DN Aidit, Sosok Mantan Santri Dibalik Lahirnya Partai Komunis Indonesia

Image: id.wikipedia.org/wiki/D.N._Aidit

BloggerBorneo.com – Namanya AHMAD AIDIT. Dia tinggal di Belitung. Ayahnya seorang ulama yang disegani di kampungnya, pendiri sebuah sekolahan Muhammadiyah di Belitung. Ayahnya asli Minangkabau yang terkenal taat beragama.

Su’ul Khatimah Mantan Santri. Sungguh Hidayah Allah Itu Sangat Mahal. Sewaktu kecil, Aidit rajin mengaji. Suaranya yang bagus dan lantang, menyebabkan ia sering disuruh mengumandangkan adzan.

DN Aidit Mantan Santri

Saat itu belum ada TOA. Sehingga suaranya yang lantang diandalkan untuk memanggil orang-orang untuk shalat berjamaah.

Sorot matanya tajam, menandakan kecerdasan otaknya. Dia memang sangat cerdas. Bisa menyerap ilmu agama dengan baik. Juga sering diminta membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam berbagai acara peringatan keagamaan.

Siapa sangka sosok santri itu akan berubah drastis menjadi sosok terpenting PKI di negeri ini. “Siapa sangka sosok pembaca ayat suci Al-Qur’an itu menjadi otak pemberontakan G30SPKI”.

Sungguh mahal hidayah Allah. Hanya orang-orang yang dipilih-Nya saja yang bisa istiqamah hingga akhir hayat.

Berawal dari Salah Pergaulan

Semua berawal dari pergaulan yang salah. Saat melanjutkan Sekolah Dagang di Jakarta, DN Aidit berteman dengan para aktifis komunis. Nilai-nilai relijius yang dianutnya semasa kecil, sirna begitu saja.

Baca Juga:  Konservasi Sumber Daya Air Taman Nasional Danau Sentarum

Aidit tenggelam dalam buku-buku Marxisme- Leninisme. Dan dia hanyut dalam pemikiran dan pergerakan kaum palu arit. Aidit hilangkan nama depannya.

Jika nama aslinya adalah Ahmad Aidit, maka sejak aktif di PKI menjadi Dipa Nusantara Aidit. Disingkat menjadi DN Aidit.

Kecemerlangan otak Aidit, menjadikan dia menjadi pucuk pimpinan PKI. Dia juga mengunjungi negara-negara komunis untuk mereguk ilmu langsung disana. Dia mengunjungi RRC dan Soviet. Tapi dia lebih mengidolakan RRC. Itulah mengapa dia mengikuti gaya Mao Zedong.

Pemikiran Revolusi Indonesia

DN Aidit berfikir bahwa revolusi harus dipercepat. Kondisi Soekarno yang sudah sakit-sakitan, menyebabkan dia mengambil langkah pemberontakan G30S/PKI.

Dia khawatir jika Soekarno tiada, maka tiada lagi sosok yang bisa memberikan ruang bagi komunis. Tak ada lagi pengusung ide Nasakom (Nasionalis Agama Komunis).

DN Aidit juga berkiblat pada Mao Zedong yang melakukan jalan revolusi demi merebut kekuasaan.
Otak Aidit berfikir cepat menyusun segala rencana.

Workshop Digital Marketing untuk Lembaga Pendidikan 2024

Angkatan Darat adalah satu-satunya perintang tujuan PKI. Itulah mengapa PKI menyebarkan isu Dewan Jenderal. Sebuah fitnah yang menuduh Dewan Jenderal AD hendak mengkudeta Soekarno.

Baca Juga:  Menyingkap Makna Ramadhan yang Penuh Berkah

Akhirnya meletuslah peristiwa G30SPKI. Terjadi pembunuhan keji para Jenderal AD. Juga serangkaian teror di kota-kota basis PKI di Jawa Tengah.

Gagalnya Upaya PKI

Tapi Allah masih melindungi negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini. Meskipun PKI sudah merencanakan beberapa kali upaya pemberontakan dengan cermat, namun gagal total.

Tanggal 2 Oktober 1965, Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah. Dia bersembunyi di beberapa kota yaitu Semarang, Solo, Boyolali. Berpindah dari satu kota ke kota yang lain karena RPKAD serius memburunya.

Akhirnya DN Aidit tertangkap di kota Solo, tepatnya di belakang stasiun Balapan. Saat digerebek oleh tentara, Aidit bersembunyi di lemari. Sebuah lemari yang memiliki pintu rahasia.

Ketika tertangkap, Aidit minta dipertemukan dulu dengan Soekarno. Tapi tidak dikabulkan. Jika permintaannya dikabulkan, maka urusan akan menjadi panjang.

Pada tanggal 23 November 1965, Aidit digelandang ke Boyolali. Dia dibawa ke Batalyon 444 Boyolali. Kemudian segera dieksekusi di sebuah sumur tua di belakang batalyon (letak sumur sekarang diatasnya dibangun patung kuda besar di Boyolali)

Sebelum ditembak, Aidit diberikan kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhir. Tebak, apa yang diucapkannya? Apakah dia istighfar? Atau sholat taubat? Sama sekali TIDAK!!! Aidit justru pidato berapi-api di bibir sumur.

Baca Juga:  Komunitas Blogger Kalimantan Barat, Mimpi yang Tak Mudah untuk Dieksekusi

Pidatonya memuji komunisme dan mengajak orang-orang untuk bergabung dalam gerbong PKI. Para regu tembak sangat jengkel melihat pidato tersebut, akhirnya diberondonglah Aidit dengan tembakan mati.

Penutup

DN Aidit jatuh ke dalam sumur dalam kondisi berpidato membela komunis. Dia komunis sejati hingga akhir hayatnya. Hilang sudah hafalan Al-Qur’annya semasa kecil. Hilang sudah segala ingatan menjadi santri di kampung halamannya.

Tak ada sebekas kenangan menjadi santri di penghujung hayatnya. Yang ada hanyalah pujian setinggi langit untuk PKI.

Setiap orang akan dimatikan sesuai kebiasaanya semasa hidup, terutama masa-masa menjelang akhir hayatnya. Ketika ajaran komunis telah mendarah daging sedemikian rupa dalam urat nadinya, maka itulah yang terjadi pada dirinya.

Istiqamah itu berat. Salah satu cara menjaga keistiqamahan adalah berteman dengan orang-orang shalih. Orang yang selalu mengingatkan ketika kita tergelincir. Orang yang selalu mengingatkan akan kampung akhirat.

*يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِك

Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik

“Wahai Yang Membolak-Balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu”

Sumber Cemrawan Fersy
Artikel Lainnya

Comments are closed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More