Cara Membuat Capex dan Opex untuk Persiapan Buka Perusahaan 2023

Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan akan melakukan penyusunan anggaran (budgeting) yang diestimasi berdasarkan hasil analisis bisnis. Saat melakukan budgeting akan disebutkan dua akronim yang lazim dilakukan, yakni capex dan opex.

Image: Pajak.Com

Membuat Capex dan Opex

Sejatinya, kedua istilah ini sama-sama merujuk pada jenis pengeluaran yang harus dilakukan perusahaan, tetapi punya definisi, tujuan, dan karakter yang berbeda. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan kedua akronim ini kenali definisi dan perbedaan Capex-Opex, berikut Pajak.com rangkumkan dari berbagai sumber.

Capex merupakan capital expenditure atau belanja modal berupa pengeluaran yang dilakukan sebuah perusahaan untuk menciptakan manfaat di masa depan. Dengan kata lain, capex memang sengaja dialokasikan atau direncanakan dalam anggaran untuk mendapatkan aset tetap, yang bertujuan untuk menambah nilai aset serta memperluas kemampuan perusahaan dalam meningkatkan profit.

Nantinya, capex akan dicantumkan sebagai aset pada neraca keuangan perusahaan, jika barang atau layanan yang dibeli tersebut digunakan secara aktif selama lebih dari satu tahun. Biasanya nilai sebuah capex akan mengalami penurunan (depresiasi) seiring dengan umur aktiva itu.

Definisi Capek dan Opex

Untuk itu, capex akan dikenakan biaya penyusutan untuk menyebar biaya aset, selama masa penggunaannya seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan pajak. Rentang ideal penyusutan biaya adalah 5 sampai 10 tahun.

Baca Juga:  Perkembangan Bank Digital Memberikan Banyak Kemudahan untuk Anda

Yang perlu diingat, capex tidak selalu dicantumkan dalam penyusunan anggaran suatu perusahaan. Penyertaan capex biasanya dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki modal besar dan punya basis pelanggan/pasar yang cukup stabil.

Sementara opex merupakan operational expenditure yang berarti biaya operasional yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Dengan kata lain, opex adalah biaya yang dikeluarkan untuk tetap menjaga kelangsungan aset dan menjamin aktivitas perusahaan yang telah direncanakan agar dapat berjalan dengan baik.

Sederhananya, opex merupakan komponen pengeluaran yang pasti dilakukan oleh setiap perusahaan sehingga pasti selalu ada dalam penyusunan anggaran. Lantaran cenderung paling banyak dialokasikan untuk setiap perusahaan, opex kerap ditekan oleh manajemen perusahaan tanpa harus mengorbankan kualitas produk atau layanan bisnis yang dihasilkan.

Umumnya, perusahaan mencatat opex sebagai beban atau biaya dalam laporan laba-rugi, sehingga bisa dikeluarkan dari penghitungan pajak pada tahun ketika pengeluaran itu terjadi. Karena itu, saat membutuhkan barang tertentu, perusahaan cenderung memilih menyewa dan memasukkan ongkosnya sebagai biaya operasional ketimbang membeli barang tersebut.

Namun, biaya yang termasuk dalam opex tidak meliputi depresiasi, pajak pendapatan, maupun bunga pinjaman atau financing. Opex juga menjadi pilihan finansial yang lebih menarik saat arus kas perusahaan terbatas.

Baca Juga:  In Memoriam: Prof. DR. H. Muhammad Haitami Salim, M.Pd (Bagian 1)

Perbedaan Capex dan Opex

Berikut adalah rincian untuk lebih memudahkan Anda membedakan capex dan opex:

  1. Capex dan opex adalah jenis pengeluaran yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Jika capex merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menciptakan manfaat masa depan/jangka panjang, sementara opex merupakan pengeluaran rutin yang dilakukan oleh sebuah perusahaan saat memenuhi kebutuhan operasional/jangka pendek.
  2. Jika capex merupakan pengeluaran untuk menambah nilai aset dan tidak selalu ada di dalam budgeting, opex merupakan pengeluaran untuk menjaga keberlangsungan aset dan bersifat reguler sehingga selalu ada di dalam budgeting.
  3. Capex tidak dapat sepenuhnya dipotong pada periode ketika dijalankan, sedangkan opex dapat sepenuhnya dikurangkan dalam periode akuntansi saat dijalankan.
  4. Capex di pencatatan dalam accounting sebagai dana yang dihabiskan untuk persediaan berada di bawah belanja modal, sedangkan opex di pencatatan dalam accounting sebagai dana yang dihabiskan untuk mengubah persediaan menjadi throughput accounting.
  5. Sumber pembiayaan capex biasanya berasal dari bank, suntikan dana dari perusahaan ventura atau perusahaan teknologi finansial. Sementara sumber pembiayaan opex sebagian besar diambil dari pendapatan yang disimpan, uang kas, atau tabungan pribadi.
  6. Pencatatan dua biaya pengeluaran ini terdapat pada laporan laba-rugi perusahaan dan mengurangi laba-rugi dengan cara yang berbeda. Kalau biaya opex secara langsung mengurangi biaya laba dan rugi, sedangkan capex mengalami biaya penyusutan sehingga mengurangi laba yang diakui perusahaan.
  7. Contoh biaya capex adalah pembelian mesin produksi, pembelian kendaraan, hingga melakukan akuisisi merek. Sementara macam-macam biaya opex adalah biaya perawatan mesin, biaya bahan bakar kendaraan, komisi, biaya promosi, biaya utilisasi seperti listrik dan air, serta biaya sewa gedung.
Baca Juga:  Biaya Pengiriman dari Indonesia ke China, Perhatikan 10 Faktor Kunci Ini

Penutup

Menjelang akhir tahun, biasanya para pemilik usaha memiliki rencana untuk membuka perusahaan baru sesuai latar belakang bisnis yang dianggap memiliki prospek untuk dijalankan. Oleh karena itu, mereka akan membuat perencanaan budgeting yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha minimal untuk satu tahun kedepan.

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Dari hasil membuat Capex dan Opex ini akan dapat dilihat berapa besar modal yang perlu dipersiapkan sehingga pemilik usaha bisa mengambil keputusan apakah tetap akan membuka perusahaannya atau tidak. Bagi yang butuh bantuan untuk membuat Capex dan Opex bisa langsung menghubungi 0896-8888-2022 untuk melakukan konsultasi. (DW)

Sumber Pajak.Com
Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More