Dukung UMKM Perbatasan Ini dalam Kompetisi Nasional UMKM Tahun 2020
UMKM Naik Kelas, jargon ini sepertinya sedang menjadi tren di kala Pemerintah Pusat sedang berupaya untuk memberikan motivasi sekaligus mendorong para pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk dapat melakukan scale up terhadap bidang usaha yang sedang digelutinya saat ini.
UMKM Perbatasan
Tulisan ini dimulai pada tahun lalu, tidak terasa setelah kurang lebih setahun berjibaku untuk mengikuti segala arahan dan bimbingan dari program pendampingan Badan Pengawas Obat dan Makanan Kalimantan Barat (BPOM Kalbar), di awal tahun 2020 ini salah satu UMKM Perbatasan yaitu Borneofood Indotama berhak untuk mengikuti Kompetisi Nasional UMKM Tahun 2020.
Masih cukup kuat terekam di kepala, bagaimana Bapak Taufik Muhyi, pemilik salah satu UMKM Perbatasan memulai langkah awal untuk mengembangkan usahanya di bidang olahan bakso daging dimana sebelumnya usaha ini merupakan usaha rintisan dari Bapak Mertuanya yaitu Bapak Mukramin, oleh masyarakat sekitar lebih dikenal sebagai Pak Min.
Dari Batas Negeri untuk Ibu Pertiwi, secara pribadi Blogger Borneo menjadikan kalimat ini sebagai salah satu jargon yang pantas setelah melihat bagaimana selama ini Borneofood Indotama telah berupaya keras dan maksimal mengangkat nama daerah perbatasan melalui produk unggulan yang dihasilkan.
Memang jika bicara mengenai jargon #UMKMNaikKelas, kita tidak hanya bicara mengenai KEINGINAN karena siapapun pemilik usaha yang ada di Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia umumnya tentu saja berkeinginan usahanya bisa NAIK KELAS.
Akan tetapi, ketika kita bicara mengenai KEMAUAN ternyata untuk mendapatkan predikat ini tidaklah mudah. Butuh banyak pembenahan dan penyempurnaan di segala aspek usaha, meliputi: manajemen, keuangan, riset dan pengembangan, sumber daya manusia, dan infrastruktur.
From Zero to Hero
Melihat apa yang telah dicapai sekarang, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari peranan Pak Min ketika memulai usaha penggilingan baksonya 25 tahun lalu di Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Berbekal pengetahuan dasarnya dalam mengolah daging, lambat laun bakso hasil gilingannya mulai dikenal orang.
Siapa yang bakal mengira bahwa usaha yang telah dirintis selama ini, jika dikerjakan secara ulet, tekun dan ikhlas tetap akan menjadi berkah tersendiri di masa akan datang. Dan Alhamdulillah untuk pencapaian tertinggi saat ini, jumlah penjualan baksonya untuk kawasan Balai Karangan dan sekitarnya telah mencapai angka 7 ton per bulan.

Jadi teringat ucapan Ketua LPPOM MUI Kalbar, Pak Agus Wibowo ketika datang berkunjung untuk melakukan audit pengajuan sertifikasi halal MUI beberapa waktu lalu.
Pada saat itu Beliau mengatakan:
“Untuk mendapatkan sertifikat MUI tidak hanya bicara unsur Halal, melainkan juga harus dipertimbangkan unsur Thayyib nya. Menjalankan sebuah usaha harus didasari niat tulus dan ikhlas memberikan manfaat bagi umat. Tidak hanya memikirkan untung dan rugi sesaat”.
Produk Riskan Tapi Aman
Memulai usaha olahan terutama bakso daging ternyata tidak mudah karena termasuk dalam kategori high risk product. Semua alur produksinya diperiksa secara ketat oleh LPPOM MUI dan BPOM dari proses awal penggunaan bahan baku ke tingkat operasional produksi hingga produk jadi.
Untuk bahan bakunya sendiri, harus jelas suplainya diperoleh dari mana, apakah langsung dari Rumah Pemotongan Hewan atau dari daging beku yang diimpor langsung secara resmi oleh Perusahaan Umum Milik Negara (PERUM) yang menangani urusan logistik pangan yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG).
Alhamdulillah UMKM Perbatasan Borneofood Indotama sekarang telah terdaftar secara resmi sebagai salah satu distributor daging beku di Kalimantan Barat.
