National IT Expo 2009 Selenggarakan Seminar Pendidikan Pontianak “The World is My Class”

Image: Unusa.Ac.Id

BloggerBorneo.com – Setelah beberapa hari ini tidak memiliki waktu yang cukup buat mengisi blog dikarenakan kesibukan pekerjaan rutinitas akhir bulan, akhirnya Blogger Borneo bisa update kembali.

Tulisan ini khusus dibuat sebagai salah satu sumbangsih untuk mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di Kalimantan Barat pada khususnya.

Seminar Pendidikan Pontianak

Bulan Mei ini atau lebih dikenal dengan “Bulan Pendidikan” sebenarnya merupakan momen yang spesial bagi saya karena setiap tanggal 2 Mei adalah hari ulang tahun saya.

Pas banget yach harinya, dimana-mana diadakan upacara untuk memperingati hari lahirnya saya, eh salah, yang bener memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Narsis banget ya, hehehe…

Kebetulan ditempat tinggal saya yaitu Pontianak, diadakan even Pameran Komputer Terbesar “National IT Expo 2009” dari tanggal 30 Mei 2009 s/d 4 Mei 2009. Pada awalnya males juga sih mau pergi ke pameran tersebut, bukannya gaptek tapi mo lui alias ngga punya duit.

Maklumlah yang namanya pameran barangnya pasti bagus-bagus en pada diskon semua, dijamin ngiler deh kalo kesana. Bener ngga??

Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk pergi kesana karena ada salah satu even seminar pendidikan Pontianak ini yang diadakan dimana tema yang diambil adalah “The World is My Class”.

The Word is My Class

Even seminar pendidikan Pontianak ini diadakan pada tanggal 4 Mei 2009 dari jam 13.00 – 17.00 WIB dan didukung oleh beberapa vendor terkemuka seperti Majalah Infokom, PCPlus, Telkomsel, dan Klub Guru.

Biaya registrasi adalah Rp. 50.000,- dengan fasilitas seminar kit, snack, sertifikat, dan doorprize menarik. Info lengkap mengenai pelaksanaan seminar tersebut saya peroleh dari Harian Tribun Pontianak.

Meskipun masih beberapa hari lagi, tanpa pikir panjang saya menghubungi contact person yang tertera disitu dan kemudian diminta datang ke Era Mandiri untuk melakukan pendaftaran.

Pada hari yang telah ditentukan, saya bergegas untuk hadir ke seminar tersebut. Sesampainya disana ternyata jumlah pesertanya lumayan banyak dan pada umumnya mereka adalah Guru Komputer di sekolahnya masing-masing. Seminar tersebut terdiri dari 2 sesi utama dan 1 sesi penutup.

Untuk sesi utama seminar pendidikan Pontianak, ada 2 materi yang disampaikan oleh Bapak Satria Dharma dan Bapak James F. Tomasouw. Keren-keren kan namanya?

Pemateri yang pertama namanya mirip dengan tokoh pendekar Angling Dharma, mungkin lebih hebat lagi ilmu kanuragannya karena ada unsur “Satria”nya, sedangkan pemateri yang kedua kalau dilihat sekilas namanya bisa ditebak bahwa beliau memiliki darah indo alias bule.

Apakah benar seperti itu? Kita lihat jawabannya nanti yach. Dibaca aja dulu postingan ini sampai selesai, lanjuttt…

Tantangan Pendidikan Masa Depan

Acara seminar pendidikan Pontianak dibuka oleh Bapak Satria Dharma yang pada kali ini materi yang dibawakannya adalah “Guru Profesional dan Tantangan Pendidikan di Masa Depan”.

Sedikit informasi, Bapak Satria Dharma ini adalah merupakan seorang pengajar juga atau istilah desanya yaitu “Teacher”.

Baca Juga:  Liputan Kegiatan Sosialisasi BPKD Provinsi Kalimantan Barat 2014

Kebetulan beberapa waktu yang lalu beliau telah pensiun menjadi guru, eits… jangan salah paham dulu, maksud saya adalah beliau telah pensiun menjadi guru yang killer.

