20.1 C
New York
Sabtu, September 27, 2025

Buy now

spot_img
Beranda blog Halaman 274

Pontianak Bukan “Kuntilanak” Bagian 3

Pada bagian konsideran (asas menimbang atau pertimbangan untuk memutuskan dan menetapkan UU tentang Kepariwisataan oleh DPR RI – Legislatif), point c disebutkan; bahwa “kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.”

Ketentuan ini bukan hanya mengikat bagi masyarakat dan pengusaha pariwisata, akan tetapi jelas mengikat Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang membangun destinasi wisata dimaksud. Jelas, ada perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya, lingkungan dan kepentingan nasional. Dalam konteks “Kuntilanak”, apakah terkait dengan nilai-nilai itu? Menurut akal sehat, tidak. Hal ini juga diatur dalam Pasal 25 huruf a, dan Pasal 26 huruf a dan b UU Kepariwisataan.

Kita lihat pada Pasal 1 point 4, BAB I tentang Ketentuan Umum, yang menyebutkan bahwa “Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.” Kita garis bawahi kata “masyarakat setempat”, di mana tujuan dibangunnya patung atau monumen itu berada di Sungai Kapuas dekat dengan Jembatan Kapuas I. Apakah masyarakat setempat setuju, atau membutuhkan monumen tersebut? Saya kira kata “butuh” itu akan sangat berguna bila monumen wisata memberikan lapangan pekerjaan baru pada masyarakat setempat, namun, tetap pada kerangka etis. Banyak opsi lain selain Kuntilanak, kemudian kita lihat apa sejarah yang tepat bagi masyarakat setempat.

Masa Lalu Kesultanan Pontianak
Sumber: Pontianak.KotaMini.Com

Ide tentang pembangunan Patung Kuntilanak ini juga saya kira menabrak Pasal 1 point 5 dan 6 tentang Daya Tarik Wisata untuk destinasi pariwisata. Kemudian Pasal 2 huruf a, BAB II tentang Asas, Fungsi, dan Tujuan, yang menyebutkan tentang Kepariwisataan yang diselenggarakan berdasarkan asas kemanfaatan. Pasal 4 huruf g tentang pesan yang harus mengangkat citra bangsa. Pasal 5 BAB III tentang Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan. Jelas dan tegas pada Pasal 5 huruf a itu menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.

Banyak lagi ketentuan-ketentuan yang patut di tilik dan ditimbang oleh Kartius sebagai Kepala Dinas Pariwisata. Catatan tambahan dari saya bahwa dia patut pula melihat Pasal 12 ayat 1 huruf c, d, e Bab V tentang Kawasan Strategis, tentang lokasi strategis, dan huruf f tentang kesiapan dan dukungan masyarakat. Walaupun kawasan strategis untuk wilayah Provinsi ditetapkan oleh otoritas Pemerintah Daerah, ada ketentuan tentang Hak, Kewajiban dan Larangan pada Bab VII. Pada bagian Kesatu tentang Hak pada Bab tersebut, Pasal 20 huruf a diatur tentang informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata. Pertanyaannya adalah apa informasi akurat tentang Kuntilanak? Masyarakat jelas akan bertanya.

Apa yang perlu saya tambahkan dalam ketentuan “Sanksi Administratif dan Sanksi Pidana – Vide Pasal 62, 63, dan 64” ini adalah, tak secara tegas mengatur bila yang melanggar adalah Pemerintah Daerahnya sendiri. Hanya disebutkan Masyarakat dan Pengusaha Pariwisata. Namun bila ada terobosan hukum, apakah Pemerintah Daerah dapat dijerat pengaturan ketentuan tersebut? Saya kira bisa. Bila penegak hukum berani mengambil sikap.

BACA JUGA: PONTIANAK BUKAN “KUNTILANAK” BAGIAN 1

Pertanyaan selanjutnya, apakah keinginan tersebut sudah melalui tahapan pembahasan akademik dan sesuai dengan amanah Undang-undang (UU)? Saya kira kita patut menggali dari berbagai aspek ilmiah, bukan menafikannya. Apakah sudah ada naskah yang melalui tahapan uji materinya? Dalam konteks apa Kuntilanak menjadi penting untuk dimonumenkan? Bukankah biasanya monumen itu terkait dengan sejarah kepahlawanan seseorang atau sebuah karya bangsa yang dihargai banyak orang. Sedangkan kajian secara akademik jelas untuk mempertimbangkan atau mengukur apa urgensi pembangunan sebuah monumen atau patung.

Ada aspek-aspek lain yang tak boleh luput menjadi pertimbangan sebelum melakukan ‘eksekusi’ pembangunan. Aspek-aspek tersebut adalah Aspek Sosiologis terkait dengan masyarakat setempat, Aspek Filosofis, Aspek Agama, Aspek Pendidikan (Edukasi) – Aspek Ilmiah. Tak begitu penting untuk saya menguraikan lebih lanjut, bila kita semua paham apa tujuan sebenarnya sebuah pembangunan.

Saya lebih sepaham dengan penafsiran Budayawan Pontianak; HA Halim Ramli yang menyebutkan bahwa penamaan Pontianak itu lebih cenderung logis menempatkan “Pohon Punti atau Persinggahan” sebagai arti. Tinggal kita lihat, mana yang lebih kuat argumentasi, data, dan fakta sebenarnya. Sepaham pula saya dengan H. Max Jusuf Alkadrie, salah seorang Keluarga Kesultanan Pontianak dan mantan Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II, yang pernah menyebutkan bahwa yang dimaksud Kuntilanak itu bukan Hantu Perempuan, namun Perompak yang berada di “Tanjong Besiku” tersebut.

Hal yang membuat semua menjadi tersimpul dengan baik adalah, bila tanggung jawab sosial ini diejawantahkan dalam bentuk Karya Ilmiah. Barangkali saya belum menemukan, tapi saya kira belum ada yang meneliti khusus tentang penamaan Pontianak dalam bentuk Skripsi, Tesis, atau Disertasi. Pun kalau memang sudah ada, bisa kita dedah bersama sebagai bahan untuk menentukan makna kata Pontianak sebagai kesepakatan bersama. Lantas, apa solusi Monumen atau Destinasi Pariwisata yang pantas di Ibu Kota Kalimantan Barat ini? Sejarah, jelas biasanya terkait dengan pahlawan, atau cerita nyata yang sesuai dengan fakta. Sekali lagi, bukan berangkat dari mitos.

BACA JUGA: PONTIANAK BUKAN “KUNTILANAK” BAGIAN 2

Monumen merupakan sebuah bangunan atau tanda yang mengabadikan bentuk cuplikan atau perjalanan peristiwa bersejarah atau tokoh pelaku sejarah yang dapat mewakili sebuah peristiwa, sehingga dapat dipakai, digunakan, dimanfaatkan sebagai penerus jiwa semangat juang (refleksitas) dan pewarisan nilai-nilai perjuangan bagi generasi penerus bangsa, yaitu putra putri bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, dapat dibangun sebuah monument di tempat peristiwa itu terjadi atau di tempat dimana ada keterkaitan antara wilayah dengan tokoh pahlawan, agar semangat dan jiwa kepahlawanannya dapat diwariskan dan diteruskan generasi berikutnya.

Monumen dapat pula didirikan dengan maksud untuk menghargai pahlawan yang telah tiada, sehingga diharapkan sikap dan teladan para pejuang dan pahlawan tersebut dapat diambil pelajaran berharga untuk generasi berikutnya. Disisi lain, pembangunan monument juga dapat mengandung 4 (empat) unsur kegunaan, yaitu untuk mendidik (edukatif), memberi pengajaran (instruktif), mengilhami (inspiratif), dan juga sebagai sarana hiburan (rekreatif). Monumen sebagai relik sejarah dapat berupa patung, relief, tugu, batu, tembok, museum yang didalamnya terdapat banyak peninggalan-peninggalan benda-benda bersejarah, dan banyak macam lainnya.

