Deretan Tragedi Pendaki di Gunung Rinjani: Medan Ekstrem dan Proses Evakuasi yang Tak Mudah
Sejumlah kecelakaan maut menimpa pendaki di Gunung Rinjani, termasuk kasus terbaru Juliana Marins asal Brasil. Faktor medan ekstrem dan cuaca buruk menjadi tantangan utama proses evakuasi. Simak kronologi lengkapnya.
BloggerBorneo.com – Gunung Rinjani yang menjulang indah di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, selama ini menjadi primadona bagi pendaki dari berbagai penjuru dunia.
Namun di balik keindahan alamnya, tersimpan risiko yang nyata dan mematikan. Belum lama ini, insiden tragis kembali terjadi saat seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins, terjatuh ke jurang dan ditemukan meninggal dunia setelah proses evakuasi yang memakan waktu empat hari.
Korban Gunung Rinjani
Peristiwa ini mengundang perhatian luas masyarakat, terutama di media sosial, yang mempertanyakan respons dan kecepatan tim SAR.
Sejumlah kasus kecelakaan pendaki telah terjadi di kawasan Gunung Rinjani. Insiden paling baru menimpa Juliana Marins, seorang wisatawan asal Brasil yang terjatuh ke jurang pada 21 Juni 2025 dan ditemukan dalam keadaan meninggal pada 24 Juni.
Kasus ini bukan satu-satunya. Tercatat setidaknya tujuh insiden pendaki lainnya, baik warga negara asing maupun lokal, mengalami kecelakaan fatal di jalur-jalur ekstrem Gunung Rinjani dalam beberapa tahun terakhir.
- Juliana Marins (Brasil) – terjatuh di tebing kawah Gunung Rinjani, ditemukan meninggal 24 Juni 2025.
- Boaz Bar Anam (Portugal) – jatuh saat selfie di puncak, 2022.
- Rennie Bin Abdul Ghani (Malaysia) – jatuh ke jurang di jalur Torean, 2025.
- Muhammad Fuad Hasan (Surabaya) – terjatuh ke jurang jalur Senaru, 2021.
- Muhammad Ainul Taksim (Makassar) – tertimpa longsor akibat gempa, 2018.
- Taufik (Bantul) – ditemukan tewas di kolam air panas, 2017.
- Kaifat Rafi Mubarok (Jakarta) – hilang dan ditemukan tewas setelah jatuh ke jurang, 2024.
Waktu dan Tempat Kejadian
Insiden-insiden ini terjadi antara tahun 2017 hingga 2025, dengan rentang waktu cukup beragam. Beberapa di antaranya terjadi saat musim pendakian puncak, sementara lainnya disebabkan oleh faktor bencana alam seperti gempa bumi.
Seluruh kejadian berlangsung di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Lombok, NTB. Lokasi-lokasi insiden meliputi jalur pendakian Senaru, jalur Torean, puncak gunung, kawasan Danau Segara Anak, dan area kolam air panas.
Penyebab Kecelakaan
Sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh kombinasi antara medan ekstrem, kondisi cuaca yang cepat berubah, serta faktor kelalaian atau kurangnya pengalaman pendaki.
Dalam beberapa kasus, korban mengalami nasib tragis karena mencoba berfoto di lokasi berbahaya atau karena bencana alam seperti gempa dan longsor.
Di sisi lain, keterbatasan akses dan medan yang sulit juga memperlambat upaya evakuasi oleh tim SAR.
Proses evakuasi dilakukan oleh tim gabungan Basarnas, TNI/Polri, relawan lokal, dan petugas Taman Nasional. Namun demikian, proses ini kerap terkendala oleh faktor cuaca buruk, jalur pendakian yang sulit dijangkau, serta keterbatasan alat.
Seperti pada kasus Juliana Marins, meski lokasi korban terpantau drone dan terdengar minta tolong, tim SAR butuh waktu empat hari untuk menjangkau dan mengevakuasinya.
Penutup
Deretan kasus kecelakaan di Gunung Rinjani menjadi pengingat bahwa aktivitas pendakian bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan juga menyangkut aspek keselamatan jiwa.
Perlu ada sinergi yang lebih kuat antara otoritas taman nasional, operator wisata, serta edukasi keselamatan bagi para pendaki.
Selain itu, evaluasi terhadap sistem mitigasi bencana dan peningkatan sarana pendukung SAR harus menjadi prioritas demi mencegah tragedi serupa di masa depan. (DW)