Dari perkenalan singkat beliau diketahui bahwa dulunya beliau adalah seorang guru yang killer dan ditakuti oleh semua siswanya. Kalau diperhatikan seksama sih memang bawaan Bapak Satria Dharma ini berwibawa dan cool (ce’ileee…).

Beliau juga merupakan pendiri Klub Guru Indonesia (KGI) yang saat ini telah bertransformasi menjadi Ikatan Guru Indonesia (IGI). Komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk menghimpun seluruh guru di Indonesia agar bisa lebih maju dan berkembang seiring dengan pergeseran jaman yang terjadi.

Namun seiring perjalanan ruang dan waktu, akhirnya membuat Guru Bahasa Inggris ini mengubah paradigma lama yang menganut paham seorang guru itu haruslah ditakuti oleh siswa-siswanya.

Mungkin atas dasar itulah Bapak Satria Dharma membuat tema mengenai bagaimana caranya untuk bisa menjadi guru yang profesional dan tantangan apa saja yang akan dihadapi oleh pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa kita di masa yang akan datang.

Disini saya akan membahas sedikit mengenai materi seminar pendidikan Pontianak yang dibawakan oleh beliau (mohon ijinnya ya pak…).

Tips Menjadi Guru Profesional

Isi materi seminar pendidikan Pontianak yang pertama adalah mengenai Guru Profesional. Menurut beliau yang dimaksud dengan Guru Profesional adalah guru yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran secara Efektif, Bermakna, dan Menyenangkan.

Pada poin pertama, efektif disini dapat diartikan bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, metode pengajaran yang digunakan haruslah dapat menimbulkan keingintahuan siswa yang lebih dalam mengenai suatu materi.

Bukan jamannya lagi saat sini siswa diberikan tugas untuk mencatat materi pelajaran yang jumlahnya berlembar-lembar sehingga waktunya banyak dihabiskan hanya untuk mencatat dan menghapal buku.

Justru sekarang ini siswa dipancing untuk bisa mencari sendiri ilmu yang dibutuhkannya dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, tutor, dan pengontrol.

Untuk poin kedua, seorang guru haruslah bisa membuat apa yang telah diajarkan kepada siswanya memiliki manfaat bagi siswa tersebut untuk masa depannya.

Masing-masing siswa tentunya memiliki minat dan hobi di bidang-bidang tertentu, mungkin ada yang suka dengan Matematika, Fisika, Biologi, dan lain-lain.

Dari situ sebagai seorang guru bisa mengarahkan siswanya untuk mendalami bidang-bidang yang disukai dengan harapan siswa tersebut nantinya akan memiliki keahlian dibidang itu sehingga akan bermanfaat bagi dirinya atau bahkan bagi orang lain.

Harus Back to Nature

Pada poin ketiga, metode pembelajaran yang selama ini terasa kaku karena proses belajar mengajar selalu dilakukan di kelas, mesti diubah dengan cara sesekali mengajak siswa untuk terjun langsung ke alam. Bahasa jawanya yaitu “Back To Nature” alias kembali ke alam.

Disini siswa diajarkan untuk belajar mencari ilmu dari lingkungan disekitarnya dan tentunya situasi seperti ini akan membuat siswa merasa lebih fresh dan rileks sehingga proses belajar mengajar akan terasa sangat menyenangkan.

Selain ketiga poin diatas, Bapak Satria Dharma juga ada memberikan kiat-kiat untuk bisa menjadi guru yang hebat dan dicintai siswanya, antara lain:

1. Jadilah Guru yang Menyenangkan, Jangan Menjadi Guru yang Menyeramkan

Baca Juga:  Rumah Baca Hafizh Kubu Raya Ikuti Studi Banding Komunitas Literasi 2023

Disini Bapak Satria Dharma memberikan penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru.

