Adalah Pak Bahruddin (Kalibening, Salatiga) yang sengaja menggali halaman rumahnya untuk membuat sumur resapan, lalu menutupnya dengan beton cor berlubang. Posisi halaman rumahnya yang lebih rendah dibanding area pekarangan tetangga-tetangganya (meliputi 10 rumah, dengan total luas area kira-kira 3000 m2) membuat semua air hujan di atas area itu praktis habis terserap ke sumur tersebut.
Dengan asumsi curah hujan 3000 mm (per meter persegi semusim), maka setidaknya sumur resapan Pak Bahruddin ini mampu memanen air hujan sebanyak 9 juta liter. Itu berarti akan tersimpan 9 juta liter di dalam bumi, di bawah pekarangan Pak Bahruddin dan sekitarnya. Bukankah seperti ini adalah rizki yang berkah? Air yang benar-benar menjadi rizki, bukan sebaliknya menjadi (penyumbang) musibah?!
Dan secara tak terasa Pak Bahruddin telah bersedekah dua hal: (a) menyuplai air tanah, yang pada tahap selanjutnya akan memenuhi sumber-sumber air di sekitarnya, dan (b) andil mengurangi bencana banjir. Dan keduanya merupakan bentuk sedekah.
Selain itu ada manfaat lain dari sumur resapan, yakni tabungan humus. Baru-baru ini, setelah 2 kali musim hujan, Pak Bahruddin memanen humus dari sumur resapannya. “Ketebalan humus di dalamnya mencapai sekitar 1,5 meter. Banyak cacingnya,” ungkap Pak Bahruddin.
Jadi, enak sekali punya sumur resapan. Saat penghujan memanen air hujan, kemarau datang memanen tanah humus yang sangat bagus untuk tanaman. Sungguh tidak lengkap sebuah bangunan (kantor, sekolah, perusahaan, ata rumah pribadi) tanpa adanya sumur resapan.
Pak Bahruddin tidak sendirian membuat sumur resapan. Dengan kawan-kawannya di organisasi SPPQT (Serikat Paguyuban Tani Qaryah Thayibah) telah mencanangkan gerakan mengembalikan air hujan ke bumi dengan membuat sumur-sumur resapan. “Sampai Desember 2016 nanti targetnya membangun 800 di kecamatan Kaliangkrik dan Ngablak, Magelang. Sampai saat ini baru terbangun 300 sumur resapan,” ujar Nurul aktifis SPPQT.
Membuat sumur resapan tidak membutuhkan biaya mahal dan tak harus sebesar yang dibikin Pak Bahruddin. Apalagi untuk area rumahan kecil, yang tak lebih dari 100 m2, sumur resapan dengan kapasitas 2 m3 (2 x 1 x 1 m atau 1 x 1 x 2 m) sudah sangat mumpuni. Bahkan bisa digali sendiri. Mungkin lebih pas disebut lubang resapan (tidak sumur).
Keberadaan sumur atau lubang resapan sangatlah penting. Di area tangkapan air hujan, perkebunan, area pemukiman, dll sumur resapan ini mutlak diperlukan. Misi utamanya adalah, bagaimana caranya agar semua air hujan bisa mengalir masuk ke sumur-sumur atau lubang-lubang resapan. Seperti wilayah Jakarta, ditaksir butuh 2 juta sumur resapan agar terbebas dari banjir.
Dalam al-Quran sendiri Allah SWT dalam berbagai ayat memberikan penjelasan yang gamblang bahwa semua makhluk hidup di dunia ini sangat bergantung pada air. Di antaranya ayat berikut:
وجعلنا من الماء كل شيء حي
(wa ja’alnaa minal maa’i kulla syai’in hayyin)
“Dan segala sesuatu yang hidup Kami jadikan dari air.” (Al-Anbiyaa’: 30)
Dan kita semua tahu bahwa tidak mungkin ada sumber atau mata air tanpa adanya hujan. Maka marilah kita jangan menyiakannya. Mari kita panen air hujan dengan menampungnya dalam sumur-sumur dan lubang-lubang resapan. Agar kita bisa menyedekahkannya untuk kehidupan.
Sumber: Pesantren Virtual