Kisah ini Blogger Borneo alami ketika sedang duduk manis sambil ngopi di salah satu cafe yang ada di kawasan Gajah Mada. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 07.49, masih cukup pagi ternyata.
Jadi setelah mengantarkan sang istri tercinta ke kantornya, Blogger Borneo langsung meluruskan niat dan tujuan untuk sarapan sambil ngopi sejenak di cafe tersebut.
Suasana cafe masih tampak begitu sunyi, selain beberapa oknum pegawai negeri sipil (PNS) sedang duduk berempat di salah satu meja, ada juga seorang bule perempuan berusia sekitar 40-an tahun.
Dia duduk di meja yang lokasinya berdekatan dengan meja para oknum PNS tersebut. Melihat pemandangan tersebut, langsung muncuk pertanyaan dalam hati, sudah hampir jam 8 tapi kenapa mereka sudah duduk asyik di cafe???.
Ah sudahlah, memang sudah menjadi kebiasaan di negeri ini. Sepertinya bukan satu hal yang harus diributkan karena konteksnya keluar dari tema tulisan ini. Sekarang kita kembali ke topik awal tulisannya ya…
Blogger Borneo duduk di meja dengan posisi agak masuk ke dalam cafe, sesekali saya memperhatikan lingkungan sekitar. Sudah menjadi kebiasaan, segelas capuccino susu hangat menjadi pendampingku di pagi hari yang cerah itu.
Dari kejauhan Blogger Borneo memperhatikan bule tersebut sedang membolak balik sebuah buku yang berisikan informasi mengenai Kota Pontianak. Tak lama kemudian, bule itu pun beranjak dari kursinya dan mendekati meja para oknum PNS tersebut.
Dia menunjukkan gambar Museum Pontianak di buku tersebut kepada salah satu diantaranya dan bertanya apakah ada yang bisa mengantarkannya kesana. Pertanyaan bule tersebut langsung disambut antusias oleh orang-orang yang sedang berada disitu, termasuk dari para waitressnya.
Meski belum ada bicara mengenai jumlah uang yang diberikan oleh bule tersebut sebagai imbal jasa pengantarannya, namun dengan cukup pedenya salah seorang waitress tersebut menelepon seorang koleganya dan membuat statement pribadi bahwa bule tersebut akan memberikan ongkos sebesar 50 rupiah.
Mungkin dalam hatinya dia berpikir bahwa mumpung yang meminta bantuan adalah seorang bule, maka dia bisa sesuka hati menentukan ongkos antar sekehendak hati.
15 menit berselang, datanglah seorang laki-laki menggunakan motor dengan membawa helm 2 buah. Saya pikir mungkin orang itulah yang ditelepon oleh salah satu waitress cafe tadi. Begitu melihat jemputannya datang, bule tersebut pun langsung menghampiri.
Akan tetapi, anehnya ketika selesai mereka berdiskusi, si penjemput tersebut malah langsung bergegas pergi tanpa mau mengantar bule tersebut. Akhirnya bule tersebut memutuskan untuk berjalan kaki saja karena sebetulnya jarak antara cafe dengan Museum Kalimantan Barat tidaklah terlalu jauh.
Blogger Borneo sendiri pada awalnya tidak terlalu ngeh dengan apa yang terjadi, hingga beberapa saat setelah bule tersebut pergi barulah mereka pada ketawa-ketawa sambil bergurau. Dalam salah satu celetukannya mereka berkata: “Ternyate uang 50 ribu tuh mahal gak ye???”.
Salah seorang lainnya menimpali: “Masak nawarnye sampek 10 ribu, murahnye gak???”. Rupenye sekarang Blogger Borneo baru paham bahwa dalam diskusi tadi antara si bule dengan orang yang akan menjemputnya, bule tersebut mau menggunakan jasa pengantarannya dan bersedia membayar 10 ribu rupiah.
Dan karena sang penjemput tersebut berkeberatan dengan nilai tersebut, makanya dia langsung pergi meninggalkan bule tersebut. Dari peristiwa tersebut hanya bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa TERNYATA BANGSA KITA MASIH BELUM BISA MENGHORMATI TAMU DENGAN BAIK. (DW)