BloggerBorneo.com – Generasi milenial adalah generasi kini yang memegang kunci peradaban yang akan datang. Kita patut memastikan arah interaksi, lintas generasi tersambung dengan tepat. Tentu tanpa melipat akses informasi yang benar kepada mereka yang melanjutkan estafet kepemimpinan kita di dunia.
Generas milenial, bukan generasi dangkal. Walaupun tak sedikit bergumam tentang aktivitas mereka yang melulu berkait dengan gadget, video games, youtube(ism), bergantung pada dunia digital, dan segudang gerak langkah yang dianggap buruk oleh para generasi sebelumnya.
Alih-alih vonis sebelah mata itu ditujukan ke mereka, produktivitas “barang” baru kemudian menyebabkan kita lebih mudah menggapai dunia.
Lihat saja konten-konten yang diciptakan oleh para youtuber, iklan anak muda dengan bentuk kreativitasnya, persaingan penciptaan aplikasi agar orang-orang lebih nyaman dalam bekerja, dan banyak lainnya produk yang diciptakan oleh generasi ini.
Sultan Hamid II
Namun memang, generasi milenial punya cara dan pola sendiri dalam berkomunikasi. Barangkali sebagian dari mereka tak peka akan sejarah bangsa yang tercatat dalam kitab-kitab lama. Mereka lebih memilih merekam jejak lawas lewat dunia maya, lini masa.
Milenial punya kehendak positif untuk bergerak maju dengan caranya sendiri. Maka dari itu, cerita atas fakta sejarah bangsa, patut disampaikan dengan apa adanya. Apalagi jejak digital begitu tajam dalam pembuktian.
Tempo hari, minggu 1 September 2019 kami diundang oleh komunitas Kampoeng English Purnama (KEP) untuk berdiskusi soal sejarah, sejarah Lambang Negara Garuda Pancasila dan sang perancangnya, Sultan Hamid II. Komunitas ini, komunitas milenial, komunitas generasi muda. Mereka terafiliasi dengan Bina Antarbudaya dan AFS International Program. Agenda Talkshow yang rutin dilakukan bernama KEPTALK, acapkali mengundang komunitas-komunitas milenial yang tersebar di Pontianak – Kalimantan Barat.
Diskusi bertajuk “The Untold Story of Sultan Hamid II” kemarin disambut antusias oleh lintas komunitas tersebut. Sedangkan kami, lagi-lagi tak bosan untuk terus mensosialisasikan fakta sejarah ini. Tak jenuh untuk mengkampanyekan bentangan sejarah perjuangan kami. Dengan harapan, langkah gerakan bersama dapat tercapai. Pertanyaan-pernyataan bersambut sesudah pemaparan, layaknya diskusi formal. Namun, secara bersama kami sepakat, untuk maju dengan langkah-langkah yang belum sempat tersentuh.
Selama ini, kami hanya mengiventarisasi hasil penelitian dan data atau dokumen, melakukan penelitian, seminar ilmiah, dan diskusi terfokus dengan kalangan elit negara. Sedangkan kami akui, bahwa sinergitas bersama milenial belum tersentuh. Banyak yang bisa dilakukan bersama, menciptakan karya ilmiah populer atau non ilmiah yang bisa dicerna generasi muda dengan lebih gampang, mudah terekam, dengan visualisasi terkini.
Kami berharap, sinergitas ini akan lebih memancangkan cerita sejarah perjuangan dan kepahlawanan Kalimantan Barat dengan lebih luas lagi. Kami optimistis, kisah Sultan Hamid II dan sejarah karya nyatanya: Garuda Pancasila, mendapatkan tempat khusus di semua kalangan generasi muda, kalangan Milenial Indonesia.
Kami terus bergerak, kami terus berjuang. Untuk satu langkah.
“We stand for Sultan Hamid II”
Sultan Hamid II Foundation