Sultan Hamid II (Sang Perancang Lambang Negara Indonesia – Garuda Pancasila) merupakan salah seorang putra bangsa yang menjadi pahlawan atas kiprahnya dalam kenegaraan di Indonesia maupun Internasional. Sultan Hamid II sepatutnya mendapat tempat istimewa dalam sejarah perjuangan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Khususnya di Pontianak – Kalimantan Barat. Saya menawarkan opsi tersebut. Jelas, Sultan Hamid II memberikan banyak sumbangsih bagi bangsa ini, bagi Negara ini. Monumen Garuda Pancasila dan Sultan Hamid II menjadi daya tawar atau solusi atas kegaduhan di Kota ini terkait Patung Kuntilanak.

Di Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia bisa kita dapatkan berbagai monument sejarah atas perjalanan sejarah wilayahnya, salah satunya adalah Monumen (Tugu) Khatulistiwa. Namun, tak dapat kita jumpai monumen sejarah (patung/tugu) yang mencerminkan ketokohan atau kepahlawanan atas perjuangan tokoh di wilayah Pontianak – Kalimantan Barat. Sedangkan di daerah-daerah lain di Indonesia, kita dapat melihat secara jelas bagaimana penghargaan setinggi-tingginya terhadap pahlawan atau tokoh pada wilayah masing-masing. Penghargaan tersebut diejawantahkan kedalam sebuah monumen sejarah seperti patung tokoh-tokoh pahlawan bangsa.

Atau, solusi lain barangkali, dapat dibangun Monumen “Perahu Lancang Kuning”, Monumen “Telok Belanga”, Monumen “Kopi Pancong”, dan lainnya yang tak lepas dari kehidupan budaya masyarakat asli Kota Pontianak. Masih banyak pilihan lain yang lebih argumentatif, dan semoga kita dapat lebih rasional dalam menentukan sebuah langkah pembangunan. (SELESAI)

Penulis: Anshari Dimyati (Ketua Yayasan Sultan Hamid II)

Pontianak Bukan “Kuntilanak” Bagian 2

0

BloggerBorneo.com – Di tengah laju modernitas, orang Pontianak masih tetap mampu melakukannya. Kita tengok bagaimana acara adat pernikahannya, tak pernah lepas dari nilai-nilai Islam.

Lantas bagaimana dengan Kartius? Kartius barangkali tak begitu mengenal Pontianak, jelas karena Kota ini bukan Kampung halamannya. Jadi, perihal sejarah-pun dia tak mendalami pada ahlinya.

Pontianak Bukan Kuntilanak

Kota ini banyak ahli sejarah, mengapa sebelum melontarkan pernyataan dia tak bertanya? Atau bangunlah apa saja di Kampungnya sana, dan tak merusak tatanan masyarakat di Kota ini.

Kekecewaan pula menjadi viral di dunia maya atas pernyataan Kartius yang “ngotot” ingin membangun Patung Kuntilanak. Pernyataan dan keinginannya dianggap menjatuhkan martabat kualitas pendidikan yang ada di Kota ini.

Barangkali dia lihat situs Wikipedia.com yang tanpa filter dan research terlebih dahulu mencantumkan cerita rakyat, bahwa Sultan Syarif Abdurrahman menembakkan meriam untuk mengusir Hantu Kuntilanak atau Hantu Perempuan.

Penamaan asal Kota ini begitu jelas dicantumkan dalam sub etimologi pada website populer itu. Namun, apakah kita lantas mempercayai begitu saja folklore tersebut?

Dan kemudian mensyukuri sejarah penamaan itu dengan membangun sebuah monumen yang tak dilandasi dengan pencarian dan pembuktian ilmiah dan terdata dengan baik?

Sejarah penamaan Kota Pontianak masih belum dapat dikatakan final. Belum ada landasan kuat untuk mengunci interpretasi kosakata tersebut.

Banyak perspektif sejarah yang menyebutkan dan menceritakan apa itu Pontianak. Saya kira letak pernyataan yang salah pada keinginan Kartius bukan pada sejarah yang tumpang tindih, tapi pada tendensi Kartius yang memaksakan sesuatu yang belum jelas menjadi konsensus masyarakat Pontianak.

Masa Lalu Kesultanan Pontianak
Sumber: Pontianak.KotaMini.Com

Diskursus sebenarnya soal nama Pontianak tak banyak kita dapatkan di “google” yang merupakan search engine termasyhur abad ini, untuk mengetahui apa yang kita butuhkan.

Semua mengarah pada “Pontianak adalah Kuntilanak”, yang seakan dapat diasumsikan masyarakat Kota ini sangat menyukai Mitos atau Tahayul, lantas apa guna pendidikan-ilmiah atau intelektualitas?

Pernyataan tersebut jelas menerabas sistem pendidikan atau pengetahuan modern di Kota ini.

Namun bersyukur ada seorang peneliti muda yang gerah untuk mengungkap kebohongan beberapa orang tua. Dalam bukunya “Pontianak Heritage, 2013”, Ahmad DZ cukup berhasil membungkam opini bahwa asal penamaan Kota ini hanya dalam satu perspektif.

Satu-satunya persepektif, yaitu mitologi. Dalam hal pernyataan pertama ini, jelas diceritakan bagaimana folklore yang berkembang adalah adanya Hantu Kuntilanak yang konon banyak terdapat di delta pertemuan antara Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak yang biasa kami sebut dengan nama “Tanjong Besiku”.

Dalam cerita ini juga terbagi atas dua perspektif di dalamnya. Pertama, rombongan Sultan Syarif Abdurrahman menembakkan meriamnya untuk menakut-nakuti Hantu Kuntilanak itu, dan kemudian dengan upaya pengusiran Hantu itu dijadikanlah nama Pontianak menjadi nama wilayah atau kawasan tersebut.

Dan Kedua, adalah yang ditembak oleh rombongan Sultan Syarif Abdurrahman dengan menggunakan meriam itu sebetulnya sekelompok Perompak atau penjahat yang banyak terdapat di kawasan tersebut. Dan setelah dapat diusir, barulah rombongan Sultan Syarif Abdurrahman dapat mendiami wilayah Pontianak.

Cerita ini tidak berdiri tunggal. Ahmad DZ setidaknya menguraikan ada lima perspektif berikutnya (enam perspektif secara keseluruhan) pada penamaan Kota Pontianak.

Pendapat Kedua yang membantah Perspektif Pertama itu adalah, Pontianak bisa saja diartikan sebagai “Ayunan Anak”, ada banyak ayunan anak dari keluarga yang dipekerjakan pada saat pembangunan Masjid Jami’. (Ja’ Achmad & J U Lontaan) Kemudian perspektif Ketiga, penamaan Pontianak berasal dari kata “Pohon Punti” atau Pohon-pohon yang tinggi seperti dimaksud dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim, Henry Chambert-Loir, 2011.

Perspektif Keempat, Pontianak juga dapat berasal dari kata “Pontian” yang artinya perhentian. Perhentian dimaksud adalah Persinggahan. Karena memang “Tanjong Besiku” itu adalah wilayah strategis untuk bersinggah dan berdagang.

Kemudian Perspektif Kelima, Pontianak dalam pelafalan bahasa Mandarin adalah Kun Tian (Kun Tien, dalam pelafalan Hanyu Pinyin, Kun Dian dalam bahasa Mandarin). Kata Kun Tian ini berarti “Tempat Perhentian; Persinggahan”.

Pendapat ini saya kira tak berbeda dengan penafsiran pada Perspektif Keempat. Perspektif terakhir (Keenam) adalah asal kata Pontianak berasal dari kata “Pintu Anak”. Yang berarti wilayah kawasan ini merupakan pintu dari dua anak sungai, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak.

Saya tak bersepakat dengan pernyataan Ahmad DZ berikutnya, tentang harapannya dalam aspek toponimi (cabang antropologi tentang nama, tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya) penelitian yang dilakukannya akan menjadi lebih cerah disebabkan ada pertemuan cerita rakyat atau mitos yang irrasionil dengan hal-hal yang bersifat ilmiah atau rasional.