Yang harus dilakukan:

  • Lakukan 5S yaitu Senyum, Sapa, dan Salam kepada Setiap Siswa. Bersikaplah ceria selalu dan ingat nama siswa untuk bisa mengenali mereka secara pribadi.
  • Beri kejutan kepada siswa Anda sekali-sekali, cairkan suasana yang tegang dengan sesekali memberikan teka-teki atau bercerita mengenai pengalaman unik yang pernah dialami.
  • Hargai dan hormati siswa sebagai mana Anda hendak dihargai berupa pendapat, sikap pribadi, pilihan, asal-usul, kebiasaan, dan lain-lain.
  • Seringlah memuji siswa jika siswa tersebut melakukan hal yang baik dan cari kesempatan untuk melakukan itu.
  • Bantu kesulitan mereka baik itu dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.
  • Jadilah guru yang humoris, berguraulah dengan siswa Anda. Ketahuilah hal-hal yang disukai/tidak disukai, hobi dan minat mereka. Gunakan bahasa humor dalam berkomunikasi dengan siswa.
  • Selalu pikirkan hal-hal untuk kebaikan siswa. Bersikaplah proaktif dan positif dan dengarkan siswa Anda sebagai seorang individu.

Yang tidak harus dilakukan:

  • Menjadi guru yang ditakuti oleh siswanya, selalu bersikap ramah dan santai. Hanya sekedar menambahkan, pengertian ditakuti tidak sama dengan disegani. Menjadi guru yang ditakuti belum tentu disegani tapi menjadi guru yang disegani pasti akan lebih dihormati siswanya.
  • Memanggil siswa dengan ciri fisik atau hal-hal yang tidak disukai oleh siswa.
  • Melecehkan siswa dalam keadaan apapun.
  • Menghina siswa.
  • Membuat siswa menderita dengan berbagai tugas yang tidak masuk akal atau berlebihan.
  • Membawa masalah pribadi ke kelas.
  • Merokok dikelas karena para siswa khususnya yang perempuan akan merasa risih dengan asap yang ditimbulkan sehingga suasana kelas menjadi kurang kondusif.

2. Jadilah Guru yang Kredibel dan Bisa Dipercaya

Ciri-ciri guru yang kredibel dan bisa dipercaya:

  • Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan menguasai bidangnya dengan baik.
  • Selalu berkata benar dan sopan.
  • Selalu bersikap mengayomi dan melindungi.
  • Selalu menunjukkan sikap yang santun, siap membantu, dan bisa dipercaya.
  • Jangan berkata bohong, bersikap culas, dan berperilaku tidak jujur.
  • Pagar makan tanaman.
  • Memanipulasi dan mengintimidasi siswa.

3. Jadilah Guru yang Menimbulkan Inspirasi bagi Siswa

Hal-hal yang bisa dilakukan seorang guru untuk menimbulkan inspirasi bagi siswanya, antara lain:

  • Memberikan dorongan bagi siswa untuk memiliki tujuan hidup.
  • Memberikan dorongan bagi siswa untuk memiliki impian dan mau bekerja keras untuk mencapainya.
  • Memberikan dorongan bagi siswa untuk memiliki kualitas hidup yang tinggi.
  • Membangkitkan rasa keingintahuan siswanya dengan membuatnya penasaran dengan hal-hal yang positif.

Selesai memberikan presentasi seminar pendidikan Pontianak mengenai Guru Profesional, materi kemudian dilanjutkan dengan membahas tentang Tantangan Pendidikan di Masa Depan.

Pembahasan dimulai dengan bercerita mengenai realita yang terjadi saat ini dimana dunia semakin mengglobal, terjadinya ledakan pertumbuhan di bidang informasi dan teknologi, banyaknya pekerjaan-pekerjaan lama hilang digantikan oleh profesi baru, dan perbedaan pendapatan antara “highly skilled labours” dan “low skilled labours” semakin lama semakin tajam.

