Taufik Nur Hidayat: Dimana Ekonomi Islam?
Membaca satu komentar cukup menarik dari salah seorang pengguna facebook bernama Taufik Nur Hidayat di tayangan grup facebook bernama Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah ketika membahas mengenai pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia membuat Blogger Borneo mempublikasikan kembali disini.
Dimana Ekonomi Islam?
Jepang itu negara kapitalis. Tapi ada begitu banyak prinsip-prinsip sosialis. Orang miskin diberi tunjangan, orang kaya dipajaki tinggi, kepemilikan tanah dibatasi, harta warisan dipajaki tinggi agar tidak ada orang yang kaya turun temurun.
Cina adalah negara sosialis yang banyak mengadopsi sistem kapitalis. Bisnis banyak yang dikelola swasta, tidak lagi melulu oleh pemerintah. Bahkan banyak perusahaan Cina yang menangguk kapital di pusat-pusat kapitalis seperti bursa saham New York.
Nah, orang Islam sering mengklaim adanya ekonomi Islam. Tapi di mana sistem itu wujud? Tidak ada.
Sistem bebas bunga misalnya, tidak wujud di negeri mana pun. Semua sistem perbankan di negara Islam maupun di negeri berpenduduk muslim tetap memakai sistem bunga.
Tapi kan banyak bank syariah? Ya, tapi bank syariah juga bekerja di bawah sistem berbunga, yang dikelola oleh bank sentral. Tidak ada satu pun bank sentral yang dikelola dengan prinsip tanpa bunga.
Mungkinkah ada sebuah bank sentral yang bekerja tanpa sistem bunga? Menurut saya, sebatas prinsip-prinsip ekonomi dan perbankan yang saya pahami, mustahil.
Selama kita masih pakai uang nominal, bukan intrinsik, tidak mungkin. Bunga adalah konsekuensi dari sistem mata uang dan perbankan.
Sekali lagi, itu sebatas pengetahuan saya. Mungkin saja ada pemikir yang sanggup merumuskannya. Tapi faktanya, hingga saat ini belum ada.
Di luar soal bunga, adakah soal lain? Saya membaca beberapa buku tentang ekonomi Islam, yang banyak ditulis adalah soal-soal yang diimpikan.
Gagasan ekonomi Islam dibangun dari postulat bahwa Islam adalah sebuah sistem yang utuh, yang mengatur semua hal, termasuk ekonomi.
Ada aturan tentang perdagangan, misalnya, otomatis dianggap sebagai wujud sistem ekonomi.
Lalu orang-orang berpikir untuk membuat rumusan-rumusan, berbasis pada kejadian-kejadian 14 abad lalu, direfleksikan memakai kerangka pemikiran ekonomi modern, baik kapitalis maupun sosialis.
Ibaratnya, seperti orang yang hendak membangun rumah, teknologi fondasi dan struktur bangunan ia dapatkan dari barat. Ia mencari potongan-potongan hiasan, membuat bentuk lengkungan pintu, yang bergaya Islam. Kemudian ia menyebut itu sebagai rumah Islam.
Kalau memang masih mau membangun ekonomi Islam, sepertinya ada prinsip-prinsip Islam yang harus ditinggalkan.
Persis seperti orang-orang kapitalis maupun sosialis, yang meninggalkan prinsip-prinsip fundamental mereka, dan rela mengadopsi prinsip “lawan”. Itu pun kalau masih mau.
Dari situasi sekarang sepertinya sistem ekonomi Islam itu tidak benar-benar dibutuhkan. Orang-orang Islam bisa hidup nikmat dalam sistem kapitalis.
Tidak ada gerakan serius untuk mengubah sistem itu. Mereka hanya memerlukan sedikit hiburan dengan jargon-jargon ekonomi Islam, bebas riba, dan bank syariah.
Rekaman Video
Secara jelas, rekaman video tayangan facebook watch Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah tersebut bisa dilihat dibawah ini: