Nutrisi untuk Bangsa adalah sebuah program yang dibentuk dengan tujuan ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk dapat memerangi masalah-masalah kekurangan gizi dengan memberikan sosialisasi dan edukasi sebagai salah satu wujud nyatanya. Sudah menjadi sebuah fenomena bahwa sampai detik ini, masih banyak terjadi kasus-kasus gizi buruk menimpa calon-calon generasi penerus bangsa ini. Hal ini dikarenakan masih banyak bunda-bunda yang hidup dibawah garis kemiskinan sehingga mereka tidak dapat memenuhi standar asupan nutrisi bagi sang buah hati tercinta. Sungguh miris memang, sebagai elemen mendasar dalam proses pembangunan bangsa seharusnya pembentuk-pembentuk calon generasi penerus ini dapat memperoleh perhatian dan kesejahteraan lebih. Akan tetapi itulah fenomena, jika kita harus menunggu pemerintah untuk bertindak, sampai kapanpun hal ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, melalui gerakan Nutrisi untuk Bangsa ini mari kita bergerak secara mandiri untuk secara bersama mencari solusi demi terwujudnya sebuah impian yaitu INDONESIA BEBAS GIZI BURUK.
Sekarang, langkah apa yang harus kita ambil demi mewujudkan impian tersebut?. Dan apakah gerakan Nutrisi untuk Bangsa hanya bisa diikuti oleh orang-orang yang berkecimpung dibidangnya?. Mungkin itu yang menjadi pertanyaannya sekarang. Secara pribadi, saya yang notabene jelas-jelas seorang blogger mungkin tidak akan bisa mendukung gerakan ini jika sejak awal sudah ditetapkan bahwa Nutrisi untuk Bangsa khusus ditujukan bagi kalangan ibu-ibu dan orang-orang dengan latar belakang bidang kesehatan. Tapi ini jaman social media cuy, masa kita tidak memanfaatkannya secara maksimal sih. Justru proses sosialisasi dan edukasi dapat dilakukan secara massal dan efisien melalui media-media sosial yang ada. Jika masing-masing anggota pendukung gerakan Nutrisi untuk Bangsa menggunakan jaringan media sosial yang dimiliki, tidak dapat dibayangkan berapa besar efek balik yang akan ditimbulkan nantinya.
Selain melalui media maya, program Nutrisi untuk Bangsa juga harus berjalan secara optimal didunia nyata. Beberapa langkah yang sudah dilakukan, antara lain:
1. Sosialisasi Bunda Melek Gizi
Asupan makanan yang dikonsumsi oleh para bunda akan sangat mempengaruhi pertumbuhan sang buah hati sejak saat dirinya masih berbentuk embrio hingga lahir dan menjadi dewasa. Jumlah nutrisi dan gizi dalam makanan yang dikonsumsi setidaknya harus memiliki komposisi seimbang untuk perkembangan janin dan otak, setidaknya rumus Empat Sehat Lima Sempurna dapat dijadikan acuan untuk menentukan jenis-jenis makanan apa saya yang baik dikonsumsi. Disini sosialisasi mengenai asupan makanan serta komposisi gizinya harus terus menerus dilakukan. Pemanfaatan fungsi Posyandu sebagai salah satu tempat berkumpulnya para bunda sepertinya dapat dimaksimalkan, jadi proses edukasinya bisa dilakukan sekalian konsultasi maupun imunisasi.
Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah memaksimalkan Air Susu Ibu (ASI) sebagai asupan nutrisi terbaik bagi sang anak. Bagi seorang bunda rumah tangga, mungkin pemberian ASI secara rutin dan teratur bukanlah sebuah kendala. Sekarang masalahnya bagaimana dengan bunda-bunda yang berstatus sebagai wanita karir, umumnya mereka jarang mau memberikan ASI bagi sang buah hati dikarenakan alasan kesibukan dan penampilan. Padahal, menyusui sudah menjadi kodrat para bunda sebagai wanita. Oleh karena itu, salah besar jika ada seorang bunda yang tidak mau memberikan ASI kepada anaknya.
2. Pojok ASI di Tempat Umum
Beberapa waktu lalu kita pernah mendengar mengenai adanya kebijakan kawasan bebas rokok ditempat-tempat umum seperti: terminal, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan lokasi keramaian lainnya. Hal ini terkait dengan pelaksanaan peraturan pemerintah tentang larangan merokok di pusat keramaian umum. Ya bisa dibilang kebijakan ini dibuat untuk memberi kesempatan kepada para pecandu nikotin yang sudah “kebelet” ingin mengisap rokok. Nah, sekarang apa bedanya dengan seorang anak bayi yang sedang diajak bundanya berkeliling di pusat keramaian umum dimana dalam perjalannya merasa “kebelet” ingin minum susu. Mungkin jika orang dewasa tidak dapat merokok dikarenakan suatu dan lain hal masih dapat mengerti dengan keadaannya. Sekarang bagaimana dengan bayi batita (bawah tiga tahun) ketika dirinya sedang haus dan ingin minum susu, tentunya dia akan menangis sekuat-kuatnya. Oleh karena itu, seharusnya jumlah ruang menyusui di beberapa titik keramaian dapat disesuaikan sebanyak bisa dilakukan.
Dibawah ini adalah foto-foto yang menunjukkan lokasi ruang menyusui di beberapa wilayah, meliputi:
Secara kebetulan saya baru dikarunia seorang anak laki-laki yang pada saat ini telah berusia kurang lebih 20 bulan. Dan jika dilihat perkembangannya sejak masih berada didalam kandungan, Alhamdulillah asupan gizi dan nutrisi yang diterima melalui bundanya masih seimbang dengan komposisinya sehingga sampai detik ini jarang mengalami sakit. Berikut beberapa hasil dokumentasi yang sempat saya abadikan:
Di akhir tulisan saya ingin kembali mengingatkan bahwa tumbuh berkembangnya anak kita sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterimanya melalui makanan. Dan jika ingin membuat sebuah negara menjadi maju dan memiliki pandangan cerdas, maka sejahterakanlah seluruh bunda-bunda yang ada. Mereka adalah makhluk paling mulia, dari mereka pulalah lahir calon-calon generasi penerus bangsa yang cerdas. Nutrisi Bundaku Nutrisi Bangsaku… (DW)
Sumber Gambar:
- http://nutrisiuntukbangsa.org
- http://portal.banyuwangikab.go.id/index.php/news/detail/469
- http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1203157033/ruang-menyusui
- http://fahrurrozizawawi.wordpress.com/2012/01/23/solo-kota-menyusui/