Gerakan Uninstall Traveloka, Wujud Kekuatan Ekonomi Muslim?

Beredarnya informasi ikutnya Derianto Kusuma, bos Traveloka melakukan aksi walk out (WO) bersama Ananda Sukarlan dan ratusan alumni Kolase Kanisius pada saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang memberikan pidato pada HUT ke 90 Kanisius, memunculkan gerakan uninstall Traveloka di media sosial.

Image: Dok. Pribadi

Penulis: Qodja Galata

Kalau ada yang mau dukung gerakan uninstall Traveloka, lakukan saja. Tapi jangan pernah anggap itu sebagai “kekuatan ekonomi muslim”.

Kata muslim di situ klaim sesat. Karena menurut saya, Muslim tidak segoblok itu dalam bereaksi terhadap propaganda sumir. Bahkan klaim itu jatuhnya malah melecehkan orang Islam yang menolak goblok.

Justru apa yang dilakukan Traveloka selama ini adalah hal yang ma’ruf. Membangun platform yang memberi maslahat kemudahan dan menyelesaikan urusan banyak musafir terkait transportasi dan penginapan. Platform ini menjadi solusi, kalau bahasa agama kita Traveloka ini Al Urf. Bahkan Traveloka yang merintis trend positif ini hingga diikuti banyak start up yang lain.

Dalam Islam, musafir mendapat tempat istimewa. Mendapat rukhsoh untuk menjamak sholat, jika ribet melepas sepatu ketika wudhu cukup mengusap khuf (ujung sepatu), do’anya mustajab, sesiapa yang memberi tumpangan dan makan bagi musafir akan mendapat pahala besar, bahkan musafir mendapat jatah zakat.

Terobosan Apa yang Dilakukan Traveloka? 

Ia melayani dan memudahkan musafir sebagaimana syariat melayani musafir. Justru Traveloka menjalankan perintah ayat “ta’muruuna bil ma’ruf”.

Baca Juga:  Mendorong Penetapan Pontianak sebagai Kota Ramah Peninggalan Sejarah

Bayangkan situasinya, Seorang suami yang sedang safar mencari nafkah, beroleh kabar istri dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan jelang persalinan, harus bergegas mencari penerbangan pulang dalam hitungan tak lebih dari sejam : Traveloka menjadi solusi dengan fiturnya.

Atau Anda punya Ibu di Pontianak sedang sakit keras, harus dirujuk ke RSCM untuk periksa hari itu juga. Anda pesan tiket pesawat dan ternyata penerbangan delay karena landasan pacu kebanjiran. Anda tiba di Cengkareng larut malam dalam keadaan lelah bersama Ibu yang sakit dan renta, Traveloka menawarkan fitur yang menunjukkan hotel terdekat dengan harga sesuai bekal Anda yang terbatas. Menampilkan hotel yang resepsionist-nya buka 24 jam. Bahkan jika Anda mau menginap malam itu juga, Traveloka akan menampilkan opsi dengan pertanyaan itu, “Apakah Anda akan menginap malam ini juga?”.

Jika Al Urf dalam terminologi Ushul Fiqh dimaknai sebagai adat istiadat yang tidak bertentangan dengan syariat. Maka Al Urf yang saya maksud di sini adalah terobosan ma’ruf (dikenal luas) yang berlandaskan akal sehat dan menjangkau banyak orang. Terobosan yang menyelesaikan permasalahan banyak musafir, bernilai universal dan tidak bertentangan dengan syariat.

Baca Juga:  Don't Call Yourself A Blogger If You’re Not A Blogger

Jika familiar dengan ayat “khoiru ummah” yang menyeru kepada yang ma’ruf maka umat Islam baru bisa memimpin peradaban jika menciptakan banyak solusi seperti cara kerja Traveloka di berbagai aspek kehidupan.

Orang-orang Islam yang mendedikasikan hidupnya di Traveloka hari ini, berkarya di sana jangan pernah berkecil hati. Tetap istiqomah dengan kerja-kerja “Bil Ma’ruf”. Islam akan menjadi rahmat bagi semesta jika spektrum kerja “bil ma’ruf” diperbesar.

Dimanapun kita berkiprah, selalu niatkan dalam rangka menegakkan agama Allah, meski tanpa slogan agama. Tapi substansi dari pekerjaan kita terinspirasi dan berlandaskan agama. Dan orang-orang tidak perlu tahu itu. Bahkan karena saking samarnya, pada situasi tertentu, harus siap dengan label, serangan ad hominem dari para demagog seperti misalnya, “Dasar liberal, kafir sesat!”, “aqidahmu rusak!” Dll.

Ini memang realitas umat kita yang tengah terjebak gelembung simulacra. Tahun-tahun politik penuh siasat seperti ini, narasi agama di jemari dan lisan para juhaalaa akan menjelma sebagai provokasi politik yang tidak berlandaskan nalar sehat. Artinya tugas dakwah semakin berat karena gejala religiusitas yang muncul pada saat yang sama menampilkan fenomena juhalaa dalam berislam. (Juhalaa : orang-orang bodoh)

Baca Juga:  Suara Kaum Muda, Dominasi Gen Z di Era Pertempuran Pemilu 2024

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (Al-‘Urfi), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”( QS. Al-A’raf: 199)

Sumber Tulisan:

  • https://web.facebook.com/Qodjalicious/posts/10210759619375081
Artikel Lainnya
Leave A Reply

Your email address will not be published.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More