Jiwaku untuk Bangsaku, Listrikku untuk Negeriku
Selama 67 tahun bangsa Indonesia merdeka, masalah listrik masih selalu menjadi sebuah dilema. Disaat kebutuhan akan tenaga listrik semakin meningkat, pelayanan Perusahaan Listrik Negara (PLN) justru semakin menurun.
TOPIK UTAMA
Kondisi Listrik di Indonesia
Untuk dibeberapa daerah di Indonesia, masyarakat belum mendapatkan kemerdekaan dalam arti luas sebagai warga negara. Mereka belum bisa bebas menggunakan energi listrik seperti layaknya penduduk di kota-kota besar yang setiap harinya selalu terang benderang.
Bagi penduduk kota, putusnya pasokan listrik adalah sebuah bencana. Sedangkan bagi penduduk daerah, kejadian mati listrik adalah suatu hal yang biasa.
Jika kita telaah secara terpisah, ada beberapa hal yang biasanya digunakan menjadi alasan, antara lain:
1. Kondisi Mesin Pembangkit Sudah Tua
Persoalan kondisi mesin pembangkit yang sudah uzur, dibarengi lagi dengan minimnya anggaran perawatan setiap tahunnya menjadi alasan klasik yang selalu dilontarkan oleh pihak PLN dalam menanggapi pertanyaan masyarakat terkait dengan kurangnya pasokan listrik untuk daerah-daerah tertentu.
Padahal jika dipikir secara logika, kewenangan PLN sebagai satu-satunya BUMN yang mengurusi pasokan listrik diseluruh Indonesia seharusnya tidak dapat membuat perusahaan pemerintah ini menjadi bangkrut.
Jumlah subsidi yang diberikan kepada para pengguna listrik dengan kategori menengah kebawah setidaknya dapat tertutupi oleh jumlah pendapatan yang didapat dari pihak pengusaha swasta, bahasa umumnya adalah subsidi silang.
Jadi, kalau seandainya dihasil akhir pihak PLN merasa rugi maka perlu ditelusuri secara jelas faktor-faktor penyebab kerugian itu apa saja.
2. Terbatasnya Pasokan Bahan Bakar Utama
Batubara sebagai salah satu sumber daya alam mineral yang tak terbarukan sampai saat ini masih menjadi sumber utama pemasok energi penggerak mesin turbin penghasil listrik. Setelah melalui beberapa periode, tentunya persediaan batubara yang dapat ditambang akan semakin menipis.
Dengan terbatasnya pasokan bahan bakar utama ini, seharusnya pihak PLN sudah melakukan riset dan penelitian terkait dengan pemanfaatan sumber energi alternatif yang justru jumlahnya cukup berlimpah dihampir sebagian besar willayah Indonesia.
3. Kurangnya Transparansi Publik Terkait Operasional dan Pelayanan
Sebagai salah satu instansi pelayanan publik, keterbukaan informasi seharusnya menjadi sebuah keharusan. Semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali memiliki hak yang sama untuk dapat mengetahui informasi-informasi publik yang diberikan.
Masih awamnya masyarakat akan pengetahuan mengenai kelistrikan biasanya malah dijadikan alat bagi oknum-oknum tertentu untuk tujuan pribadi. Makanya dulu sempat muncul istilah proses pemasangan dipersulit, biaya yang dibutuhkan untuk mengurus administrasinya mahal, hingga adanya calo-calo yang menyediakan jasa pengurusan sampai selesai.
4. Masih Rendahnya Jiwa Nasionalisme yang Dimiliki
Sempat munculnya beberapa kasus korupsi yang melibatkan beberapa pihak internal PLN beberapa waktu lalu dapat memberikan gambaran bahwa untuk oknum-oknum PLN tertentu, mereka sama sekali tidak memiliki jiwa nasionalisme.
Selama ini mereka selalu berusaha untuk menutup mata dan telinga, berpura-pura tidak melihat dan mendengar bahwa sebenarnya apa yang mereka kerjakan selama ini sangat terkait dengan hajat hidup orang banyak.
Tapi saya tetap yakin diantara para oknum koruptor tersebut, masih ada beberapa orang yang memiliki tingkat integritas dan loyalitas tinggi dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Kesimpulan
Dari keempat permasalahan utama yang telah dijelaskan diatas, sebenarnya apa yang menjadi Harapanku untuk PLN sekarang?. Apakah PLN harus mengganti semua mesin operasionalnya dengan yang baru?.
Tentunya disini pihak pemerintah pusat harus mengalokasikan anggaran yang sangat besar demi melakukan proses perawatan dan peremajaan ini. Ataukah dengan mencari sumber tenaga alternatif baru yang dapat menggantikan fungsi batubara sebagai sumber energi utama sampai detik ini?.
Akan tetapi, terlepas dari itu semua, kepribadian setiap individu pelaksana tugas dan wewenang di PLN seharusnya dapat menjadi fokus perhatian. Karena bagaimanapun juga, mekanisme perputaran operasional utamanya berada ditangan-tangan individu ini.
Bahasa sederhananya adalah lebih baik sebuah pekerjaan dikerjakan oleh 10 (sepuluh) orang namun maksimal, dibandingkan harus dikerjakan oleh 20 (dua puluh) orang namun sebagian besar diantaranya tidak berperan optimal. Benar tidak???.
Jadi kesimpulannya disini adalah cukup benahi individu-individu internal didalam PLN untuk dapat mencapai tujuan kedepan yang lebih baik. Insya Allah jika semua lini telah dibenahi, semuanya akan berjalan sesuai rencana.
Dengan tulus hati, mereka akan melakukan semua tanggung jawab demi kemajuan bangsanya. Dan apa yang telah mereka hasilkan (pasokan listrik) akan diberikan ke seluruh negeri. (DW)
Sumber Gambar:
- http://www.jobsvacancy.net/engineering/pln-persero-recruitment-2012.html
- http://www.tribunnews.com/2012/09/27/pln-kontrak-sewa-pltu-lombok-2-x-33-mw