Menurut saya kedua hal tersebut tak dapat di-perjumpa-kan dan kemudian menjadi solusi bagi manusia yang hidup di dunia. Perjumpaan keduanya hanya akan mengaburkan (memburamkan) jawaban atas persoalan aspek logis.

Keduanya memiliki dunia masing-masing dengan lapangan keilmuan yang tegak berdiri sendiri, tak dapat dicampuradukkan. Ini tentang pijakan yang sepatutnya argumentatif.

Namun, saya mengapresiasi tulisan Ahmad DZ atas uraian kata dan makna Pontianak dalam berbagai macam persepektif yang dituangkan untuk konsumsi publik Kota ini. Saya kira akan sangat bermanfaat untuk konsumsi Masyarakat dan Pemerintah dalam menentukan literaturnya.

Kaya akan wacana menjadi semakin baik dan menjadi solusi atas ketidakjelasan sejarah serta asal nama Kota ini. Diskursus tentang penamaan Kota ini sangat krusial untuk dibahas dan ditetapkan menjadi konsensus-bersama, dan “kata dan nama”-pula menjadi penting sebagai do’a masyarakat di dalamnya.

Artinya, kita punya pekerjaan rumah yang cukup besar untuk menentukan, apa arti sebenarnya nama “Pontianak”, dengan menimbang pilihan-pilihan perspektif tersebut.

Begitupula dengan Kartius, yang merupakan seorang Pejabat Publik (Pemerintah) yang sepatutnya bijak untuk memilah dan memilih literatur ilmiahnya dalam menentukan suatu kebijakan. Bukan asal bicara, bukan asal membuat keputusan.

Dengan melihat alasan keinginan dibangunnya “Patung Kuntilanak” oleh Kartius ini, jelas dapat disimpulkan bahwa pertimbangannya adalah hanya sebuah gairah atau keinginan menunjukkan ke-saya-an-nya.

Cuma ingin menunjukkan “ini Ide-nya”, mengimplementasikan ide-nya, dengan alasan “Inovasi dan kreatif” yang klaimnya mendapat dukungan orang banyak.

Dia pejabat pemerintah atau seorang yang diberikan amanah rakyat untuk mengemban visi pendidikan dalam pariwisata. Namun, dia tak menampilkan aspek lain dalam gagasan tersebut, hanya aspek mitologis dan cerita rakyat (dalam satu perspektif). Itu saja.

Tak ada aspek edukasi di situ, tak ada pendidikan yang dapat membangun kualitas hidup masyarakatnya. Kartius tak mempertimbangkan kemaslahatan orang banyak, sekali terlontar sudah membuat gaduh satu Kota.

Dia bersikukuh sudah benar, namun tak layak dikatakan bijak menjabat kalau menuai banyak protes dan kritikan.

Untuk pengembangan daya tarik pariwisata atau destinasi wisata, saya kira Kartius patut memperhatikan berbagai aspek. Salah satu aspek penting untuk pembahasan adalah Aspek Hukum dalam Pariwisata, jangan sampai monumen itu melanggar koridor hukum yang berlaku.

Aspek hukum tentang pariwisata harus melihat regulasi yang mengatur, kita lihat Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. (BERSAMBUNG)

Penulis: Anshari Dimyati (Ketua Yayasan Sultan Hamid II)

Pontianak Bukan “Kuntilanak” Bagian 1

“Kita serius. Lokasinya sedang kami survei,” katanya kepada sejumlah awak media di Kantor Gubernur Kalbar, Senin – 16 Januari 2017. Kartius berkeinginan Tugu Kuntilanak dibangun di tepian Sungai Kapuas dekat Jembatan Kapuas I. “Kita bikin menara setinggi 100 meter. Jadi wisatawan bisa melihat Kota Pontianak dari atas, tidak perlu keliling-keliling”, Ujar Kartius. (Rakyat Kalbar, Selasa – 17 Januari 2017).

Kata kawan saya Tengku M. Dhani Iqbal (dari Langkat), kosmologi itu luas, kalau seseorang tak paham bumi itu bulat, dia akan katakan bahwa bumi itu datar. Sama macam semut bersikeras bahwa dia berjalan di sebuah dataran yang dia tak paham bahwa pijakannya adalah bola. Pramoedya Ananta Toer berkata sejalan; “semakin sedikit pengetahuan seseorang terhadap suatu realitas, maka semakin banyaklah mitos yang mengisi kesadarannya akan realitas itu.” Saya kira kalimat itu jika dianalogikan mungkin relevan dengan pemberitaan atau issue santer sepekan ini tentang Kartius, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR) Provinsi Kalimantan Barat, yang “ngotot” ingin membangun “Patung Kuntilanak” di Kota Pontianak.

Menurut saya, ide atau gagasan membangun Patung Kuntilanak di Kota Pontianak ini sungguh gila. Interpretasi “Pontianak” di Kota ini jelas bukan hantu kuntilanak seperti mitos atau cerita rakyat di Indonesia. Barangkali memang di Negara tetangga kita Malaysia, kosakata “Pontianak” dijadikan persamaan untuk menyebut “Kuntilanak” di Indonesia. Terurai dengan penjelasan bahwa ia sebagai sosok seorang hantu perempuan, berambut panjang, dengan punggung bolong dan bersimbah darah atau kepala terpaku, atau sebagai macam lainnya. Entahlah, bagaimana sosok sebenarnya.

Masa Lalu Kesultanan Pontianak
Sumber: Pontianak.KotaMini.Com

Namun cerita itu hanya mitos atau tahayul, saya tegaskan sekali lagi, itu mitos. Adakah yang pernah jumpa dengan Kuntilanak secara nyata? Saya kira Kartius sebagai pelontar kabar ini pun tak pernah berjumpa dengannya. Atau, Kartius cuma membuat joke untuk menaikkan popularitasnya sebagai Pejabat Publik? Berbeda barangkali, dengan Dedi Mulyadi sang Bupati Purwakarta yang katanya sudah menikahi Nyi Roro Kidul. Wallahu’alam. Semoga hanya sebuah imajinasi liar. Dan imajinasi semacam itu jelas tak dapat dibenarkan secara rasional di Pontianak, yang notabene sejarahnya adalah masyarakat yang beradat dan beradab. Tak pernah mengagungkan mitologi.

Pontianak, Melayu, dan Islam

Ditilik dari sisi sejarah, Kota ‘Panas’ ini bermula dari peluru meriam yang ditembakkan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie pada 1771 Masehi. Peluru yang jatuh di antara tiga ruas persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak itu kemudian menjadi batas teritorial Pontianak. Syarif kemudian menjadi pendiri sekaligus Sultan Pertama Kesultanan Qadriyah Pontianak yang berada di tepi barat Pulau Borneo atau Kalimantan.

Di bawah Kesultanan Pontianak, kemajuan pemerintahan dalam berbagai aspek berkembang dalam rezim masing-masing Sultan. Pontianak berkembang menjadi pusat perdagangan, pemerintahan, dan peradaban di Kalimantan Barat. Dalam berbagai naskah sejarah, perjalanan panjang Pontianak menunjukkan suatu peradaban yang di dalamnya termasuk peradaban intelektualitas, gagasan modernisasi, strategi perdagangan, pemerintahan, dan politik.

Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie adalah anak dari seorang pendakwah Islam (Ahlusunnah Wal Jama’ah) asal negeri Tarim di Hadramaut-Yaman Selatan, yang bernama Habib Husein Al-Qadrie. Habib Husein Al-Qadrie dan ketiga kawannya menyebar dakwah Islam di Kepulauan Melayu (The Malay Archipelago) atau Nusantara. Konon kabarnya, dia adalah keturunan dari ahlul bait, yaitu darah terdekat dari Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

BACA JUGA: PONTIANAK BUKAN “KUNTILANAK” BAGIAN 2

Sejak Syarif Abdurrahman Al-Qadrie menemukan tanah khatulistiwa pada 1771 M, kemudian tahun itu menjadi cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Pada 1778 M gelarnya sebagai Sultan ditabalkan, hingga kekuasaan Kesultanan tersebut dipegang oleh generasi ketujuhnya, Sultan Hamid II (Sang Perancang Lambang Negara RI, Garuda Pancasila) pada 1945. Pada masa Sultan Hamid II ini, Pontianak – Kalimantan Barat bergabung dan menjadi Indonesia.

