Hari kedua pelaksanaan kegiatan FK5T, setelah sehari sebelumnya AD/ART Relawan TIK Indonesia beserta Ketua Pelaksana Harian dipilih tiba saatnya pada hari ini para relawan TIK dari seluruh Indonesia dikukuhkan.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, suasana menjadi penuh khidmat ketika bait demi bait lirik lagu Indonesia Raya berkumandang. Masih sempat terpikir dalam hati, kapan terakhir kali kita menyanyikan lagu tersebut?.
Mungkin setahun, dua tahun, lima tahun, atau bahkan ada yang lupa untuk mengingatnya. Tidak lama berselang, perwakilan dari Walikota Bogor mulai memberikan kata sambutan.
Pengukuhan Relawan TIK Indonesia
Bisa dibilang hari ini adalah acara inti dari pelaksanaan FK5T karena terlihat para undangan yang berlatar belakang pemerintahan ikut hadir dalam kegiatan ini.
Dengan menggunakan dress code formal atau batik, para peserta terlihat sopan dan tampak rapi. Saya sendiri menggunakan baju batik bermotif suku dayak khas Kalimantan Barat berbahan dasar warna putih dengan goresan tinta merah untuk motifnya.
Sesi pengukuhan menyusul kemudian, sebagai tanda simbolis bahwa Relawan TIK Indonesia telah resmi dikukuhkan masing-masing perwakilan pusat diminta untuk kesediaannya mengenakan jaket Relawan TIK Indonesia yang diberikan oleh pihak panitia penyelenggara.
Disini Ketua Pelaksana Harian Ad Hoc terpilih memberikan laporan mengenai program-program yang akan dicanangkan kedepannya kepada seluruh audience yang hadir pada saat itu. Setelah itu seluruh peserta dibagikan jaket Relawan TIK Indonesia dimana sesi pemotretan bersama dengan pose mengenakan jaket tersebut dilakukan.
Setelah prosesi peresmian dilakukan, sekarang saatnya mengikuti agenda berikutnya yaitu Seminar yang masing-masing bertemakan sebagai berikut:
- Kebijakan Pengembangan TIK di Indonesia oleh Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo
- Peranan Relawan TIK dalam Desiminasi Informasi Publik oleh Dirjen IKP Kemkominfo
- Studi Kasus Penerapan Open Source di Kota Pekalongan oleh Walikota Pekalongan
Dari semua tema yang dibawakan diatas, mengenai studi kasus penerapan open source di kota Pekalongan menjadi salah satu topik yang sangat menarik untuk didiskusikan.
Karena dibawakan langsung oleh pelaksananya sendiri yaitu Bapak Walikota Pekalongan, dapat dicerna secara jelas mengenai hal-hal apa saja yang telah dilakukan demi melakukan transisi penggunaan sistem operasi bajakan (ilegal) ke sistem open source yang lebih terbuka.
Sebuah pemahaman menarik diutarakan oleh orang nomor satu di kota batik ini, menurut Beliau jika sesuatu pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang tidak benar (menggunakan sistem ilegal) maka dapat diyakini hasil yang akan diperoleh menjadi tidak berkah.
Ternyata Beliau memiliki pemikiran yang sederhana namun cukup mendalam untuk dihayati, dukungan yang penuh dari Pemerintah Daerah setempat terhadap pengembangan TIK berbasis open source membuat saya iri dan terus bertanya dalam hati “Kapan Pontianak bisa seperti Kota Pekalongan???.”
Pemaparan dari beberapa lintas sektoral seperti: Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga menjadi agenda berikutnya setelah sesi jamuan makan malam dilakukan.
Pada sesi ini saya mencurahkan sedikit unek-unek mengenai kondisi pemerintah daerah dimana saya berasal yang sepertinya tidak terlalu perduli dengan isu pengembangan teknologi informasi komunikasi di Kalimantan Barat.
Tidak tahu kenapa tapi itulah fakta yang terjadi, dan ini juga menjadi salah satu alasan saya kenapa sedikit “memaksa” untuk pergi ke FK5T. Kesempatan untuk bertemu langsung dengan perwakilan dari masing-masing kementerian terkait adalah salah satu saat yang paling berharga. Dan Alhamdulillah semuanya itu berhasil saya lakukan. (DW)