pelari untuk setiap divisi di Sarawak pada tahun ini.
“Respon aplikasi driver Ketek sangat menggembirakan. Hingga saat ini Ketek telah mendaftarkan 275 driver se-Sarawak dan terus menerima lamaran baru,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, jumlah unduhan pengguna akan meningkat sejak Ketek baru mulai beroperasi.
“Pendaftaran vendor Ketek melalui aplikasi vendornya baru dimulai dua minggu lalu dan sudah menerima 192 lamaran. Ketek menargetkan memiliki 5.000 pedagang makanan dan e-commerce pada tahun ini.
“Jumlah unduhan pengguna (untuk aplikasi) masih rendah karena masih dalam tahap awal. Namun kami yakin setiap harinya akan meningkat karena pengoperasian aplikasi ini baru dimulai,” ujarnya.
Sementara itu, kata Suhardy, ia yakin aplikasi Ketek akan meningkatkan sosial ekonomi masyarakat, khususnya pengusaha kecil dan menengah serta pedagang di pinggiran kota dan pedesaan.
Katanya, yang membedakan Ketek dengan aplikasi pesan-antar makanan lainnya adalah tidak memungut komisi apa pun dari penjual dan penjual makanan.
“Ini tentu saja akan membantu bisnis di Sarawak untuk meningkatkan pendapatan mereka melalui sektor gig economy.” jelasnya.
“100 persen pendapatan yang diterima oleh pedagang, pengusaha, dan pelari Ketek akan menjadi milik mereka, tidak seperti pihak lain yang membebankan komisi hingga lebih dari 25 persen kepada pengirim dan pengusaha untuk mendapatkan keuntungan demi kepentingan perusahaan.
“Harga makanan dan barang di aplikasi kami juga sama dengan harga di toko,” ujarnya. (PR)