Sejak awal, intelektualitas di Pontianak sudah terpatri secara nyata. Banyak wilayah atau sebuah entitas yang mengadopsi gagasan-gagasan intelektual Pontianak. Indonesia, misalnya, yang mengadopsi kerangka pondasi pengadilan agamanya dari Mahkamah Syariah Kesultanan Pontianak (Sultan, Pahlawan dan Hakim, 2011, Henri Chambert-Loir). Gagasan-gagasan semacam itu adalah bagian dari khazanah besar kebudayaan Melayu dan sejarah Islam di Indonesia. Pontianak sebagai pintu gerbang Kalimantan Barat (Ibu Kota Provinsi) memiliki beban intelektualitas dalam perkembangan peradabannya.

Dalam periode yang panjang, bentuk Pemerintahan Pontianak adalah Kesultanan dengan sistem pemerintahan aristokrasi absolut Islam. Ini menegaskan bahwa identitas Pontianak adalah Melayu Islam. Sebab, pancang pertama bangunan yang dialaskan di bandar negeri adalah tiang fondasi Masjid. Hari ini Masjid itu bernama Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman. Itulah bangunan pertama di Pontianak. Letak masjid ini berdekatan dengan Istana Qadriyah, yang tak jauh dari simpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di sebelah utara negeri Pontianak, terdapat Tugu Khatulistiwa yang berada tepat di garis lintang nol derajat bumi, yang juga berdekatan dengan makam para Sultan-sultan Pontianak.

Sejak dulu Pontianak adalah ‘tanahnya’ Orang Melayu, merupakan tanah yang kunjung diberikan Allah SWT atas keberkahan dan limpahan rahmat-Nya. ‎Mengapa? Sejak dulu Pontianak adalah Kota lintas perdagangan dan perjumpaan peradaban. Transaksi kelangsungan hidup manusia, melewati teritori ini dalam damai dan berdampingan. Ada Dayak bersinggah ke sini membeli ikan, Cina menjual dagangan. Jawa menyeberang pulau, beranak dan bermukim bertahun-tahun. Orang Sumatera dan Bugis dari Sulawesi membuka lahan perkebunan.

BACA JUGA: PONTIANAK BUKAN “KUNTILANAK” BAGIAN 3

Semua tak lantas membuat Orang Pontianak menjadi eksklusif dan menentang pluralitas yang ada di Indonesia. Bahkan bertahun-tahun yang terjadi adalah pribumi di Kota Pontianak sangat inklusif dan dapat menempatkan diri dengan baik di tengah keberagaman itu. Namun, kadang, hasil dari proses akulturasi dan perkawinan silang berbagai budaya menerabas identitas yang ada.

Pontianak adalah kotanya orang Melayu, kita berbahasa Melayu di sini, di samping bahasa resmi Indonesia. Apa identitas Melayu? Melayu syarat akan Syari’at. Seperti orang tua kami bilang “Adat bersendi Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah.” Artinya adalah hidup Orang “Melayu” Pontianak bersanggah pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Penerapan hidup itu ‎berlangsung tak singkat, tapi ratusan tahun. Orang Pontianak selalu berhasil mengaplikasikannya. Orang Pontianak tak melandaskan hal yang irrasionil dalam hidupnya, tak melandaskan mitos dan tahayyul dalam hidupnya.

Di tengah laju modernitas, orang Pontianak masih tetap mampu melakukannya. Kita tengok bagaimana acara adat pernikahannya, tak pernah lepas dari nilai-nilai Islam. Tak ada agenda resmi apapun yang tak lepas dari pembacaan Kalam atau Firman Allah dalam Kitabullah. Adat berHadrah – Barzanji yang tak luput dari lontaran syukur karena Rabb-Nya. Pun sikap, tindak tanduk yang mengikuti Sunnah Baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Saya kira begitupula orang Jawa, Dayak, Cina, Bugis, Sumatera yang sudah lama merantau dan memiliki keturunan di sini mengikuti pola dan menghargai di mana tempatnya berpijak. Semua saling menghargai dalam waktu berabad-abad silam. Mereka paham bahwa Orang Pontianak tak memberhalakan Patung. Perlu kita ingat kembali bahwa ketika Sultan Syarif Abdurrahman menemukan tanah Pontianak, bangunan pertama kali yang dibangun adalah Masjid, bukan Patung, apalagi Patung Mitologi semacam Kuntilanak. (BERSAMBUNG)

Penulis: Anshari Dimyati (Ketua Yayasan Sultan Hamid II)

ZenFone 3 Deluxe Hadir di Indonesia, ASUS Berikan Promo Pre-Order bagi Pemesan Pertama

0
Program Promo Pre-Order ASUS ZenFone 3 Deluxe
Image: ASUS.Com

ASUS menggelar pre-order untuk produk smartphone premiumnya yakni ZenFone 3 Deluxe ZS570KL. Perangkat yang sangat dinanti-nantikan ini sudah dapat dipesan melalui beberapa toko online ternama yang berada di Tanah Air antara lain, Blibli, MatahariMall, Lazada, DinoMarket dan Erafone per 20 Januari 2017.

“ZenFone 3 Deluxe merupakan varian smartphone flagship dengan spesifikasi terbaik yang ASUS miliki saat ini,” sebut Benjamin Yeh, Regional Director, ASUS South East Asia. “Tentu saja, kami sangat yakin pengguna akan mendapatkan kepuasan maksimal ketika memanfaatkan gadget yang satu ini setiap harinya,” Benjamin sebutnya.

ZenFone 3 Deluxe, Benjamin menambahkan, memiliki bentuk yang tipis dan elegan menggunakan all-metal unibody chassis. Ia merupakan smartphone pertama di dunia yang berbahan metal sepenuhnya serta menggunakan invisible antenna design untuk kualitas sinyal yang sangat mumpuni.

Khusus pemesan yang berasal dari kawasan Jabodetabek, mereka juga akan mendapatkan free ticket konser dari artis sekaligus penyanyi Indonesia ternama yakni Bunga Citra Lestari. Sebagai informasi, artis yang akrab disapa dengan nama BCL ini akan menggelar sebuah konser tunggal dengan mengambil tema It’s Me pada bulan Maret 2017 mendatang.

Untuk pengguna yang membeli dengan menggunakan kartu kredit di lima situs e-commerce di atas, mereka dibebaskan dari biaya bunga atau cicilan 0% (persen) yang dapat diangsur hingga 24 bulan. Bagi 50 pengguna pertama yang membeli di gerai Erafone Megastore, mereka berhak mendapatkan ZenPower 10.050mAh dan cashback sampai Rp400.000.

Pertama di Dunia dengan Aluminum-alloy dan Invisible Antenna Design

Pada smartphone umumnya, konektivitas jaringan cepat membuat antena harus dibuat visible karena gelombang radio sangat terganggu oleh bahan metal. Apalagi ASUS juga menggunakan bahan metal premium untuk membalut body smartphone sehingga tampak lebih premium.

Namun demikian, dengan teknologi yang disebut dengan PureMetal, ASUS berhasil mengatasi masalah antena tersebut dan mendesain ZenFone 3 Deluxe dengan seamless beauty serta invisible antenna. Teknologi PureMetal mengintegrasikan sedemikian rupa antara antena dengan smartphone hingga menghadirkan body yang mulus dan bersih namun tetap menawarkan kualitas sinyal yang kuat.

Zenvolution 2016 - ASUS Zenfone 3 Deluxe
Image: Dokumen Pribadi

Desain luar biasa lainnya adalah permukaan yang di-amplas dengan sangat mulus, dipoles dengan sangat indah dengan finishing yang membuat ZenFone 3 Deluxe tampak sangat premium. Sisi bodi yang berdesain metal dengan diamond-cut menambah keindahan dan penampilan. Bezel yang sangat tipis, hanya 1,3 milimeter membuat pengguna tetap dapat menggenggam smartphone berlayar 5,7 inci ini dengan mudah.

