Rakyat Menang Ronde Pertama, Wacana Aturan PBB 250% Resmi KO

Akhirnya, gong kemenangan berbunyi. Setelah drama bak sinetron 200 episode, Bupati Pati Sudewo resmi membatalkan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250%.

Image: facebook.com/rosadi.jamani

BloggerBorneo.com – Ya, 250% itu resmi tumbang, kalah telak oleh rakyat yang menolak, demo, dan bahkan bertarung melawan Satpol PP di Alun-Alun Pati.

“Kami mencermati perkembangan situasi… mengakomodir aspirasi… maka saya memutuskan membatalkan kebijakan kenaikan PBB-P2 sebesar 250%,” kata Sudewo, 8 Agustus 2025, dengan gaya konferensi pers yang mirip pengumuman pemenang undian doorprize, tapi tanpa hadiah blender.

Itu pernyataan sangat bupati untuk meredakan amarah rakyatnya. Itu juga sebagai tanda, ia tunduk pada rakyat. Rakyat menang.

Mari kita ungkap lebih dalam lagi soal perseteruan sang penguasa dengan rakyat di tanah Pati ini sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Di Pati, sebuah drama politik nan kocak campur tragis akhirnya mencapai babak baru. Setelah berhari-hari rakyat bersatu bak pasukan Avengers mempertahankan isi kantong mereka dari serangan PBB-P2 sebesar 250%, Bupati Pati Sudewo akhirnya mengibarkan bendera putih.

Dengan wajah yang (katanya) tulus dan suara seolah baru keluar dari lomba pidato kemerdekaan, ia mengumumkan, “Kebijakan kenaikan PBB-P2 sebesar 250 persen saya batalkan.”

Alasannya? Katanya sih demi mengakomodir aspirasi rakyat. Tapi, rakyat yang sudah kepalang geram malah saling berbisik, “Lah, terus kemarin ngapain coba dinaikin? Iseng?”

Ya, mau bagaimana lagi, demi menyelamatkan suasana, Sudewo pun berjanji bahwa tarif PBB akan kembali seperti tahun 2024, dan bagi warga yang sudah telanjur membayar, uangnya bakal dikembalikan.

Tentu saja teknisnya akan diurus BPKAD dan kepala desa, yang kalau ditanya warga, pasti jawabnya, “Sabar, ini masih proses.”

Kilas balik sebentar, drama ini dimulai ketika rakyat Pati mendadak diberi “surprise” tagihan PBB yang melonjak 2,5 kali lipat. Aksi protes pun pecah, bahkan ada insiden absurd di mana Satpol PP menyita dus-dus air mineral hasil donasi warga untuk peserta demo.

Warga naik pitam, kantor Satpol PP digeruduk, dan air mineral yang sempat “disandera” akhirnya dikembalikan. Sungguh, ini lebih tegang dari final Piala Dunia.

Di tengah panasnya situasi, terselip gosip yang bikin tawa bercampur kesal. Kabarnya, di hari demo besar 13 Agustus nanti, Bupati Sudewo akan terbang umrah.

Netizen langsung heboh, “Wah, kombo: kabur dan ibadah!” Tapi Sudewo buru-buru klarifikasi, menegaskan tidak akan ke Tanah Suci pada tanggal itu. Katanya, itu hoaks. Rakyat hanya mengangguk pelan, entah percaya, entah sudah malas berdebat.

Namun, kemenangan rakyat ini ternyata hanya babak satu. Meski kebijakan pajak sudah dibatalkan, Supriyono selaku koordinator lapangan Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menyatakan aksi tetap jalan.

Alasannya jelas, ini bukan cuma soal pajak, tapi soal kepercayaan publik terhadap pemimpin. “Kita tetap aksi. Ini bukan sekadar protes satu kebijakan, tapi menjaga supaya rakyat nggak kecolongan lagi,” ujarnya dengan nada seperti orator revolusi.

Singkatnya, rakyat Pati sudah paham bahwa melawan kebijakan ngawur itu seperti bermain catur melawan kucing, sekalipun kucingnya mundur, papan bisa sewaktu-waktu dibalik.

Kali ini, mereka memilih tetap di lapangan, tetap bersuara, dan tetap membawa air mineral… tentu dengan harapan tak ada lagi Satpol PP yang mengira itu barang bukti.

Untuk sementara rakyat menang. Si penguasa itu takluk oleh suara rakyat. Tentunya ini sebuah pelajaran berharga buat seluruh pemimpin di negeri ini.

Jangan coba-coba melawan rakyat. Suara rakyat itu suara Tuhan. Ketika ia marah, kekuatan apa pun sulit meredamnya. Kecuali, diajak ngopi tiap pagi, ups.

Rosadi Jamani

Ketua Satupena Kalbar

Oroku Edge Banner
Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

error: Content is protected !!