Menurut informasi yang dilansir dari Worldometer, hingga Minggu (15/3/2020) jumlah penderita corona di Italia telah mencapai 21.157 orang. Dari keseluruhan korban tersebut, sebanyak 1.441 orang meninggal dunia dan 1.966 orang diantaranya dinyatakan sembuh dari virus corona ini.
Begitu banyaknya penderita yang terpapar meninggal dunia menyebabkan jumlah kasus virus corona di Italia menjadi terbanyak kedua setelah China. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengumumkan lockdown pada awal pekan lalu. Ini setelah Italia melaporkan lonjakan kasus Covid-19.
Italia Lock Down
Sebagai bagian dari karantina besar-besaran itu, perjalanan dibatasi, banyak sekolah dan kantor diliburkan, dan larangan pergi ke tempat umum dan acara yang ramai pengunjung juga diberlakukan. Sekitar 60 juta warga terdampak aturan itu.
Jika diperhatikan, proses penyebaran virus corona di negara Italia terjadi setelah melalui 6 (enam) fase, antara lain:
Fase 1
Kasus mulai muncul di Italia. Orang-orang masih merasa aman. Tidak ada kekhawatiran. Virus korona hanya ‘bad flu’. Orang-orang tetap berkegiatan seperti biasa.
Fase 2
Mereka mulai menetapkan ‘red zone’ dan mengakarantina 1 atau 2 daerah yang telah terinfeksi (22 Feb). Muncul beberapa kasus kematian.
“Baiklah, sedih sih. Tapi ga boleh panik. Kasus ini hanya menyerang orang tua. Saya tetap akan menjalankan kegiatan seperti biasa. Tetap bakal nongkrong sama teman.”
Fase 3
Jumlah kasus secara signifikan meningkat. Dalam sehari kasus bisa bertambah 2 kali lipat. Kasus kematian semakin banyak. ‘Red zone’ ditetapkan. 4 daerah dikarantina. 25% penduduk Italia berada dibawah karantina. Sekolah, universitas telah tutup. Tapi bar, tempat kerja, rumah makan masih buka.
Dekrit atau surat perintah dirilis oleh beberapa koran ‘before it should’. Di malam yang sama 10k orang yang berada di ‘red zone’ melarikan diri untuk pulang kampung ke daerah lain di Italia.
75% orang Italia yang tidak berada di red zone masih melakukan aktivitas seperti biasa. Masih tidak sadar seriusnya kasus ini. Masih tidak mengikuti saran untuk tidak keluar rumah dan mencuci tangan.
Fase 4
Kasus meningkat tajam. Status darurat kesehatan nasional. Sekolah dan universitas tutup min. 1 bulan.
Rumah sakit penuh. Dokter dan perawat tidak cukup. Pensiunan dan mahasiswa semester akhir pun dipanggil untuk membantu. Tidak ada shift kerja. Tentu saja dokter dan perawat terinfeksi dan menularkan ke keluarga.
Terlalu banyak kasus pneumonia. ICU tidak cukup. Dokter harus memilih pasien yang ditangani berdasarkan harapan hidup. Orang-orang meninggal karena tidak ada cukup tempat untuk penanganan. Chaos. Sistem gagal.
Fase 5
Ingat 10k orang yang keluar dari ‘red zone’ ke daerah lain di Italia? Hasilnya seluruh negara harus dikarantina (9 Maret). Tujuannya untuk mencegah penyebaran virus.
Orang-orang tetap bisa bekerja, belanja, ke apotek, menjalankan bisnis agar ekonomi tidak runtuh. Tapi orang-orang tidak bisa lagi keluar dari derahnya kecuali dengan alasan valid.
Sekarang orang mulai ketakutan. Orang-orang mulai menggunakan masker dan sarung tangan. Tapi tetap saja ada yang merasa kebal, yang tetap pergi ke tempat makan beramai-ramai, nongkrong dengan teman, minum, dsb.
Fase 6
2 hari kemudian. Diumumkan bahwa (hampir) semua bisnis ditutup. Bar, tempat makan, semuanya, kecuali apotek dan supermarket.
Orang-orang bisa keluar hanya kalau memegang sertifikasi. Polisi berjaga dimana-mana. Bagi siapapun yang ditemukan keluar tanpa alasan valid akan dikenakan denda €206. Siapapun yang positif terinfeksi dikenakan kurungan 1-12 tahun dengan alasan pembunuhan.
Semua terjadi hanya dalam 2 minggu. Hanya 5 hari yang dibutukan dari fase 3 menuju fase 6. Dituliskan tanggal 12 Maret oleh akun twitter @JasonYanowitz
NB: Terjemahan diperingkas dan disesuaikan oleh Mrs. Elisa Yuzar
Silahkan lihat foto untuk mendapat gambaran lebih utuh.
Sumber:
- https://www.boredpanda.com/coronavirus-outbreak-stages-italy-jason-yanowitz/?utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=organic