Pertama dengan Snapdragon 821 untuk Performa dan Internet Cepat

ASUS ZenFone 3 Deluxe merupakan smartphone pertama yang telah menggunakan prosesor octa-core terbaik yakni Qualcomm Snapdragon 821. Dengan kecepatan 2,4GHz, prosesor kelas berbasis arsitektur Kryo ini merupakan prosesor smartphone 14 nanometer yang paling bertenaga. Dikombinasikan dengan GPU sekelas PC desktop yakni Adreno 530 yang berjalan pada kecepatan 624MHz, smartphone ini juga punya RAM ekstra lega, sebesar 6GB.

Smartphone ini baru saja meraih penghargaan Innovation Awards di ajang CES 2017 yang baru lalu. ZenFone 3 Deluxe berhasil meraih penghargaan di kategori smartphone meskipun puluhan produk dihadirkan ke pasar.

Dari sisi konektivitas, sebuah chip X12 4G LTE modem Category 12 yang juga mendukung three-carrier aggregation (3CA) yang menawarkan kecepatan hingga 600Mbps. “Saat ini, ZenFone 3 Deluxe merupakan satu-satunya smartphone yang mendukung 256QAM download. Secara standar, kategorinya sudah LTE Advance,” sebut Benjamin.

“Secara teoritis, teknologi 256QAM dapat meningkatkan user throughput sebesar 30 sampai 33%. Artinya, kecepatan browsing, streaming atau download/upload bisa jadi jauh kebih cepat,” sebut Benjamin. “Ini sangat menarik karena pada jaringan operator-operator GSM terbesar di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, fitur 256QAM sudah diaktifkan,” sebutnya.

Pertama di Dunia dengan PixelMaster 3.0 dan Sensor Sony IMX318 23MP

ZenFone 3 Deluxe menaikkan standar fotografi mobile dengan ASUS PixelMaster 3.0 dengan menjadi smartphone pertama di dunia yang menggunakan sensor image Sony Exmor RS IMX318 dan resolusi 23MP. Ia punya lensa terang, wide aperture dengan f/2.0 yang dikombinasikan dengan Optical Image Stabilization (OIS) 4-axis yang mampu mengeliminasi guncangan yang diakibatkan pergerakan tangan dan memungkinkan penggunaan shutter speed hingga 4 opsi lebih lambat dibanding smartphone umumnya.

Kombinasi komponen premium yang luar biasa ini memungkinkan ZenFone 3 Deluxe menangkap gambar dengan resolusi tinggi, bebas buram dan tingkat noise yang lebih rendah dalam kondisi pencahayaan apapun. Kamera resolusi tinggi ZenFone 3 Deluxe memungkinkan pengguna melakukan zoom terhadap objek dengan jelas dan mengambil foto detail yang dapat dicetak dalam ukuran besar ataupun di-crop dengan detail loss yang sangat minimal dibandingkan dengan hasil foto smartphone lain dengan resolusi lebih rendah.

Tak hanya foto, kamera juga mampu merekam video dengan detail yang sangat mengagumkan, dengan resolusi 4K UHD (3840 x 2160). Fitur teknologi Electronic Image Stabilization (EIS) dengan 3-axis untuk memastikan hasil foto punya kualitas tinggi dan bebas guncangan.

ZenFone 3 Deluxe juga punya fitur baru dan eksklusif yakni ASUS TriTech Auto-Focus yang dapat memilih metode fokus terbaik saat itu. Pilihannya adalah laser auto focus, phase detection ataupun continuous contrast detection autofocus untuk mendapatkan pelacakan dan fokus nyaris instan, yakni 0,03 detik. Sistem laser auto-focus itu juga bisa membidik objek dengan jarak hingga 1,5 meter. Jarak ini sekitar tiga kali lebih jauh dibandingkan dengan sistem laser auto-focus konvensional.

Pertama di Dunia dengan 6GB RAM dan 256GB UFS 2.0 Storage

ZenFone 3 Deluxe disertai RAM sebesar 6GB, jauh lebih besar dibandingkan dengan RAM smartphone rata-rata saat ini. RAM sebesar itu membuatnya mampu membuka dan berpindah antar aplikasi dengan lebih pesat, menjalankan game Android terberat sekalipun dengan mulus, dan membuat sejumlah aplikasi bisa tetap berjalan di background tanpa hambatan.

RAM sebear itu dilengkapi oleh media penyimpanan internal yang sangat cepat berbasis UFS 2.0 sebesar 256GB. Sebagai gambaran, media penyimpanan berbasis UFS 2.0 menawarkan kecepatan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan jenis memori eMMC 5.1 yang umum digunakan pada smartphone masa kini.
Adapun kapasitas sebesar 256GB membuat smartphone ini menjadi smartphone dengan penyimpanan internal paling besar yang ada, bahkan bisa jadi lebih besar dibanding penyimpanan internal notebook.

Pengguna bisa menyimpan sangat banyak konten berkualitas tinggi misalnya 30 film FullHD atau sekitar 100 ribu foto dengan resolusi 23MP. Jika tidak cukup, pengguna juga masih bisa memperluas penyimpanan tersebut lewat slot Micro SD jika ia tidak menggunakan dua buah SIM card. Untuk kapasitasnya sendiri, slot tersebut mampu menampung kartu Micro SD berkapasitas hingga 2TB. (ADV)

Mengasihi Diri Sendiri dan Orang Lain

Merajut Cinta

Entahlah…

Entah dimana cinta itu bersembunyi.

Bagai sebuah keluarga, namun sapaan tak pernah menyentuh hati

Lalu egois, tinggi hati, merambat perlahan meracuni

Menyatu dalam perbedaan memang tak mudah, merajut cinta dalam sebuah jama’ah kadang melelahkan jiwa. Letih, dan putus asa kadang menerpa, membuyarkan semua impian-impian indah. Padahal sungguh dahsyat, bahkan teramat dahsyat potensi yang dimiliki setiap jiwa, namun pupus saat disatukan. Orang-orang hebat, sholeh dan pintar yang mestinya menyatu dalam rajutan cinta, hanyalah seperti benang-benang kusut saat dirajut, tak ada keindahan saat mata menatap.

Mengasihi Diri Sendiri dan Orang Lain
Ilustrasi

Berbeda…

Bukankah itu hal yang biasa? Keragaman dalam sebuah jama’ah semestinya menjadi sumber kreativitas, dengannya kita bangun samudera kebaikan. Layaknya pun sebuah bangunan, pastilah tersusun dari bahan olahan yang berbeda-beda, dan itu adalah kekuatan. Puncaknya adalah sebuah gerakan yang rapi, solid dan militan dalam sebuah jama’ah hingga mampu merubah kondisi jahiliyah menjadi penuh dengan rahmatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kunci dari semua itu adalah rajutan cinta pada setiap hati kita, dengannya jiwa-jiwa akan selalu bersama mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Karena rajutan cinta pulalah, akan lahir manusia-manusia yang siap mengusung panji-panji dakwah dari berbagai latar belakang yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat rabbaniyah, penuh dengan curahan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rabbani yang bukan saja sebagai ghoyah (tujuan), namun juga meliputi wijhah (arah), masdar (sumber)

Memang, merajut cinta dari setiap jiwa sungguh tak mudah. Namun, selama helaan nafas masih diamanahkan-Nya, bisakah seseorang mengingkari hati akan sebuah fitrah manusia?

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu pernah mengatakan bahwa, kekeruhan jama’ah jauh lebih baik daripada kejernihan individu. Kecerdasan individual pun tak akan pernah dapat mengalahkan kecerdasan sebuah jama’ah. Memang benar, perbedaan bukan sesuatu yang mustahil, namun yang diharapkan walaupun mempunyai kepentingan sendiri, jangan sampai menutupi kepentingan bersama untuk menegakkan qalam Ilahi di muka bumi.

