3 Alasan Mengapa Industri Game Harus Fokus di Pasar Indonesia

Image: Primedia.Co.Za

Mendengar kata game, tentu saja bayangan kita adalah berbagai macam bentuk jenis permainan yang bisa diakses oleh siapa saja tanpa ada batasan usia. Biasanya game dimainkan pada sebuah gadget atau seperangkat alat tertentu, baik secara offline maupun online alias terkoneksi Internet.

Sejarah Perkembangan Game di Indonesia

Bicara mengenai perkembangan industri game di Indonesia, kita akan kembali ke masa sekitar 15 tahun lalu dimana pada saat itu sudah mulai kelihatan ramainya game konsol seperti Nintendo, Playstation, dan sejenisnya. Zaman itu pelaku industri game di Indonesia kebanyakan masih sebatas distributor, karena eranya masih game konsol.

Karena di zaman tersebut game dimainkan menggunakan metode kaset, sehingga banyak terjadi penggunaan kaset-kaset bajakan sebagai dampak dari mahalnya kaset game original, maka belum ada developer atau pengembang game lokal di Indonesia. Nah di awal tahun 2000-an semuanya mengalami perubahan.

Setelah era game konsol berakhir, masuklah kemudian era game online. Disini mulai bermunculan publisher, yaitu perusahaan atau individu yang memiliki hak ekslusif untuk menerbitkan atau memasarkan setiap judul game. Pada saat itu kebanyakan produk game-nya memang masih buatan luar negeri.

Gravity Corporation menjadi developer game pertama yang masuk ke Indonesia melalui Ragnarok Online nya. Perusahaan ini bermarkas di Korea Selatan, sedangkan untuk publishernya di Indonesia adalah PT Lyto Datarindo Fortuna (Indonesia).]

Biaya Developer Tinggi

Memang secara bisnis, industri game di Indonesia mulai berkembang, karena game legal dari luar juga mulai masuk. Akan tetapi, developer lokal yang mengembangkan game dengan copyright sendiri masih sulit. Hal ini disebabkan tingginya biaya pengembangan setiap judul game, meskipun banyak talenta yang cukup bagus untuk membuat game.

Baca Juga:  Sebelum Membeli Smartphone, Perhatikan 4 Tips Berikut Ini

Pada saat itu, untuk mengembangkan satu judul game saja membutuhkan biaya sekitar Rp 10 miliar hingga Rp 20 miliar. Dan untuk saat ini, anggarannya bisa mencapai Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar untuk membuat game dengan jalan cerita panjang dan grafis yang bagus. Ini hanya pengembangan saja, belum termasuk biaya marketing dan lain sebagainya.

Kemudian di pertengahan 2002/2003 muncul developer lokal bernama Matahari Studios. Perusahaan ini dibuat oleh investor asing di Indonesia dimana dalam aktivitasnya memanfaatkan talenta lokal untuk menggarap atau menerima order pembuatan game luar negeri.

Di era ini, katanya mulailah bermunculan talenta-talenta, yang awalnya tertarik pada dunia informasi teknologi, mulai turut beralih menggeluti dunia animasi maupun game. Hingga pada akhirnya di tahun 2005-2006 mulai bemunculanlah developer-developer lokal yang handal, meskipun target usahanya masih menerima orderan game dari luar.

Developer Game Copyright Sendiri

Seiring berkembangnya waktu, teknologi, dan peluang, maka mulai bermunculan developer-developer game dengan copyright sendiri. Beberapa perusahaan game di Indonesia yang hasil karyanya cukup dikenal antara lain, Agate Studio, Altermyth Studio, Toge Production, Tinker Game, Touch Ten Game, dan lain-lain.

Sedangkan beberapa game Indonesia yang cukup diakui keberadaannya antara lain: Infectonator buatan Toge Production, Ramen Chain buatan Touchten Game, dan lain sebagainya. Jika diperhatikan, pertumbuhan industri game di Indonesia seiring dengan pertumbuhan smartphone di dunia maupun Indonesia saat ini.

