TPFx Pontianak
Umum

Pang Suma, Tukang Jagal Penjajah Jepang dari Suku Dayak

×

Pang Suma, Tukang Jagal Penjajah Jepang dari Suku Dayak

Sebarkan artikel ini
Tugu Pang Suma
Image: PinterPolitik.Com
LKP Cerdas Berdaya

Ketika membahas soal pahlawan Indonesia, mungkin yang muncul di kepala kita adalah sosok Panglima Soedirman, Cut Nyak Dien atau Diponegoro. Namun, pernahkah kita mengingat betapa besar jasa Pang Suma?

Barangkali namanya saja masih terdengar asing di telinga ya. Padahal, Pang Suma adalah salah satu pahlawan yang kiprahnya tak main-main dalam membela negara ini.

Profil Pang Suma

Pang Suma merupakan patriot asal Kalimantan Barat. Sosoknya yang begitu kuat membuat nyali Jepang menciut. Jasanya begitu besar bagi bangsa Indonesia.

Namun mirisnya, masih jarang yang mengenal pejuang ini. Lantas, seperti apa sebenarnya Pang Suma yang membuat Jepang ketar-ketir tersebut?

Pang Suma terlahir dengan nama Bendera bin Dulung, ada pula yang memanggilnya Menera. Ia adalah anak ke tiga dari enam bersaudara.

Ia tinggal dan dibesarkan di Dusun Nek Bindang di tepian sungai Kapuas Desa Baru Lombok, kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Pang Suma merupakan salah satu pejuang dari suku Dayak

Baca Juga:  Buat Suasana Baru Rumah dengan Dana Dari digibank KTA

Makna Nama Pang Suma

Nama Pang Suma sendiri memiliki makna Bapak Suma. Dalam perjuangannya melawan penjajahan Jepang, Pang Suma hanya menggunakan sebilah Nyabur (sejenis mandau/parang panjang).

Tiap kali akan melakukan perlawanan terhadap Jepang Pang Suma selalu menyebar ‘mangkok merah’ sebagai tanda adanya ancaman terhadap orang Dayak

Berita menggegerkan terdengar pada Februari 1945, sebab saat itu di komplek Nitinan, di kampung Sekucing, kecamatan Meliau ditemukan mayat seorang pemimpin perusahaan kayu berkebangsaan Jepang bernama Kusaki.

Kondisi petinggi Jepang tersebut sangat mengenaskan, ia tergeletak tanpa kepala. Ternyata pembunuh Kusaki sendiri adalah Pang Suma.

Peristiwa tersebut hanyalah awal dari beragam perlawanan yang dilakukan oleh pejuang suku Dayak tersebut.

Tak lama setelah peristiwa berdarah yang menimpa pimpinan perusahaan kayu itu, terjadi lagi penemuan mayat tanpa kepala di perusahaan kayu milik Jepang yang lain, korbannya adalah Soet Soegisang di Pulau Jambu.

Pang Suma Membuat Ciut

Sejak saat itu, keberanian Pang Suma pun ramai diperbincangkan.

Karena mulai khawatir dengan tindakan Pang Suma, Jepang pun akhirnya mengirim pasukan terlatih di bawah komando Kaisu Nagatani.

Baca Juga:  New Subway Sandwiches Reinvent the Grilled Cheese

Pimpinan pasukan Jepang tersebut pun bertekat untuk menghancurkan Pang Suma dan pasukannya, termasuk keluarganya sebagai bentuk balas dendam.

Sampai di perkampungan Meliau, mereka menjadikan salah satu rumah pedagang China sebagai markas.

Esok harinya mereka melanjutkan perjalanan sampai di desa Kunyil. Para pasukan Jepang berhasil menguasai desa tersebut. Mereka menggunakan sebuah bangunan sebagai markas.

Namun, di suatu malam yang tak terduga, Pang Suma dan para anak buahnya yang bernama “Angkatan Perang Majang Desa” menyerbu markas tersebut. Kaisu Nagatani pun berhasil dibunuh oleh Pang Suma.

Setelah berhasil membunuh banyak petinggi Jepang, pihak Jepang pun dibuat ketar-ketir dengan keberadaan Pang Suma.

Beragam cara pun dilakukan Jepang, termasuk dengan mencari teman Pang Suma. Mereka mencari kelemahan patriot asal Dayak tersebut untuk bisa menumbangkannya

Sementara itu, Pang Suma dan Raden Iting (pewaris kerajaan Meliau) pun mendirikan markas di Kampung Rambai. Laskar Pang Suma pun berhasil menduduki kantor Guncho Meliau. Sementara Raden Iting juga memperkuat pertahanan mereka di seberang.

Baca Juga:  Persiapan Ketika Mengambil Kredit untuk Rumah Murah

Akhir Hayat Pang Suma

Meliau berhasil direbut oleh Jepang pada 30 Juni 1945. Pasukan Jepang menyerbu dan menguasai beberapa daerah di sana.

Tanggal 17 Juli 1945 Pang Suma mencoba balas menyerbu markas Jepang, namun ia sudah mendapat firasat buruk, saat itu ujung Nyaburnya patah.

Pertanda tersebut pun menjadi kenyataan, sebab ia berhasil dilumpuhkan Jepang setelah pahanya terkena tembakan. Adik Pang Suma juga berhasil dilumpuhkan, namun ia berhasil melarikan diri

Namun tidak dengan Pang Suma, perjuangannya berakhir sampai di sana. Akhirnya Pang Suma merenggang nyawa di jembatan dekat dermaga Meliau.

Meninggalnya Pang Suma rupanya bukan akhir perjuangan Suku Dayak, sebab masih banyak penerus-penerus Pang Suma yang memiliki keberanian yang sama.

Kisah di atas setidaknya bisa menginspirasi, betapa berat mempertahankan negeri ini dari tangan para penjajah. Sebagai generasi penerus yang tinggal memetik buah perjuangan para patriot, patutlah kita bersyukur dan menjaga kemerdekaan ini.

Tak hanya itu, kita seharusnya juga turut membanggakan para pahlawan seperti Pang Suma yang ternyata tidak banyak diketahui. Ada banyak tokoh lain yang juga melakukan perjuangan hebat tapi ternyata tak banyak dikenal. (HST)