Ikhwah fillah rahimakumullah,

Semua potensi yang ada pada setiap jiwa hendaknya ditata dengan baik dalam sebuah gerakan berjama’ah. Dari seuntai benang rajutan, akan tercipta i’tishom bihabliLlah, menyatunya hati dalam ikatan aqidah serta semangat ukhuwah sebagai landasan terbentuknya ruhul jama’ah. Rajut, dan rajutlah selalu al-imanul amiq (iman yang menghujam ke dalam), al-ittishalul watsiq (hubungan yang erat dengan Allah), al-amalu muthawasihil (amal yang kontinyu) serta as-sharu daa’id (kesabaran yang ekstra) hingga tercipta rajutan cinta.

Mari rapatkan barisan dan luruskan shaf, rajut kembali cinta-cinta, karena kita semua adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh umat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al Qur’an (antum ruhun jadidah tarsi fii jaasadil ummah, Hasan Al-Banna).

Rasakan detak jantung mu ikhwah, siapkan diri menyambut kemenangan yang telah dijanjikan, hunus kesabaran serta kelapangan pada setiap rongga dada, torehkan semangat jihad dengan limpahan iman, bergelombang dan bergerak senada menuju cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, ALLAHU AKBAR!!!

*Siapapun takkan pernah bisa bertahan / Melalui jalan dakwah ini

Mengarungi jalan perjuangan / Kecuali dengan kesabaran

Wahai ummat Islam bersatulah / Rapatkan barisan jalin ukhuwah

Luruskan niat satukan tekad / Kita sambut kemenangan

Dengan bekal iman maju kehadapan / Al Qur’an dan Sunnah jadi panduan

Sucikan diri ikhlaskan hati / Menggapai ridho Ilahi

Dengan persatuan galang kekuatan / Panji Islam kan menjulang

Tegak kebenaran hancur kebathilan / Gemakan takbir ALLAHU AKBAR!

(Notes: Dikutip dari lirik nasyid Senandung Persatuan-Izzatul Islam)

Wallahua’lam bi showab.

Penulis: Ferry Hadary

Risalah Mulia Seorang Ibunda

Adinda Dimana…

Gelap masih menyelimuti lelap, bergelayut manja di pelupuk mata. Pulas, karena lelah lembur seharian mengalahkan dingin yang menelusup dari celah dinding. Hening, diselingi dengkuran halus yang silih berganti mengisi sunyi.

“Uwaaa… uwaaa…,” tangisan si kecil memecah sepi. Kaget! Mata mengerjap, perasaan pun masih mengawang. Aah, si kecil ngompol rupanya. Popoknya sudah basah, pingin diganti.

“Ma… ma… si kecil ngompol nih,” berbisik perlahan, sambil tangan membangunkan istri yang tampak sangat lelah.

Uwaaa… uwaaa… lebih kencang. “Ma, bangun dong digantiin dulu tuh popoknya!” Lebih keras. Sedikit menggeliat, alhamdulillah… akhirnya bangun juga,
“Bibik…!!!” Lho???

*****

Terlalu lama tinggal di Perumahan Mertua Indah kadang membuat sebuah keluarga susah mandiri. Dari suami selaku kepala rumah tangga yang kadang sulit mengambil keputusan sendiri, atau istri yang tidak terlatih. Seiring bergulirnya waktu, syukurlah rezeki semakin bertambah, akhirnya ngontrak rumah. Gak terlalu besar, tapi cukup untuk sebuah pasangan muda.

Risalah Mulia Seorang Ibunda
Ilustrasi

Kebahagiaan pun semakin bertambah, si kecil lahir di sela-sela kesibukan kita yang sama-sama bekerja. Kesibukan istri di sebuah perusahaan swasta pun berganti dengan rutinitas seorang ibu muda. Cuti melahirkan selesai, ia balik lagi dengan kesibukan rapat dan kerja, maklum wanita karir.

“Pa, cari pembantu ya, masa’ setiap hari harus nitip anak ke ibu,” pintanya suatu saat.

Seorang perempuan berumur, yang selalu berjilbab panjang warna pudar itu akhirnya menetap di rumah.

“Bik, bisa tuh kerja dengan baju panjang seperti itu?” tanya istriku sangsi, di suatu hari. “Insya Allah bisa Non,” sahutnya sopan.

Entahlah, mungkin karena sikapnya yang penuh santun, atau pekerjaan yang selalu beres membuat kami betah memperkerjakannya di rumah. Istriku pun senang, lalu semakin larut waktu demi waktu dengan kesibukan mengejar impian.

*****

Uwaaa… uwaaa… Kembali tangisan si kecil membuyarkan lamunanku, aah… dinda, dimanakah kau berada?

Kesibukan siang malam melarutkan kewajibanmu, duhai adinda. Entah apa yang engkau kejar, status atau kedudukan-kah? Rasanya sudah cukup rezeki dari gajiku selama ini, entahlah, mungkin kau akan malu dengan status ibu rumah tangga karena dirimu adalah seorang sarjana. Lulus dengan IPK tertinggi, pujian karena ketekunan dan kepintaran membuatmu semakin melupakan risalah mulia sebagai wanita.

Bukan… bukan aku melarang, karena syariat pun membolehkan. Tapi tidakkah kau merasakan hausnya kasih sayang buah hati kita akan peluk cium seorang ibunda? Tidakkah kau ingin menjadikan dirimu madrasah sehingga kelak dari keluarga kita akan lahir jundullah? Betapa ku butuh dirimu dinda, marilah bersama mengayuh bahtera.

*****

“Mama pulang…!!!” teriak si kecil sambil berlari memeluk tubuh mamanya. Tampak binar kerinduan yang membuncah di mata, sambil tak lupa menagih oleh-oleh yang entah keberapa kali selalu diterimanya. Tak lama boneka Winnie The Pooh-pun dipeluknya, “Ma kasih ma…” hanya sesaat, dan dengan langkah kecilnya kencang berlari ke dapur dengan raut wajah gembira.

“Bibik, dibeliin mama boneka!!!” teriaknya, sambil bergelayut manja. Tak lama bibir mungil itu bercerita dengan logat cadelnya tentang beruang madu dan sahabat-sahabatnya, berceloteh penuh semangat diselingi tawa kecilnya. Begitu mesra.
Deg!!!

Dari balik pintu sepasang mata memandang dengan sedih, tanpa sadar mata yang selalu penuh semangat saat memimpin rapat itu pun berkaca-kaca. Hatinya perih setiap kali adegan itu terjadi. Kelebat jeritan rintih menyeruak dari relung jiwa wanita muda tersebut, “Ia anakku, bukan anak perempuan itu!!!”
Pedih, batinnya menjerit.

Tubuh yang selalu bergelora mengejar impian itu mendadak ringkih, jiwa goncang, dan berbalik menatapku yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan. Wajah penuh airmata, melunturkan make-up yang selalu setia menghiasinya. Kupapah istriku tanpa berkata apa-apa. Mungkinkah do’a yang selama ini terhatur kepada-Nya akan segera terjawab?

*****

Uwaaa… uwaaa…
Lho, dinda di mana? Aaah… ternyata ia belum juga berubah, buruk sangka. Apakah aku lupa kalau ia kembali ada rapat kerja?

Uwaaa… uwaaa… lebih kencang. Duh dinda, dimanakah kau berada?

Terdengar langkah tergopoh-gopoh menghampiri, “Cup… cup sayang. Ini mama, Nak. Maaf ya tadi lagi sholat malam.”

Ia membungkuk, lalu mengangkat si kecil yang tadi terbangun karena mimpi ke dalam dekapannya, memeluk dengan selimut kasih sayang, menepuk-nepuk lembut punggungnya hingga si kecil pun kembali terlelap.

Aku menatapnya dengan bahagia, ia pun tersenyum di balik mukena, dan kulihat wajahnya begitu bercahaya.

Al-Hubb FiLLAH wa LiLLAH,

(Buat para dinda di seluruh dunia, bekerjalah, namun jangan lupakan risalah mulia)

Penulis: Ferry Hadary

Titik Kritis Kehalalan pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Titik kritisnya terletak dari bahan pencuci botol plastik atau galon yang digunakan. Harus dipastikan bahan pencuci galon atau botol plastik berasal dari bahan yang halal.