Dari survei yang dilakukan terhadap anak-anak yang lahir setelah tahun 1982, ketika mereka mencapai usia 21 tahun, maka mereka akan:

  • Menghabiskan 10 ribu jam untuk bermain video games;
  • Menonton televisi selama 20 ribu jam;
  • Mengirim 200 ribu email;
  • Menghabiskan 10 ribu jam menggunakan telepon genggam.
Baca Juga:  Blogger Kalbar Jawara Borneo Bloggers Award 2010

Namun, mereka hanya menghabiskan waktu kurang dari 5 ribu jam untuk membaca. Sungguh ironis bukan??

Sekarang tantangan yang dihadapi oleh para guru adalah bagaimana menjadikan murid-murid di sekolah kita saat ini menjadi pemimpin babak 2 di abad 21? Apa yang harus dilakukan agar tantangan tersebut dapat menjadi kenyataan?

Berikut ini adalah beberapa pencerahan yang diberikan oleh Bapak Satria Dharma dalam seminar pendidikan Pontianak ini. Insya Allah dapat membantu bagi para guru-guru yang ada di Indonesia dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan di masa yang akan datang.

Perubahan dalam Pendidikan

Perkembangan informasi dan teknologi yang semakin cepat saat sekarang ini membuat adanya pergeseran peranan guru, siswa, dan materi yang dipelajari.

1. Peran Guru

Sekarang guru tidak lagi memberikan informasi dalam bentuk ceramah dan buku teks. Guru saat ini akan berperan sebagai fasilitator, tutor, dan sekaligus pembelajar.

Perkembangan informasi dan teknologi secara tidak langsung akan “memaksa” para guru untuk terus belajar dan belajar membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang update.

2. Peran Siswa

Sekarang siswa tidak lagi menjadi pengingat fakta dan prinsip tapi akan berperan sebagai periset, problem solver, dan pembuat strategi.

3. Peran Materi yang Dipelajari

Sekarang materi tidak lagi berbentuk informasi dalam bidang studi terlepas tapi siswa akan mempelajari hubungan antar informasi. Dibutuhkan multi disclipinary thinking dan kemampuan melihat dari beragam perspektif (sudut pandang).

Adapun materi-materi yang saat ini diajarkan meliputi: Global Awareness (Kesadaran Global), Keterampilan dalam bidang keuangan, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan, Pemikiran untuk kepentingan umum, dan Kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan.

Kesimpulan

Jika dilihat dari sisi model pendidikan, ada perbedaan antara model pendidikan di abad 20 dengan abad 21. Pada abad 20, penilaian dilakukan hanya semata-mata berdasarkan mata pelajaran yang dipelajari.

Sedangkan model pendidikan di abad 21, mata pelajaran masih tetap menjadi dasar penilaian terhadap siswa namun masih ada beberapa faktor lain yang bisa dijadikan penilaian seperti Keterampilan Hidup, Keterampilan Informasi Teknologi, Keterampilan Bersikap dan Berindividu, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi.

Waduh… Ngga terasa rupanya tulisan ini panjang banget. Kirain tadi hanya berapa alinea, eh sekali ditulis malah jadi banyak. Ya ngga papa deh, toh semakin panjang tulisannya kan semakin seru bacanya.

Untuk Bapak James, mohon maaf sebelumnya nih Pak saya belum sempat membuat tulisan mengenai materi yang Bapak sampaikan kemarin.

Maklum, tangan udah terasa pegel banget nih. Mungkin besok postingan lanjutannya akan saya masukin lagi ke blog. Sekalian mau bikin para pengunjung penasaran dengan kelanjutan kisahnya (emangnya cerita berseri).

Buat Bapak Satria Dharma, ma kasih banyak buat ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada kami sebagai peserta seminar pendidikan Pontianak “My World is My Class”.

Bagi saya pribadi semua itu memiliki manfaat yang sangat besar bagi diri saya. Semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu ya Pak… (DW)

Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More