Memulai dari Satu Hal yang Kecil

Image: Kompas.Com

Mungkin judul diatas sangat cocok dengan pengalaman saya ketika makan siang di sebuah warung makan di tepi jalan kota baru tepatnya disebelah lokasi Perusda yang saat ini sedang dirobohkan. Dari namanya sih kelihatan unik yaitu Ayam Goreng Kremes (mungkin ada yang pernah dengar atau bahkan pernah makan disitu?), kalo bagi saya bersama dengan istri sih pada saat tadilah pertama kalinya kita makan disitu.

Sebenarnya sudah sering saya lewat di tempat itu namun karena selama ini kesannya “maaf” agak kumuh jadi malas aja mau singgahnya. Tapi ternyata dari isu temen-temen istriku, makanan disitu cukup enak kok. Karena penasaran en kebetulan lewat disitu (didukung juga oleh cacing di perut yang terus berdemo), akhirnya untuk pertama kalinya saya bersama istri singgah disitu.

Pada awalnya sih terasa biasa-biasa aja, tempat seadanya dengan lingkungan sekitar yang kurang terawat. Akhirnya kami memesan 2 porsi Ayam Goreng Kremes dengan 2 gelas teh es. Sambil menunggu pesanan, saya memperhatikan jumlah orang yang singgah dan makan disitu. Boleh dibilang cukup ramai sih untuk warung makan sebesar itu, jangan-jangan memang benar enak lagi makanannya.

Tak lama pesanan yang ditunggu datang, tanpa ba bi bu lagi kami langsung melaksanakan operasi “Sapu Jagad”. Dan ternyata bener, makanannya enak banget. Belum lagi ada tambahan gorengan tepung, ketika saya bertanya kepada pelayannya itu apa, rupanya itulah yang namanya “kremes”. Walah… pantesan namanya Ayam Goreng Kremes, kirain ayamnya yang diapain gitu (sempat kepikiran ayamnya dikeramas dulu kali sebelum digoreng, hehehe……).

Baca Juga:  Kepak Sayap Kebhinekaan Sejati, Greysia-Apriyani

Saya memperhatikan sekelilingnya dan membayangkan dalam hati, jika seandainya tempat itu dikembangkan sehingga kesannya lebih bersih dan rapi, pasti akan lebih banyak lagi pengunjung yang akan datang ketempat itu. Tapi, kepikiran lagi sih mungkin mereka juga kebentur dengan yang namanya MODAL. Ya benar, selama ini kata itulah yang terkadang menjadi penghambat seseorang ingin mengembangkan usahanya. Mau pinjem ke bank, pasti kepikiran syaratnya yg rumit mesti ini itu dan lain-lain.

Ya udahlah, kalo emang rezekinya segitu mungkin g bisa diapa-apain (pasrah amat yach??). Sekarang saatnya kita melaksanakan kewajiban kita setelah sebelumnya udah memperoleh hak kita yaitu Time to Billing alias MEMBAYAR (berkurang lagi deh anggaran bulan ini).

Nah, saat inilah yang membuat saya agak terkejut. Kenapa? Ternyata pada saat si pemilik akan menghitung jumlah yang mesti kami bayar, si pemilik menggunakan kalkulator yang sekaligus berfungsi sebagai Kas Register untuk menghitung jumlah yang mesti kami bayar (mungkin hanya yang tahu akuntansi aja tahu apa namanya Kas Register). Kas Register adalah mesin hitung yang bisa langsung mencetak bukti berupa printout yang berisikan jumlah angka-angka yang telah dimasukkan (seperti mesin-mesin yang ada di meja kasir Supermarket tuh, tahu kan?). Kalo mau jelasnya coba lihat gambarnya dibawah ini.

Baca Juga:  Antipatik Aksi Mogok Praktek Sebagai Bentuk Egosentrisme Seorang Dokter

Cash+Register+CalculatorSaya sempat berpikir, ah itu mungkin hanya kebetulan aja orang itu menggunakan kalkulator tsb krn mungkin ngga ada alat hitung lain selain itu. Tapi ketika saya tanyakan apakah bukti printoutnya digunakan sebagai bukti penerimaan, ternyata orang tsb menjawab iya dan tiap hari katanya bukti tersebut akan dihitung untuk mengetahui berapa penerimaan pada hari itu. Weleh..welehh…., merupakan hal yang langka nih bisa menemukan orang yang menerapkan sistem perhitungan keuangan seperti itu.

Mungkin kalo untuk toko yang sekelas mini market atau supermarket, penggunaan kas register telah menjadi suatu keharusan karena mesti menangani banyak transaksi setiap harinya. Tapi kalo hanya sebuah warung makan seperti itu, benar-benar baru kali ini saya melihat si pemilik menggunakan kas register untuk menghitung semua penerimaan kas setiap harinya. Pasti si pemilik tersebut memiliki persepsi usaha yang jelas dan pastinya AKUNTABEL.

Sungguh saya salut dengan apa yang dilakukan oleh pemilik warung makan tersebut karena kalau kita ingin membuat suatu usaha menjadi lebih profesional, tidak perlu harus menunggu usaha tersebut menjadi besar dan berkembang. Justru karena kita bisa memulai dari satu hal yang kecil itulah yang bisa membuat kita menjadi lebih berkembang dan profesional.

Baca Juga:  Bersama UNTAN Membangun Negeri, Edukasi Sebagai Kunci Kemajuan Bangsa

Mungkin demikian pengalaman perjalanan dari saya, hanya sekedar pengen sharing cerita aja. Ya semoga aja dari pengalaman ini bisa memberikan gambaran kepada pelaku-pelaku usaha yang lain mengenai apa itu pentingnya penerapan sistem keuangan yang rapi dan profesional. Insya Allah lain kali saya akan memposting kembali pengalaman yang telah saya alami kepada para pengunjung sekalian. Terima kasih… (DW)

Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More