Sebagai seorang Muslim, kita mesti memastikan apa saja yang kita konsumsi adalah zat yang halal dan tayib, termasuk yang paling penting kita harus pastikan kehalalannya adalah air yang kita konsumsi.

Titik Kritis Halal pada AMDK

Tubuh manusia sedikitnya memerlukan dua liter air per hari untuk kesehatan. Gaya hidup dan teknologi telah membuat seseorang kini mudah memperoleh air minum. Munculnya air minum dalam kemasan (AMDK) membuat kebutuhan tubuh akan air mudah dipenuhi.

Meski demikian, sebagai konsumen kita harus meneliti air minum dalam kemasan yang kita konsumsi. Apakah  produk tersebut sudah mendapat sertifikasi halal atau belum. Air minum dalam kemasan dibuat dari air yang berasal dari berbagai sumber.

Dr Anna Roswiem dalam bukunya, Buku Saku Produk Halal, menerangkan ada tiga proses pembuatan air minum dalam kemasan, yakni penyaringan, desinfeksi, dan pengisian air. Proses penyaringan sendiri dibagi menjadi dua, yakni prefilter dan proses filter karbon aktif.

Air Minum Dalam Kemasan
Sumber: ContohSOP.Com

Para proses prefilter penyaringan dilakukan dengan medium seperti pasir atau bahan lain. Proses ini biasa dilakukan seperti kita menyaring air menggunakan ijuk. Dalam proses ini, titik kritis halal tidak terlalu besar.

Proses kedua adalah filter menggunakan karbon aktif. Bahan yang biasa digunakan untuk proses ini bisa menggunakan bahan dari tumbuhan, seperti tempurung kelapa, serbuk gergajian, kayu-kayuan, atau batu bara. Bahan kedua yang digunakan bisa dengan limbah tulang hewan. Jika menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan, bisa dipastikan halal.

Lain halnya jika proses filter karbon aktif menggunakan limbah tulang hewan. Karena air ini untuk dikonsumsi, harus dipastikan jika tulang hewan yang digunakan bukan tulang hewan yang diharamkan. Jika hewan yang digunakan adalah hewan yang haram dikonsumsi, seperti babi, produk air minum juga bisa jatuh ke haram.

Jika menggunakan hewan yang halal dikonsumsi, harus diperhatikan cara menyembelih hewan tersebut. Penyembelihan harus sesuai dengan syariat, yakni dengan menyebut nama Allah SWT. Proses filter dengan karbon aktif ini yang memiliki titik kritis halal yang besar dan harus diperhatikan.

Tahap selanjutnya adalah desinfeksi. Proses ini biasanya menggunakan lampu UV sehingga tidak masalah dengan kandungan kehalalannya. Tahap terakhir dari proses produksi air minum dalam kemasan adalah pengemasan. Proses ini juga mesti diperhatikan titik kritis halalnya.

Titik kritisnya terletak dari bahan pencuci botol plastik atau galon yang digunakan. Harus dipastikan bahan pencuci galon atau botol plastik berasal dari bahan yang halal.

Jika air minum dalam kemasan ini termasuk air mineral, biasanya ditambahkan dengan beberapa jenis  mineral. Zat mineral yang sering ditambahkan adalah kalsium, klor, magnesium sulfat, natrium, kalium, dan nitrat. Semua zat tersebut adalah halal untuk dikonsumsi. Titik kritis air mineral yang harus perhatikan adalah sama dengan yang ada dalam air minum dalam kemasan, yakni saat filter dengan karbon aktif dan pengemasan.

Jika konsumen ragu apakah air minum dalam kemasan yang dikonsumsinya halal atau tidak, cara paling mudah adalah melihat label halalnya. Jika terdapat label halal dari lembaga yang ditunjuk pemerintah, seperti LPPOM  MUI, bisa dipastikan proses produksinya melalui proses yang halal.

Jika bukan air minum dalam kemasan, cara yang paling mudah adalah meneliti tiga hal, yakni tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Lantas cara memasaknya menggunakan bahan-bahan yang halal.

Semoga Allah Azza Wa Jalla selalu melindungi kita semua dari barang2 yang diragukan kehalalannya dan semoga artikel ini bermanfaat untuk.kita semua… Aamiin Allahumma Aamiin.

Fanspage: Muslim Food Indonesia

Cara Mencegah Terkena Infeksi dari Bakteri Salmonella

0

Semua masalah tentu akan ada solusinya. Termasuk penyakit juga pasti akan ada obatnya. Mungkin kita akan terasa sangat asing dengan penyakit salmonella. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri salmonella yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan kurang masak atau pun mentah. Tanda-tanda penyakit ini biasanya sakit perut, kepala menjadi pusing dan muntah-muntah.

Gejala seperti ini tidak boleh kita anggap remeh karena akan sangat berbahaya jika kita membiarkannya. Kita lebih baik langsung berkonsultasi dengan dokter agar kita mengetahui penyakit yang sedang kita derita. Namun penyakit ini biasanya menyerang anak-anak atau pun lansia yang pada intinya akan mudah menyerang bagi seseorang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah.

Bahaya Bakteri Samonella
Bahaya Bakteri Samonella (Sumber: SehatFresh.Com)

Berikut ini cara mencegah bakteri salmonella agar tidak masuk kedalam tubuh.

  1. Biasakanlah mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kita memegang makanan. Dengan cara mencuci tangan, maka tangan kita akan bersih dan makanan pun akan bersih. Berbeda jika tangan kita kotor yang banyak kumannya akan membuat makanan menjadi kotor lalu kita makan. Dengan begitu bakteri salmonella akan mudah masuk ke dalam tubuh.
  2. Apabila kita pecinta makanan dari unggas atau pun telur maka ketika ingin mengkonsumsinya harus dimasak terlebih dahulu secara matang, agar makanan tersebut tidak mengandung bakteri. Jika memasaknya tidak matang, maka bakteri akan sangat mudah masuk terhadap tubuh.
  3. Hindarilah susu, keju, telur mentah yang belum dipasteurisasi karena hal tersebut sangat berbahaya sekali bagi kesehatan bagi tubuh.

Cara mencegah bakteri salmonella memang sangat sederhana sekali, namun sangat sulit untuk kita lakukan setiap harinya. Dengan mengetahui ketiga hal tersebut diatas, maka kita sudah bisa memulai untuk hidup sehat agar tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Akan ada banyak kerugian yang diderita oleh kita ketika kita mengalami sakit seperti sebagai penyebab diare pada anak anda.

Buatlah hidup ini indah dengan menerapkan pola hidup sehat. Menerapkan pola hidup sehat tidak mahal karena tidak harus mengeluarkan uang yang banyak. Malahan jika terkena sakit, maka kita harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. (ADV)

Info Hoax Terbaru Lowongan Kerja BUMN PERUM PERURI Tahun 2017

0

Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan nama PERUM PERURI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan sekuriti dalam bentuk uang kertas, uang logam, pita cukai, materai, sertifikat tanah, dokumen keimigrasian, dan dokumen sertifikasi lainnya yang menjamin kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas dan pelayanan serta memberikan nilai-nilai prima bagi pemangku kepentingan (stakeholder).

Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) satu-satunya yang dipercaya oleh Negara untuk mencetak uang rupiah (baik uang kertas maupun uang logam) bagi Republik Indonesia, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006.

Lowongan Kerja PERUM PERURI

Selain mencetak uang rupiah Republik Indonesia, juga mencetak produk sekuriti lainnya, termasuk cetakan kertas berharga non-uang dan logam non uang. Penyajian informasi yang cepat, tepat dan akurat merupakan suatu kebutuhan di era keterbukaan informasi.

Menyadari hal tersebut, PERUM PERURI melalui media komunikasi dan informasi berbasis internet, berupaya menyajikan informasi yang tidak saja cepat, tepat dan akurat, tetapi juga up to date sesuai dengan perkembangan perusahaan.