Siapa mengira jika industri ini mampu melahirkan developer-developer game lokal, termasuk developer indie (belum berbentuk perseroan). Sampai saat ini terdapat lebih dari 400 developer dengan lebih dari sekitar 1000 game telah dilahirkan. Dari sisi konsumen, jumlah gamers di Indonesia diperkirakan telah mencapai sekitar 40 juta orang sampai akhir 2013.

Baca Juga:  Google Site Kit Wordpress Plugin, Analisa Website dalam Satu Tampilan

Kondisi Industri Game Saat Ini

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir dapat dilihat bagaimana pertumbuhan mobile gaming sangat masif di Indonesia, diimbangi dengan semakin banyaknya pengguna smartphone dan lahirnya para atlet esports. Dari sini dapat diambil gambaran bahwa industri game di Indonesia masih akan terus mengalami peningkatan. Setidaknya sampai 5 tahun hingga 10 tahun mendatang.

Tingginya aktivitas gaming dalam negeri yang didukung dengan meningkatnya jumlah pendapatan masyarakat secara year-on-year (yoy), pendapatan per kapita, dan penetrasi internet semakin membaik, secara tidak langsung memberi dampak positif terhadap perkembangan pasar game di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, kondisi pandemi sebenarnya juga memberikan efek “positif” karena justru industri game di Tanah Air mengalami pertumbuhan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir. Salah satu indikasinya terlihat dari peningkatan yang terjadi pada salah satu game bikinan Agate, yakni Memories: My Story, My Choice.

Menurut data dilansir dari laman infokomputer.grid.id, Selasa (09/11/2021), aktivitas pemain Memories: My Story, My Choice terpantau naik, terutama sejak masa awal pandemi pada tahun 2020. Peningkatan traffic game ini terjadi sejak pukul 08.00 pagi. Pola aktivitas tersebut terbilang baru, mengingat pagi hari merupakan waktu ideal masyarakat mengawali rutinitas bekerja dan belajar.

Jika dibandingkan pada saat sebelum pandemi, aktivitas pemain Memories: My Story, My Choice terpantau dimulai pada pukul 12.00 siang dan terjadi dengan singkat. Kemudian dilanjutkan kembali pada pukul 20.00 malam. Hal ini dikarenakan orang di rumah dan akhirnya mulai invest di internet, market (gaming) menjadi meningkat.

Baca Juga:  Masa Depan Keamanan Data: Keberlanjutan Keamanan Quantum Computing

Akan tetapi, kendati demikian, apabila dibandingkan dengan pasar gaming secara global, jumlah pendapatan per pengguna (Average Revenue Per User/ARPU) pasar game di Indonesia masih terbilang rendah.

Kesimpulan

Perkembangan industri game di Indonesia terus mengalami perkembangan dari sejak awal masuk hingga satu dasawarsa terakhir. Kondisi pandemi justru menambah jumlah pengguna karena umumnya mereka beraktivitas hanya dirumah saja.

Head of Brand & Reputation Marketing Google Indonesia, Muriel Makarim, menjelaskan bahwa kata kunci “gaming” yang dicari pengguna melalui Google Search mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yakni mencapai 210 persen.

Selama pandemi, orang Indonesia juga terpantau menghabiskan waktu lebih lama dalam mengakses internet, yakni 4,3 jam per hari. Angka tersebut meningkat dari total waktu rata-rata yang dihabiskan sebelum pandemi, yaitu selama 3,6 jam per hari.

Melihat beberapa fakta diatas dapat disimpulkan mengenai alasan kenapa industri game harus difokuskan di Indonesia, antara lain:

  1. Jumlah pengguna internet di Indonesia cukup besar hingga mencapai 160-an juta orang dimana dominasi usia ada di rentangan 13-35 tahun.
  2. Kualitas akses internet di Indonesia terus mengalami peningkat disertai dengan semakin dikembangkannya jaringan serta infrastruktur pendukungnya.
  3. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang memiliki talenta dan kreatif sehingga membuka kesempatan besar perusahaan-perusahaan game bermunculan.

Nah, sebenarnya Blogger Borneo juga termasuk dalam salah seorang pengguna internet yang suka bermain game di kala senggang. Akan tetapi jenis game yang dimainkan sifatnya permainan ringan saja seperti Solitaire dan Freecell dimana kedua jenis game ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. (DW)

Sumber Info Komputer Teknologi Bisnis
Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More