Kisah Sukses Brand Zara, Berawal dari Perubahan Nama Hingga Cerita Kontroversi
Zara adalah sebuah merek fashion global yang berasal dari Spanyol. Merek ini merupakan bagian dari Inditex, salah satu perusahaan retail terbesar di dunia yang memiliki beberapa merek fashion lainnya.
Zara didirikan oleh Amancio Ortega Gaona, seorang pengusaha asal Spanyol. Amancio Ortega lahir pada 28 Maret 1936, di Busdongo de Arbás, Provinsi León, Spanyol.
TOPIK UTAMA
Brand Zara
Brand Zara didirikan pada tahun 1974 di kota La Coruña, Galisia, Spanyol. Sebagai pendiri Inditex, perusahaan induk Zara, Ortega telah memainkan peran kunci dalam mengembangkan merek tersebut menjadi salah satu pemain utama dalam industri fashion global.
Pada awalnya, toko ini bernama “Zorba,” namun kemudian diubah namanya menjadi “Zara” karena adanya konflik dengan merek dagang lain. Keberhasilan Zara dapat diatribusikan pada model bisnisnya yang inovatif dan kemampuan untuk merespons dengan cepat terhadap tren fashion.
Kisah Sukses
Dari awal berdirinya, brand Zara telah menempuh perjalanan yang sangat sukses. Berikut adalah beberapa tonggak perkembangan brand fashion Zara dari pendiriannya hingga saat ini:
Tahun 1970-an – Awal Berdiri
Zara didirikan pada tahun 1974 sebagai toko pakaian murah di La Coruña, Spanyol. Strategi awal Zara fokus pada penawaran pakaian dengan kualitas tinggi namun dengan harga terjangkau.
Tahun 1980-an – Ekspansi Domestik
Pada dekade ini, Zara mulai berkembang di tingkat nasional di Spanyol. Merek ini terus mengekspansi dengan membuka toko-toko baru di kota-kota utama di Spanyol.
Tahun 1990-an – Ekspansi Internasional
Zara mulai memperluas ke pasar internasional pada tahun 1988 dengan membuka toko pertamanya di Porto, Portugal. Selama 1990-an, Zara terus ekspansi ke pasar internasional dengan membuka toko di berbagai negara Eropa.
Tahun 2000-an – Globalisasi dan Keberhasilan Fast Fashion
Pada awal milenium, Zara terus tumbuh secara global, membuka toko-toko di Amerika Serikat, Asia, dan negara-negara lainnya. Model bisnis “fast fashion” Zara, yang melibatkan desain cepat, produksi efisien, dan rotasi stok yang cepat, menjadi semakin terkenal dan sukses.
Tahun 2010-an – Keberlanjutan dan E-Commerce
Zara fokus pada keberlanjutan dengan memperkenalkan berbagai inisiatif, seperti koleksi ramah lingkungan dan upaya pengurangan limbah. Zara juga meningkatkan kehadirannya dalam perdagangan elektronik (e-commerce) untuk menjawab perubahan perilaku konsumen.
Tahun 2020-an – Adaptasi Terhadap Tren dan Pandemi
Zara terus menyesuaikan diri dengan tren fashion terkini dan meningkatkan keberlanjutan bisnisnya. Seperti banyak bisnis lainnya, Zara juga dihadapkan dengan dampak pandemi COVID-19, yang memaksa penutupan toko sementara dan mendorong peningkatan fokus pada penjualan online.
Karakteristik Brand Zara
Zara dikenal karena model bisnisnya yang unik dalam industri fashion, yaitu konsep “fast fashion“. Selain itu, brand Zara secara cepat dapat dikenal karena memiliki beberapa karakteristik utama, antara lain:
Fast Fashion
Zara terkenal karena kemampuannya dalam merespons tren fashion dengan cepat. Mereka mampu merancang, memproduksi, dan mendistribusikan koleksi baru dalam waktu yang sangat singkat, memungkinkan mereka untuk selalu mengikuti tren terkini.
Rotasi Stok Cepat
Zara memperbarui koleksinya secara berkala, bahkan beberapa kali dalam satu minggu. Hal ini menciptakan suasana toko yang selalu segar dan menarik bagi pelanggan.
Desain In-House dan Produksi Terdekat
Zara memiliki tim desain internal yang merancang produk-produknya sendiri. Selain itu, produksi dilakukan dekat dengan pusat distribusi mereka di Spanyol. Ini memungkinkan mereka untuk mengurangi waktu produksi dan menghemat biaya pengiriman.
Toko Konsep
Zara sering membuka toko konsep di lokasi strategis untuk menguji reaksi konsumen terhadap desain atau konsep tertentu sebelum diimplementasikan secara luas.
Harga Terjangkau
Meskipun terkenal dengan desain dan kualitasnya, Zara menawarkan produk dengan harga yang relatif terjangkau, membuatnya dapat diakses oleh berbagai kelompok konsumen.
Kisah Kontroversi
Penting untuk dicatat bahwa dalam industri fashion, merek-merek besar seperti Zara seringkali mendapatkan sorotan dan kritik, terutama terkait dengan praktik produksi, etika bisnis, dan dampak lingkungan.
Beberapa merek termasuk brand Zara sendiri secara aktif berusaha meningkatkan praktik mereka untuk mengatasi isu-isu tersebut. Adapun beberapa kisah kontroversi yang terkait dengan brand Zara, antara lain:
Isu Perlakuan Buruh
Beberapa kasus telah muncul terkait kondisi kerja di pabrik-pabrik yang memproduksi produk Zara. Pada tahun 2011, sebuah laporan dari pusat penelitian asal Brasil, Repórter Brasil, menuduh adanya pelanggaran hak pekerja di pabrik-pabrik kontraktor Zara di Brasil. Zara merespons dengan menyatakan keprihatinan dan berkomitmen untuk memperbaiki situasi.
Kontroversi Desain
Zara pernah dikecam karena dituduh menyalin desain dari desainer independen tanpa memberikan pengakuan atau kompensasi. Hal ini menciptakan perdebatan mengenai praktik “copycat” di industri fashion.
Isu Diskriminasi
Pada tahun 2014, Zara dikecam karena kontroversi diskriminasi. Sebuah toko Zara di New York dituduh merugikan karyawan dengan latar belakang Hispanik dan Afrika-Amerika.
Zara kemudian mencapai kesepakatan dengan Komisi Hak Asasi Manusia Kota New York untuk membayar denda dan memperbaiki praktik perekrutan dan pelatihan.
Isu Keterlibatan dalam Penjualan Produk yang Kontroversial
Seperti beberapa merek fashion lainnya, Zara pernah menghadapi kritik karena penjualan produk yang dianggap kontroversial atau mengandung pesan yang tidak sesuai, seperti produk dengan gambar yang dianggap merendahkan atau meremehkan kelompok tertentu.
Isu Pro Israel
Baru-baru ini, mengutip dari artikel yang dimuat di portal berita online yang menyajikan berita terkini tentang dunia bisnis dan wirausaha untuk Milenial dan Gen Z yaitu beranda.co.id, Selasa (12/12/2023), brand Zara kembali menuai kritik dari para netizen karena dianggap pro Israel.
Pada kampanye iklan terbaru mereka, menunjukkan model McMenamy menggunakan pakaian hitam, dengan beberapa properti yang sangat khas dengan situasi abstrak dan kekacauan.
Di antaranya patung berbalut kain, manusia yang pipinya seperti terkena belepotan abu, serpihan puing debu, peti mati dan situasi lainnya. Hal ini bagi netizen tampak seperti mengangkat isu genosida yang terjadi di Palestina secara negatif.
Comments are closed.