Rumah Mimpi Rumah Semua Komunitas di Pontianak
Mendengar namanya tentulah sudah terbayang bagaimana bentuknya. Sebuah rumah ekspresi yang dihuni suku mimpi, meski tampak apa adanya namun diantaranya tetap saling peduli dan saling menjaga dengan sukarela dan penuh suka cita.
Tidak terasa hampir setahun diriku telah menjadi salah satu bagian dari sebuah tempat yang dulunya sama sekali tidak pernah dipandang orang, bahkan mungkin ada beberapa diantara mereka yang menganggap tempat itu adalah tempat yang angker dan menyeramkan.
Rumah Mimpi, itulah nama tempat yang dimaksud diatas. Ternyata nama yang indah tidak menjamin kondisi tempat tersebut akan indah juga. Buktinya setelah sekian lama tidak dikelola secara maksimal, keadaan Rumah Mimpi yang dulunya memang dibangun sebagai taman bermain anak-anak (lebih dikenal dengan Taman Gitananda) beberapa tahun terakhir malah tampak semakin berantakan dan tak beraturan. Hanya ada sentuhan-sentuhan kecil dari orang-orang yang masih merasa peduli dengan keberadaan tempat tersebut.
Sungguh sangat disayangkan jika kawasan seluas kurang lebih 1,5 hektar itu harus roboh secara perlahan ketika tiang-tiang pondasinya mulai hancur dimakan zaman dan usia. Oleh karena itu, selama setahun ini Komunitas Rumah Mimpi selalu berusaha mencari sumber-sumber pendanaan agar konsep awal kawasan tersebut dibangun dapat diwujudkan kembali.
Setidaknya masih ada waktu sekitar 10-an tahun kawasan tersebut dapat digunakan secara “cuma-cuma” oleh komunitas apa saja yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Setidaknya menjadi rumah bagi semua komunitas adalah salah satu tujuan Rumah Mimpi berdiri.
Memang semua apa yang kita harapkan tidak akan menjadi sebuah kenyataan tanpa dibarengi dengan usaha dan kerja keras. Perbaikan yang dilakukan tidak semudah membalik telapak tangan, namun setidaknya saat ini keberadaan Rumah Mimpi sudah mulai dikenal orang. Beberapa komunitas sanggar seni, fotografi, perkebunan, pencinta burung, dan lain-lain yang ada sekarang secara perlahan mulai dapat memberikan hembusan angin segar bagi kelangsungan hidup Rumah Mimpi itu sendiri.
Slogan yang telah lama tertulis di papan namanya yaitu Free Your Dream… menandakan bahwa siapa saja diberikan kebebasan berekspresi disitu. Bagi Komunitas Blogger en Netter Pontianak (BELETER) sendiri, di tahun 2011 ini sudah beberapa kali menyelenggarakan kegiatan bersama, terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi secara sehat dan positif di kota Pontianak. Bahkan beberapa kegiatan diantaranya merupakan hasil kerjasama dari Komunitas BELETER dengan pihak luar seperti: ICT Watch dan Saling Silang. Hal ini sengaja dilakukan agar nantinya Rumah Mimpi dapat dikenal oleh orang luar Kalimantan Barat, ya mungkin saja dari perkenalan tersebut dapat berlanjut dengan pemberian dukungan dari pihak-pihak penyandang dana yang merasa peduli dengan jatuh bangunnya Rumah Mimpi.
Berbagai macam ide dan gagasan untuk menjadi sebuah kawasan yang bebas akses komunikasi seperti internet telah ada dipikiran masing-masing anggota komunitas. Akan tetapi, kesemuanya itu terasa mentok ketika berbenturan dengan yang namanya pendanaan. Mahalnya biaya membangun infrastruktur di areal tersebut memaksa pemikiran yang dibutuhkan semakin keras, sekeras keinginan untuk dapat menjadikan Rumah Mimpi sebagai media informasi dan komunikasi bagi siapa saja yang membutuhkan nantinya.
Sekarang, semuanya masih dalam masa proses. Setelah sekian lama berjuang akhirnya dapat terlihat setitik cahaya terang dari kejauhan, cahaya yang merupakan jawaban dari semua doa selama ini. Meskipun belum dapat dipastikan kapan setitik cahaya terang itu akan menerangi Rumah Mimpi, yang pasti dengan keyakinan dan usaha yang optimal saat itu pasti akan datang. Aminn… (DW)