Penulis: Thalib Ibrahim
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah,
Sumber utama yang menggerakkan roda sekolah swasta adalah SPP. Semua orang paham. Orang tua, pengelola pendidikan, dan masyrakat juga paham. Karena itu, ketersediaan dana SPP siswa di kas sekolah adalah keniscayaan.
SPP adalah kewajiban orang tua. SPP bukan kewajiban siswa. Karenanya keliru kiranya siswa gak dikasih ikut ujian dsb, karena menunggak SPP. Tugas sekolah menagih SPP itu kepada yang punya kewajiban.
Jadi simpulannya, SPP adalah muamalah sekolah dan orang tua, bukan sekolah dan siswa. Sampai sini pahamkan?
Suatu ketika, seorang ibu mendapat info tagihan japri dari sekolah anaknya. Karena tunggakannya yang sudah berbulan-bulan, maka bendahara sekolah turun tangan. Maksudnya mencari tahu, gerangan apa yang terjadi?
Mungkin usahanya sedang macet, mungkin barusan dirawat karena sakit, mungkin orang tua atau nenek si anak sedang sakit. Atau mungkin, mungkin,. .
Rasa penasaran ini akhirnya terjawab juga.
Ketemu sang bunda dengan pihak sekolah. Lalu diinfokan tunggakannya. Apa gerangan responnya? Minta maafkah? Atau menyampaikan alasan keterlambatan kah?
Ternyata,
Sang bunda bertutur,
Pak saya gak mau bayar SPP karena anak saya gak ada kemajuan sekolah di sini!?!?!
Kamajuan? Tanya pihak sekolah kebingungan.
Karena bagi saya SPP itu adalah bayaran ilmu bagi anak saya!?!?
Nah, key wordnya ketemu.
Apa yang dalam nalar kita selaku orang tua?
Sepakat dengan sikap ini?
Setuju tapi diam-diam?
Ataukah malah lebih ekstrim dari ini?
Bahwa SPP adalah bayaran ilmu yang anak kita dapatkan!?!?
Pembaca dan para orang tua …
Jika kita punya keyakinan seperti ini. Bahwa SPP yang kita bayar dgn lembaran lembaran rupiah adalah bayaran ilmu, maka betapa terhinanya ilmu dan mulianya harta (uang).
Ini kesalahan fatal.
Fatal sekali, karena berapapun besar SPP yang kita bayar tidak akan pernah bisa membeli secuil ilmu yang diperoleh anak-anak kita di sekolah, terlebih ilmu agama dan sekolah agama. Anak-ank kita bisa baca Al Qur’an melebihi kemampuan kita hari ini adalah rezeki dan investasi terbesar dari Allah utk kita para orang tua.
Mereka bisa berwudhu sesuai Sunnah hari ini adalah karunia besar yang Allah berikan kepada kita. Mereka paham gerakan sholat sesuai sifat sholat nabi karena diajarkan di sekolahnya adalah modal kehidupan paling utama bagi anak-anak kita.
Mengapa?
Karena banyak kaum muslimin belum bisa baca Qur’an. Banyak saudara kita seiman berwudhu dan sholat belum sesuai sifat wudhu dan sifat sholat Nabi kita shalallahu alayhi wasallam.
Sikap yang benar bagaimana?
Saat tiba waktunya membayar SPP, maka hadirkan niat untuk beribadah karena berinfak di jalan Allah, untuk menolong agama Allah, untuk menegakkan kalimat tauhid, menjaga Sunnah Rasul yang mulia. Karena ilmu seperti ini yang anak kita peroleh di sekolahnya.
Karena niat ibadah maka beban SPP akan ringan dan tiap kali bayar, terbayang mendapat keberkahan karena sedang berinfak dengan harta kita di jalan Allah.
Ingat, sekolah-sekolah agama tidak akan tutup tanpa SPP anak kita. Sekolah-sekolah yang hari mungkin tampak terseok-seok, atau yang tampak berkecukupan sejatinya sedang mewujudkan perintah Allah dengan segala keyakinannya. Jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian. Pahamkan?
‘ilmu itu terpuji dan harta itu tercela.
Mari kita buktikan.
Adakah di antara kita yang mau dibilang kaya? Pasti bilang, gak kaya, masih banyak di atas saya, saya hanya cukup, atau kalimat semisal, karena tidak terima disebut kaya. Mengapa? Karena harta itu tercela. Kita gak mungkin menerima sssuatu yang tercela.
Sebaliknya,
Adakah di antara kita yang mau dibilang bodoh? Pasti hati kita gak terima. Saya masih mending,masih banyak yang gak bisa apa-apa. Walaupun realnya kita juga jahil (bodoh). Mengapa? Karena kemuliaan ilmu. Kita pasti ingin mulia.
Semoga kita adalah para orang tua, yang bisa memuliakan ilmu (terlebih ilmu agama) sehingga ilmu itu bermanfaat untuk anak-anak kita dan diri kita.
Mudah-mudahnan kita adalah orang tua yang senantiasa memasang niat ibadah saat membayar SPP anak kita, apalagi mereka sekolah agama.
Jika prinsip ini mampu kita hadirkan dalam hidup kita, betapa para pengelola sekolah-sekolah Islam swasta akan mudah menjalankan roda sekolahnya. Mereka cukup memikirkan pengembangan sekolah untuk kualitas yang lebih prima. Tidak terbebani dapur sekolah dan dapur pegawainya.
Akankah ini terjadi? Ya Allah yang Maha mengatur hati kami. Luruskan niat kami agar kami enteng menjalani tugas kami masing-masing.
Semoga bermanfaat,
Jumat, jelang ashar, 9 Syawal 1442 H/ 21 Mei 2021 M.
Catatan:
- Penulis adalah Pengurus Pondok Tahfizh Khadijah, Labuapi Lombok Barat.