Info Hoax Lowongan Kerja BUMN PERUM PERURI Terbaru
Info Hoax Lowongan Kerja BUMN PERUM PERURI Terbaru (Sumber: www.peruri.co.id)

Persyaratan Umum

  1. Warga Negara Indonesia;
  2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  3. Sehat Jasmani dan Rohani;
  4. Memiliki Kartu Tanda Penduduk Nasional (KTP) yang masih berlaku;
  5. IPK minimal 2,75 untuk lulusan PTN dan 3,00 untuk lulusan PTS;
  6. Usia maksimal untuk pelamar S1 30 tahun dan untuk pelamar Diploma 25 tahun (per April 2015);
  7. Tidak pernah terlibat masalah narkoba dan/atau pidana;
  8. Tidak sedang menjalani ikatan dinas/ ikatan wajib kerja dengan perusahaan/instansi manapun;
  9. Tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat sebagai karyawan pada perusahaan/instansi manapun;
  10. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja PERUM PERURI;
  11. Bersedia mengembalikan biaya rekrutmen apabila mengundurkan diri dalam periode masa percobaan/calon karyawan/karyawan selama kurun waktu 36 bulan.

Ketentuan Umum

  1. Setiap pelamar hanya diperbolehkan mendaftar untuk 1 (satu) posisi
  2. Pelamar bersedia mengikuti seluruh proses tahapan rekrutmen dan seleksi di tempat yang telah di tentukan oleh tim rekrutmen, seluruh biaya akomodasi dan transportasi menjadi tanggungan pelamar untuk sementara, (akan dikembalikan setelah proses tes/seleksi berakhir)
  3. Pendaftaran hanya dilakukan melalui website resmi www.peruri.co.id dan tidak menerima lamaran melalui pos atau media pengiriman lainnya
  4. Bagi Pelamar yang pernah mengirimkan lamaran ke PERUM PERURI diwajibkan memperbaharui lamaran dengan melakukan proses pendaftaran secara online.
  5. Proses rekrutmen dan seleksi seluruhnya dilakukan oleh Tim Konsultan Independen, kecuali wawancara tahap akhir
  6. Pelamar tidak diperkenankan menghubungi karyawan PERURI dalam kaitannya dengan proses seleksi. Jika terbukti, panitia berhak menggugurkan proses rekrutmen dan seleksi pelamar terkait
  7. Hanya pelamar yang lulus dalam setiap tahapan seleksi yang akan dipanggil oleh Tim Konsultan Independen untuk mengikuti proses selanjutnya
  8. Seluruh tahapan proses rekrutmen dan seleksi tidak dipungut biaya apapun. Apabila ada pihak yang berusaha meminta biaya/menjanjikan sesuatu/menawarkan bantuan atas proses rekrutmen dan seleksi mohon di abaikan.
  9. Keputusan Panitia Rekrutmen dan Seleksi tidak dapat diganggu gugat.

Keterangan:

Beberapa saat setelah tulisan mengenai Info Terbaru Lowongan Kerja BUMN PERUM PERURI Tahun 2017 dipublikasikan, Blogger Borneo mendapat klarifikasi dari beberapa sahabat yang memberitahukan bahwa link www.ppm-peruri.com telah di suspend karena kontennya tidak benar alias hoax. Berhati-hatilah terhadap penipuan dalam proses penerimaan calon pekerja yang mengatasnamakan PERURI.

Kisah Penjual Sayur yang Berangkat Umroh atas Kehendak Allah SWT

0

Manusia punya kehendak, Allah punya kuasa. Ungkapan ini sering kita dengar ketika melihat, mendengar, atau membaca kisah mengenai seorang manusia yang bisa mendapatkan “anugerah” tak terduga dari Allah SWT.

Kisah Penjual Sayur Berangkat Umroh

Kisah ini Blogger Borneo tuliskan kembali dari status miliknya Ustadz Luqmanulhakim yang menurut pandangan pribadi sangat bagus untuk dibagikan ke kawan-kawan sekalian.

Berikut adalah kutipannya:

Namanya Mbah Sainem…

Habis sholat Isya, Mbah Sainem ini memberhentikan kami di ujung tangga. Beliau bilang dirinya terpisah dari rombongannya sejak pagi. Jadi Beliau “tersesat” di Masjidil Haram sejak pagi sampai malam, dan belum makan sama sekali.

Beliau mengatakan sudah beberapa kali minta bantuan dengan sesama jamaah dari Indonesia, tapi karena Beliau gak bisa bahasa indonesia, cuma bisanya bahasa jawa saja maka agak susah untuk komunikasi.

Sampai akhirnya ketemu kami dan kami ajak ke hotel. Di hotel, Muthowif bantu telepon nomor-nomor yang ada di name tag Beliau. Setelah beberapa lama berusaha mencari informasi, akhirnya ada yang bisa jemput Beliau.

Tapi sambil menunggu, kami mempersilahkan Beliau makan dan bercerita panjang lebar mengenai kisahnya bisa berangkat umroh kali ini.

Berasal dari Kediri

Beliau tinggal di Kediri. Beliau berangkat sendiri. Jadi Beliau tidak ada kenal sama sekali dengan sesama jemaah lain didalam satu rombongan.

Beliau baru bisa kenal beberapa diantaranya pas sudah berada di bandara mau berangkat. Di Kediri, Beliau bekerja sebagai penjual sayur.

Kami tanya berapa biaya umrohnya jika berangkat dari Surabaya, Beliau jawab sekitar 30 juta ditambah 300 ribu untuk biaya mahrom. Karena merasa penasaran, maka kami bertanya lagi bagaimana cara Mbah Sainem bisa menabung buat berangkat umroh.

Beliau pun menceritakannya seperti ini:

Sebenarnya jika mau dihitung-hitung, Mbah Sainem hampir tidak mungkin bisa berangkat umroh karena aktivitas hariannya hanyalah seorang penjual sayur.

Jadi jangankan buat menabung umroh, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah cukup bersyukur.

Mau berharap dari anak-anak juga sulit karena mereka juga memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah sehingga kondisinya juga sebenarnya kurang lebih sama.

Kisah Mbah Sainem Berangkat Umrah

Keinginan kuat Mbah Sainem untuk bisa berangkat ke Mekkah mematahkan batasan yang selama ini dialaminya. Setiap hari Beliau selalu beribadah dan selalu “curhat” kepada Allah SWT mengenai keinginannya tersebut.

Setelah sekian lama selalu berdo’a dan berikhtiar, akhirnya Allah SWT mengabulkan permintaan Mbah Sainem dengan “mengirimkan” seseorang untuk datang ke Beliau dengan maksud untuk menyewa tanah kebun miliknya senilai 30 juta.

Memang tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan di dunia ini tanpa seijin Allah SWT. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi kenapa nilai sewa tanah kebun tersebut sama dengan jumlah biaya umroh yang selama ini diinginkan oleh Mbah Sainem.

Sisa kekurangan dana sebesar 300 ribu untuk biaya mahrom Beliau dapatkan lagi dari sumbangan para tetangga yang ikut datang untuk mengantar Mbak Sainem ke bandara.

Baca Juga: Paket Umroh Pontianak Tahun 2022

Nilainya bahkan lebih yaitu sekitar 1 juta sehingga Beliau masih memiliki pegangan selama melaksanakan ibadah umroh.

Masya Allah… Semua terjadi diluar kehendak manusia.

Dari kisah nyata ini, satu hikmah penting yang bisa diambil adalah Mbah Sainem telah mengajarkan kepada kita semua bahwa kunci pertama kali adalah niat dan kemudian minta secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT.

Memang terkadang kita sebagai manusia lemah suka merasa khilaf dan angkuh dengan menjadikan materi dan isi dunia sebagai tolok ukur dalam menggapai semua keinginan.

Padahal dari kisah Mbah Sainem ini kita bisa melihat secara langsung bagaimana Allah SWT mengabulkan permintaan seorang hambanya yang kurang mampu dengan cara yang tidak terduga sama sekali. Maha besar Allah dengan segala kuasa-Nya. (DW)

Sumber: Ustadz Luqmanulhakim

error: Content is protected !!